Share

Bab 59. Isi Hati Tania.

   Tania merasa kehilangan ketika Arnold hilang dari pandanganya. Perasaan apa ini? 

Tania menghempaskan diri di sofa. Sakit hati di campakan Ryan masih bergulat di hati dan pikiranya. Semakin memelihara dendam ini. Semakin sakit rasanya. 

'Haruskah aku menghilangkan dendam ini?' Batin Tania.

Ia memijit keningnya sendiri. Pusing memikirkan itu semua.

Drrrt ...

Suara gawai berbunyi. Nomer Arnold terpampang di layar.

"Ada apa Arnold? Tolong aku ingin sendiri dulu!"

"Baiklah, tapi aku mencintaimu Tania, lebih dari apapun di dunia ini!"

Tania tersentuh dengan kata cinta Arnold. Kemudian mematikan gawainya.

Menghembuskan nafas pelan. Karena pusing ia tertidur di sofa.  

Tepukan tangan membangunkan Tania. 

"Tania, pindah ke kamarmu !" 

"Iya kak," 

Tania berjalan lunglai ke kamar  Bayangan Arnold berputar di kepalanya.

'Hufft ... aku benci kamu Arnold! Kamu gagal menghancurkan Ryan!"

Tania merancau nama Ryan. Hanya beberapa menit tak lama kemudian terlelap kembali dalam mimpi. 

*****

   Pagi menjelang Amelia menyiapkan sarapan untuk suaminya. Roti keju plus susu hangat, ia menikmati sarapanya sambil bercanda. 

"Sayang gimana udah ketemu orangnya yang sabosate bahan waktu itu?" 

"Udah,"  

"Siapa?" 

"Hemm ... temen bisnis," 

Ryan mengengam jemari istrinya. 

"Doakan suamimu sayang, semoga bisnis kita tak ada halangan yang berarti," 

"Iya sayang ...." 

Ryan kemudian menghabiskan sarapanya. Ia harus segera ke kantor. Ada kabar penting dari Akbar.  

Ryan menyetir mobil sendiri menuju kantornya. Akbar sudah menunggu di depan kantor. 

"Ada Apa Akbar?" 

Mereka berjalan beriringan menuju ruangan Ryan. Ia  Menaruh tas di atas meja. 

"Ada apa Ryan? Sepertinya penting sekali!" 

"Iya ini penting!" 

Akbar menyerahkan foto- foto Arnold bersama Tania saat di belanda. 

"Inikan Tania!" 

"Iya, tepatnya mantan istri Bapak," 

"Ya Tuhan !"  Ryan meremas foto di tanganya. 

"Jadi ini ulah Tania!" Ryan mengepal tanganya geram. Ingin sekali mencekik wanita tak tau malu itu. 

"Apa yang harus aku lakukan Pak?" 

Akbar khawatir melihat bosnya marah. Belum pernah Akbar melihat atasanya ini marah. Ia selalu baik pada semua orang. 

"Tak ada, kembalilah ke ruangan mu!" 

"Baik pak," 

Akbar melangkah mundur membalikan badanya kembali ke ruanganya. Mempersiapkan jadwal Ryan selanjutnya. 

Ryan membuka lembaran foto yang tadi di remasnya. Ia mendengus kesal. 

'Ternyata Tania di balik ini semua!' Batin Ryan. 

Ia berusaha ikhlas mungkin ini sakit hati Tania yang ia lampiaskan  

 Mulai sekarang  Ryan  tak ingin mempermalasahkan ini lagi. 

"Akbar, kamu hentikan penyelidikan mengenai Arnold, aku  ikhlas, yang penting nanti ke depanya harus lebih hati- hati," kata Ryan lewat sambungan telepon kantor di meja Ryan. 

"Iya pak," balas Akbar. 

Ryan menyandarkan kepalanya di kursi miliknya. Hatinya lega sudah melakukan itu. Berharap Tania bisa melupakan dirinya dan menjalin hidup bahagia bersama orang mencintainya. 

Ia kembali bergelut dengan laptopnya  Menghandle bisnis yang di pegangnya.

Tok... tok..

"Masuk ...."   

Wanita paruh baya masuk, menekuk wajahnya. Merasa kesal pada Ryan sudah hampir tiga bulan. Ryan tak menghubunginya. Hpnya tak bisa di hubungi. Karena kangen ia langsung ke kantornya. 

"Mama !" Seru Ryan kaget. 

"Kenapa? Kayak liat setan aja!" 

"Mama ini, ibu kandungmu! Yang melahirkanmu? Kenapa udah 3 bulan  kamu  tak sekali pun menghubungi Mama?" ucap Lina nyalang menatap tajam putra bungsunya. 

Ryan kembali melihat laptopnya. Ada banyak data yang boleh lengah. Rasanya malas menghadapi mamaya yang selalu menuntut. 

Lina kesal anaknya Cuek. 

"Ryaan !" 

"Iya Ma," ucap Ryan santai. 

"Mama kan baru tiba di Singapore, istirahat dulu duduk di sofa," ucap Ryan sambil menunjuk sofa warna maroon di samping meja kerja Ryan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status