Share

Bab 5

last update Last Updated: 2025-01-15 22:21:31

Rose duduk dengan jantung berdebar. Di hadapan ada William menatap dirinya begitu tajam dan dingin.

“Saya tidak tahu jika Anda adalah pemilik dari perusahaan itu,” katanya setelah sama-sama terdiam.

Dengan susah payah, akhirnya William berhasil membawa Rose keluar dari rumah neneknya. Akan tetapi, dengan persyaratan keduanya harus tinggal di rumah yang sudah Matilda siapkan.

“Apakah kau tidak ingin minta maaf?” tanya William.

“Minta maaf?” Rose berusaha untuk tenang.

“Kau tidak merasa bersalah atas apa yang telah terjadi?”

Rose menelan ludah kasar, ia meremas tangannya dengan kuat. “Saya sudah menebus kesalahan saya dengan pernikahan ini, kan?”

“Kau menganggapnya seperti itu?” tanya William, “bagaimana jika aku tidak mengizinkanmu bekerja di kantor?”

“Tidak boleh!” Rose berdiri protes.

“Kenapa?” William bersedekap.

“Pak, saya setuju menikah dengan Anda karena tujuan pekerjaan. Jika saya tidak boleh bekerja, lalu untuk apa–”

“Untuk menebus kesalahanmu. Kau telah menyeretku dalam kesalahan besar, kau lupa?”

Rose duduk dengan perlahan, ia kembali meremas tangannya tak tenang. “Pak, saya membutuhkan pekerjaan ini. Tolong pertimbangkan.”

William menaikkan sebelah alisnya. “Aku membaca surat lamaran yang kau masukkan, sejujurnya kami tidak membutuhkan bagian tersebut.”

“Kalau begitu–”

“Untuk sementara diamlah di rumah. Jika bosan, kau bisa ke rumah nenek untuk menemaninya berkebun.”

Menghela napas berat, Rose kembali menatap William yang juga menatapnya. “Baiklah, kalau begitu bisakah Anda keluar, aku lelah.”

William menyeringai, ia bersedekap dengan wajah arogan. “Keluar? Ini adalah kamar kita, kenapa aku harus keluar?”

Ia menelan ludah kasar, jantungnya berdebar setiap kali mengingat kemungkinan apa yang pernah mereka berdua lakukan.

“Maafkan saya. Malam itu, saya merasa sangat hancur, karena itulah saya terjerumus dan membawa Anda."

“Ini lebih baik. Yang bersalah memang harus minta maaf.” William menyandarkan punggungnya, menatap serius pada Rose yang masih membuang muka.

“Apakah pria yang menelponmu tadi adalah kekasihmu?” selidik William. Ia masih mengingat nomor yang terus masuk.

“Bukan kekasih lagi,” jawabnya tersenyum kecil.

“Bukan kekasih tapi kau menyimpan kontaknya dengan bentuk hati,” sindir William berhasil mencubit hati Rose.

Dalam situasi yang tegang, pintu kamar mereka di ketuk. Rose berdiri dan melangkah ke arah pintu.

“Bu, makan malam Anda sudah siap,” lapor wanita dengan pakaian khusus.

Rose mengangguk, ia menoleh kebelakang, tapi sudah tidak menemukan siapa pun di sana.

“Baiklah, kami akan turun beberapa menit lagi.”

“Baik, Bu.”

Rose mengangguk, ia kembali menutup pintu setelah wanita yang bekerja sebagai pelayan turun kembali. Sementara dirinya, kembali masuk ke dalam.

________

Setelah makan malam penuh dengan kecanggungan, kini Rose dan William sudah berada di rumah keluarga. Keduanya duduk bersebelahan menonton acara televisi.

Sekali lagi, ponsel Rose berdering. William bisa melihat nomor yang sama kembali tertera.

“Kekasihmu mungkin saja rindu, kenapa tidak menerima panggilan darinya?”

Rose menatap ponselnya, ia membuang napas dan berdiri menjauh. Setelah menguasai perasaannya sendiri, ia menerima panggilan Nicholas dengan jantung berdebar.

“Hal–”

“[Kau kemana saja, hah!]” teriak Nicholas dengan lantang.

William mengerutkan kening tatkala melihat Rose yang menjauhkan ponsel dari telinganya. Terlihat juga wajah wanita yang dinikahinya menegang.

“[Kau di mana? Apa kau sengaja ingin menyakiti ibuku?]”

Rose menoleh ke arah William yang berjalan mendekat ke arahnya. Ia berbalik agar pembicaraan mereka tak terdengar, tetapi dengan cepat, William merebut dan mengaktifkan speaker.

“[Aku tidak mau tahu, kau segera datang ke rumah dan bujuk ibuku makan!]”

Rose ingin merebut ponselnya lagi, tetapi William sengaja menjauhkan tangannya darinya.

“[Rose, kau dengar aku!]”

“Kenapa tidak minta kekasihmu saja? Bukankah wanita itu adalah pilihanmu?” sinis Rose masih kesal ketika mengingat Diana mendorongnya.

“[Jangan kekanakan. Ibuku hanya menginginkan dirimu, Rose. Kembali atau aku–]”

Panggilan terputus, William berdecak kemudian menghapus nama Nicholas tanpa persetujuan pemilik.

“Pak, apa yang Anda lakukan?” kesal Rose.

“Siapa dia? Kau bekerja dengannya?” William menyerahkan ponsel yang sudah mati.

“Dia Nicholas, saya memang terbiasa merawat ibunya yang sedang sakit,” akunya, merasa khawatir.

“Dia kekasihmu? Mengapa namanya harus diberikan bentuk hati?” tanya William meski sudah tahu sebelumnya dari Ethan.

“Hubungan kami sudah berakhir, Pak. Dia telah menemukan wanita impiannya selama ini,” jawanya dengan wajah sedih.

William berdecak, “Nasibmu sangat malang, pergilah tidur. Aku akan ke ruang kerja.”

Saat tubuh kekar itu berbalik, Rose mengeluarkan suara, “Bisakah saya menemui ibu Nicholas, beliau mungkin saja membutuhkan aku malam ini.”

William terdiam, ia menyeringai kecil dan menggeleng pelan. “Kau tidak akan kemana pun, Rose. Tidur dan lupakan semuanya.”

“Tapi, Pak?”

William melangkah menjauh, tidak membiarkan Rose mengatakan apa pun lagi.

“Pak, saya akan kembali lebih cepat, tolong–”

“Tidur atau kau tidak akan diizinkan bekerja.”

Rose menggigit bibir bawahnya, ia sangat menginginkan pekerjaan ini. Jika ia melanggar, ia khawatir jika William akan mempersulit langkahnya.

Ia menatap ponselnya yang kembali berdering. Tak ada nama Nicholas, tetapi Rose menghapal nomornya dengan jelas.

Dengan tangan bergetar, ia membuka pesan yang Nicholas kirimkan, terdapat foto ibu Nicholas yang terbaring dengan wajah pucat.

“Bagaimana bisa dia tidak membujuk ibunya untuk makan,” kesal Rose dengan wajah khawatir. Ia melangkah cepat keluar dari kamar.

Lama terdiam bingung, Rose melihat ke sekeliling, mencari keberadaan William yang entah di mana.

“Bu, apakah Anda membutuhkan sesuatu?” tanya pelayan yang tiba-tiba sudah berada di belakang Rose.

Wanita cantik dengan riasan tipis itu, terkejut dan memegang dada. Ia berbalik dan melihat pelayan wanita tersenyum.

“Di mana ruangan pak William?” tanya Rose setelah merasa lega.

“Pak William di rumah kerja, Bu. Saya akan membawa Anda ke sana,” ujarnya merasa menyesal setelah melihat wajah terkejut istri bosnya.

Rose mengangguk, ia melangkah di belakang pelayan suaminya. Di dalam hati, ia memuji keindahan rumah yang Matilda berikan. Rumah ini, bahkan lebih besar dibandingkan rumah Nicholas.

Setibanya di depan pintu dengan cat berwarna coklat gelap. Si pelayan mengetuk beberapa kali, kemudian memutar gagang pintu dengan perlahan.

“Silakan Bu, saya akan membawa teh untuk Anda,” ujarnya mempersilakan.

Rose mengangguk, ia melangkah masuk dengan ragu. Tatapan matanya langsung tertuju pada William yang langsung berbalik ke arahnya.

“Pak, maafkan saya karena–”

Rose menghentikan langkah tatkala William berjalan ke arahnya. Wanita cantik itu meremas kedua sisi gaun dengan jantung berdebar.

“Ada apa?” tanya William ketika jaraknya dan Rose hanya beberapa Senti saja.

“Pak saya ingin minta izin,” jawab Rose menundukkan kepala, ia tak bisa menerima kemarahan William.

“Kemana?”

Rose menelan ludah kasar, ia mencoba mengangkat wajah. “Ibu Nicholas terlihat sangat pucat, saya khawatir–”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 135 [Tamat]

    “Aku mendengar jika Ayah ingin menjodohkanmu, ya?” tanyanya dengan suara dipelankan.“Hum, dengan putra tuan Baskoro,” jawab Anantha tanpa minat.Clara memicingkan mata, “Lalu bagaimana? Jangan bilang jika Kakak menerimanya.”Annatha merebahkan tubuhnya pada sandaran sofa, meraih buku di sebelahnya dan membuka halaman yang belum dibaca. “Ya, aku harus menerima demi nama baik ayah.”Clara frustasi, ia memegang tangan kakaknya dengan erat. “Kenapa tidak menolak? Jangan bilang bibi meninggalkan rumah mengomel karena ini?”Anantha mengangguk kecil. “Tidak bisa menolak. Aku sudah berjanji pada nenek sebelum meninggalkan kita. Bahwa aku akan selalu menjaga nama baik keluarga.”“Tapi, bukan seperti ini. Kamu salah paham, Kak. Jika nenek masih ada, dia pasti akan memintamu menolaknya.”Anantha menutup buku, menatap adiknya dengan serius. “Ini hanya soal waktu. Kami berdua hanya butuh membicarakan ini dengan kepala dingin. Jika setelahnya tidak cocok kami bisa membatalkan.”Clara semakin frusta

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 134

    Tiga belas tahun berlalu.Tangan kekar kekar memeluk pinggang yang masih tetap ramping seperti tiga belas tahun lalu, wanita cantik itu, tetap terlihat awet muda meski usia tidak lagi seperti dulu.“Bagaimana pekerjaanmu?” tanyanya lembut di telinga istrinya.Bibir itu tersenyum indah, ia mengusap tangan kekar yang berada di perutnya dengan lembut. Tatapannya lurus pada pemandangan di depan mereka. Pada gadis dengan dres putih dengan sebuah buku di tangannya.“Semua berjalan baik,” jawabnya.“Putri kita sudah semakin besar dan semakin mirip denganmu,” ujr William dengan tatapan bangga, “tuan Baskoro–”“Dia masih muda, sayang jika usianya tidak digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.”Menghela napas pelan, William semakin mengeratkan pelukannya. “Hanya perjodohan, jika mereka tidak cocok–”“Aku tetap tidak setuju, Willie. Anantha masih sangat muda,” tolak Rose lembut, “kukira setelah kau melewati sembilan puluh sembilan kali kencan muda di masa muda, kau sadar jika perjodohan itu ti

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 133

    Nicholas masih termangu di bawah, melihat bagaimana William memperlakukan Rose dengan sangat baik. Pria itu memberikan apa yang seharusnya wanita inginkan dan dia tidak bisa.Diam-diam, Nicholas meneteskan air mata dengan senyum getir, ada sakit yang tak bisa dijelaskan dengan benar. Putri mereka—Anantha adalah gadis paling beruntung selain mantan kekasihnya.“Tuan, kita kembali?” Megan yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari William mencoba untuk mendekati.Nicholas memalingkan wajah, menghapus air mata yang sempat terjatuh. “Hum, kita harus kembali, tapi ada baiknya berpamitan ada yang punya acara.”Megan melihat ke atas, perhatian yang William berikan memang membuat iri siapa saja. Kini, Megan tahu, jika Nichola masih belum bisa merelakan Rose meski wanita itu telah memiliki istana sendiri.“Kalau begitu ayo,” kata Megan, “saya khawatir terlalu lama, Ibu semakin lelah menunggu.”Nicholas melangkah ragu, tatapannya penuh dengan banyak penyesalan dan perandaian, bertemu dengan Diana

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 132

    “Nyonya Diana semakin cantik, benar, kan Ibu?” bisik Megan pada Margaret. Setelah berpisah di lobi tadi, Nicholas terlihat lebih tidak bersemangat, entah apakah itu seperti dia menyesal datang atau menyesal karena tidak bisa menjadi suami yang baik dahulu.“Diana memang selalu cantik, dia pandai merawat diri, tetapi—” Margaret melirik pada putranya yang terlihat frustasi.Megan kembali meminta Margaret untuk fokus ke arah Diana, pemandangan yang semakin terlihat dramatis, “Bu, itu Bu Rose, dia ternyata lebih cantik,” puji Megan tidak bisa berhenti menatap kecantikan Rose.Nicholas yang mendengar nama Rose melihat ke arah pandang ibunya dan Megan. Ia menelan ludah kasar, kecantikan itu begitu alami, senyum yang tulus dan Nicholas merasakan jantungnya berdegup kencang.‘Sialan, kenapa aku masih berdebar ketika bertemu dengannya,’ batin Nicholas.Ia menghabiskan minumannya dan meninggalkan meja miliknya. Ia berjalan keluar untuk sekedar menenangkan diri sebelum acar benar-benar dimulai.

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 131

    aDi hari yang telah dinantikan, di gedung pencakar langit itu, berdiri para kolega besar dengan rasa kagum yang tak bisa disembunyikan. Mereka terkagum dengan foto keluarga yang dipasang begitu besar di lobi utama.“Wah, ternyata benar kata orang-orang yang pernah melihat. Putri pak William memang sagat cantik, perpaduan ayah dan ibu yang imbang,” bisik para tamu yang tak henti memuji kecantikan Anantha.“Ya, aku tidak akan berbohong, jika putri mereka memang sangat cantik dan pasti sangat beruntung,” balas yang lain.“Benar, apalagi dia adalah keturunan terakhir, kekayaan yang nyonya besar miliki akan turun padanya. Oh, si cantik itu hanya perlu bernapas.”“Anda benar, Tuhan terlalu baik pada keluarga mereka. Hingga hanya menyisakan sedikit saja pada kami.”Mereka semakin masuk ke dalam, semakin menemukan keindahan yang tak terduga, dekorasi yang indah dan sempurna, makanan yang lezat serta minuman-minuman mahal tersedia di setiap meja.Dengan ini mereka yakin jika Matilda benar-be

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 130

    Tiba di halaman belakang, Diana berjalan dengan wajah tenang, ia harus menerima nasibnya, keluarga ini memang tidak bisa menerima sebaik apa pun dia.Margaret menoleh tatkala mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Ia tersenyum le,but dan berdiri menyambut mantan menantunya. Dibandingkan Nicholas, dia jauh lebih banyak salah pada Anantha.“Diana, kemarilah!” panggil Margaret penuh rasa bersalah.“Ibu, bagaimana kabarmu?” Diana memeluk Margaret cukup lama, menahan rasa sesak di dada karena akhirnya bisa memeluk mantan mertuanya.“Ibu, baik-baik saja,” ujar Margaret merasakan hal yang sama, tetapi ia mencoba tetap tegar dan terlihat baik-baik saja.“Senang karena akhirnya bisa melihatmu lagi,” ucap Margaret setelah pelukan mereka terlepas, “kamu tinggal di mana, Nicholas—”“Aku memang pindah Ibu,” potong Diana.Mengangguk pelan, Margaret meminta Diana duduk dan menjelaskan dengan pelan tujuan, ia bisa melihat bahwa hidup mantan menantunya baik-baik saja setelah berpisah.“Ibu dengar,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status