Amelia anak petani dari desa, wajah cantik, kulit sawo matang. Ia di terima Universitas itu karena mendapatkan beasiswa. Di kampus ia sukai seorang dosen yang tampan juga kaya. Amelia sering di bully dan di ejek. Tapi dia tak perdulikanya. Niatnya hanya belajar. Ryan seorang dosen, sebenarnya ia anak orang kaya. Tapi Ryan lebih suka mengajar daripada membantu Perusahaan Ayahnya. Sedangkan Ibunya Ryan tau anaknya berhubungan dengan gadis desa berusaha memisahkanya. Ia ingin menjodohkan dengan gadis pilihanya Tentunya yang sederajat dan calon pengacara. Akankah cinta mereka bersatu dengan segala perbedaan dan halangan dari Ibunya Ryan? Cover by pinterest
View MoreKepala sekolah mengumumkan kelulusan siswa Sma negeri 10 kota kecil di jawa tengah. Tepatnya di daerah pemalang. Para siswa berderet menunggu pengumuman itu. Anak-anak Deg-deg an menunggu pengumuman. Tatkala kepala sekolah mengumumkan hasil kelulusan, mereka lulus seratus persen. Anak- anak bersorak sorai menyambut pengumuman dari kepala sekolah. Di lanjut Kepala sekolah mengumumkan juara satu sampai sepuluh. Amelia masuk dalam sepuluh besar. Mendengar itu ia mengucap alhamdulilah,Selesai pengumuman murid menbubarkan diri, ada yang masuk kelas masing- masing. Murid terutama yang laki- laki membawa pilox untuk mencorat- coret pakaianya.
Tapi Amelia tak ikut corat- coret sebagai euforia kelulusan. Ia lebih suka masuk kelas. Amelia duduk di bangkunya. Shinta yang di sampingnya heran, sahabatnya heran dengan tingkah laku Amelia.
"Amel, kenapa malah duduk di sini? Nggak ikut corat- coret?"
"Aku bukan orang kaya, Shin. Nanti seragam ini aku lengserkan ke adiku. Adiku baru lulus smp. Sebentar lagi mau masuk sma." ucap Amelia sendu.
"Kamu juga kenapa duduk di sini, nggak ikut corat-coret?
" Aku di wanti-wanti sama Mama, nggak boleh ikutan baju di corat-coret,"
"Oh ya shin, aku pingin kuliah. Semoga ada beasiswa masuk ke Universitas."
"Amiin..." Ucap Shinta tanganya menegadahkan keatas. Shinta temen sebangku juga sahabat karibnya.
"Ya dah, jangan sedih terus. Ikut ke kantin yuk..." Shinta meraih tangan Amelia dan mengandengnya. Mereka menuju ke kantin. Tapi ketika baru berjalan beberapa langkah Mereka di hadang Roni.
"Mau kemana kalian?" Tanya Roni berkacak pinggang. Sebenarnya Roni berwajah tampan, dia juga anak orang kaya di kota ini. Sayangnya ia termasuk bandel. Suka membolos, tak jarang di kantin tempat ia merokok. Roni sudah lama menyukai Amelia, tapi Amelia tak mengangapnya temen biasa. Ia hanya ingin fokus belajar.
"Pergilah Ron, kami tak ingin di ganggu..." Ucap Shinta sewot, Sedang Amelia hanya diam menatap Roni.
Shinta kemudian menarik tangan Amelia untuk menjauh dari Roni.
Roni pun mengejar mereka berdua.
"Hei, tunggu aku !" Ucap Roni mengejar mereka berdua.
Mereka berhenti dan menoleh.
"Amel, nanti kita pulang bareng ya," ajak Roni. Mendengar ucapan Roni, Amelia sewot. Tapi di tahan emosinya. Tak ingin bertengkar dengan Roni.
"Maaf Ron, Aku akan pulang bersama Shinta." ucap Amelia.
Roni hanya menghela nafas berat, kecewa. Ia selalu menghindari dirinya, pujaan hatinya berlalu dari hadapanya.
****
Guru wali kelas membagikan pengumuman surat kelulusan, Itu sebagai bukti bahwa siswa itu telah lulus dari sekolah juga surat sementara untuk mendaftar kuliah. Mereka semua mendapatkan surat itu tak terkecuali Amelia, ia bersyukur mendapatkan sepuluh besar di sekolahnya. Angan-angan melanjutkan kuliah melintas di kepalanya. Ia bercita-cita menjadi dokter. "Semoga ada beasiswa masuk ke jurusan itu.Amin,"batin Amelia.
Mereka pulang bersama Karena memang rumah mereka juga searah. Shinta lebih dulu sampai di rumahnya. Ia melambaikan tangan pada Amelia. Saat sampai di depan gerbang rumahnya, Amelia pun membalasnya.
Angkutan umum berhenti di depan gang rumah Amelia. Setelah membayar angkutan ia turun. Amelia berjalan menyusuri gang. Akhirnya ia sampai di rumahnya.
Ibunya Amelia sibuk melayani konsumen.
"Assalualaikum..."
Ibunya walaupun sibuk menjawab salam Amelia.
"Walaikum salam..."
Amelia berjalan ke kamarnya. Ia berganti pakaian. Segera membantu ibunya melayani pembeli.
Tak lama kemudian. Para pembeli itu pulang. Mama Ning ibunya Amelia menoleh ke arah Amelia.
"Makan dulu Amel. Ibu udah masak..."
"Ibu udah makan belum?"
" Udah nak." Ucap Ningsih.
Amelia beranjak dari duduknya. Ia segera ke ruang makan. Lauk sederhana terhidang di meja. Sayur asem, Ikan goreng, tempe serta sambel kesukaan Amelia. Orang tua Amelia orang biasa. Ibunya membuka toko sembako di depan rumahnya. Namanya Ningsih,sedang Ayahnya bernama pak Trisno seorang petani. Walaupun mengarap lahan sendiri tapi hasilnya tak bisa tiap bulan menghasilkan. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga Pak Trisna bekerja sambilan sebagai ojek.
"Bu.. Ayah mana, ke sawah atau pergi ngojek?" Tanya Amelia di sela- sela makanya.
"Ayahmu ngojek." Amelia kembali melanjutkan makanya. Setelah makan Amelia mencuci piring, kemudian duduk di sebelah ibunya membantu merapikan dagangan.
"Bu..." panggil Amelia.
"Hemm..." Balas ibunya Tak menoleh, tanganya sibuk merapikan dagangan.
"Bu, aku udah lulus ujian, tapi aku ingin cari beasiswa untuk melanjutkan kuliah."
Ning langsung menoleh kearah Amelia. Ia senang anak sulungnya lulus sekolah. Tapi ini, Amelia ingin melanjutkan kuliah. Dari mana biayanya? Sedangkan adiknya mau lulus sekolah. Dari hati yang terdalam, ia ingin Anaknya sekolah yang tinggi. Tidak seperti dirinya hanya lulusan smp. Mama Ning mengusap kepala anaknya.
"Maaf Nak, orang tuamu tak bisa menyekolahkan kamu. Ku harap kau mengerti dengan keadaan kita" Ucap Ning sendu.
Air mata seakan ingin terjun bebas dari matanya. Ingin Ningsih seperti orang tua lainya, menyekolahkan anak sampai tinggi.
Amelia menghela nafas panjang. Ia semakin bertekad ingin merubah nasibnya. Cita-cita sebagai dokter harus ia wujudkan..
"Bu, aku ingin restu Ibu. Aku ingin mencari beasiswa." Air muka Ningsih tambah sendu. Ia semakin merasa bersalah. Ningsih kemudian memeluk anak sulungnya.
"Ibu, merestuimu nak." Air mata Amelia lolos begitu saja membasahi pipinya. Amelia kemudian mengusap air matanya.
"Bu, aku kekamar dulu..." Mama Ning menganguk.
Amelia beranjak menuju ke kamarnya. Ia mulai browsing dari laptopnya mencari beasiswa di Universitas. Ada beberapa Universitas mengadakan beasiswa, salah satunya Universitas Guna Dharma. Universitas swasta bonafid di Semarang. yang Membuka beasiswa untuk semua jurusan. Amelia tertarik. Ia mengisi form mengajukan diri sebagai calon mahasiswa secara online.
"Semoga di Terima, Amin." ucap Amelia dalam hati. Ia melirik jam di dinding menunjukan pukul satu siang. Merasa dirinya belum sholat ia keluar kamar, menuju kamar mandi. Melepas jilbabnya dan wudhu.
"Kamu mau sholat nak," tanya Trisno sambil meletakan cangkul di pojokan ruang dapur.
"Iya Ayah," Melihat baju Ayahnya penuh dengan lumpur. Ia membuat teh hangat untuk Ayahnya. Amelia menyajikan di meja.
"Ayah, tehnya udah di meja. Amel sholat dulu."
"Iya nak. Terima kasih."
Amelia mengganguk. Ia kemudian melangkah ke kamar menunaikan sholat dhuhur. Amelia menghamparkan sajadah. Menghadap kiblat, kemudian melafalkan surat pendek. Empat rokaat ia tunaikan dengan khusuk. Selesai sholat ia berdoa untuk orang tuanya. Juga untuk dirinya sendiri. Semoga ada beasiswa penuh untuk dirinya. Ada ketenangan setelah melakukan kewajiban. Ia melepas mukenanya dan menaruh di captok. Kembali duduk di depan laptopnya. Mencari informasi tentang Universitas membuka beasiswa penuh untuk calon siswa yang kurang mampu. Ada beberapa Universitas yang membuka beasiswa. Di antaranya Universitas Jakarta, Yogyakarta juga Surabaya. Amelia mengisi form dari semua Universitas itu.
Bersambung.
Tania dan Arnold pulang dari kantor. Perasaan lega menyelimuti hati. Sejatinya tak ada manusia yang sempurna yang ada hanya saling memaafkan. Minggu depan Tania dan Arnold menikah. Kebetulan Ayah Arnold adalah temen bisnis Ryan di Singapore. Ini sekaligus sebagai silaturahmi bisnis. Ryan pulang ke rumah, di depan pintu bau masakan menguar menusuk hidung. Ryan Membuka pintu, karena pintu juga tidak di kunci. Terlihat Amelia sedang sibuk di dapur. Bau masakan semakin mengaduk perut yang keroncongan. "Masak apa sayang," tanya Ryan memeluk pinggang istrinya. Amelia kaget, suaminya sudah memeluk erat pingangnya. "Masak yang gampang aja, Cumi saos tiram sama capcay bakso kesukaan Mas Ryan," "Sayang, ada kabar baik." ucap Ryan mengecup pipi istrinya. "Apa tuh?" tanya Amelia semangat. "Tania dan Arnold mau menikah." Amelia kaget sekaligus senang. Sikap tegas Ryan
Arnold dan Tania, membicarakan rencana pernikahan. Tiba-tiba ia teringat perbuatanya pada Ryan. Ia ingin meminta maaf. "Tania, sebelum kita menikah aku ingin minta maaf sama Ryan," ucap Arnold sembari memegang jemari Tania. Tania terdiam sesaat, ia teringat kejadian itu atas perintah dirinya. Yang harus meminta maaf adalah dirinya. "Aku yang harus minta maaf sama Ryan, itu kan karena atas perintah ku," Kata Tania menatap kosong di depanya. Tania kini menyadari kesalahanya. Membiarkan dendam menguasai hatinya. Arnold seneng mendengar ucapan Tania. Itu artinya Tania ingin berubah menjadi lebih baik. Tak ingin menaruh dendam berlarut pada Ryan. Karena sejati hukum tabur tuai berlaku di dunia ini. Tania memperoleh hukumanya, di campakan oleh Ryan. Ia Lebih Memilih istrinya. Ingin menghancurkan hidup Ryan, tapi dirinya yang hancur. Untung cinta Arnold menyelamatkan dirinya, hi
Arnold menyodorkan cincin di hadapan Tania. Netra Tania menatap lurus cincin berlian di hadapanya. "Menikahlah denganku Tania, aku tak bisa berjanji bahwa aku akan selalu membahagiakan mu tapi aku ingin bersama sampai menutup mata." Tania mengejap matanya berulang kali, ia tak menyangkaa akan di cintai seperti ini. 'Apa ucapan kakak harus aku turuti?' Batin Tania. Arnold masih menatap penuh harap agar menerima dirinya. "Tania ...." panggil Arnold parau. "I-ya," jawab Tania sambil terbata- bata. "Apa kau menolakku?" tanya Arnold sedih. Ia berpikir sejenak. Lalu dengan memejamkan matanya ia menjawab lamaran Arnold. "Iya Arnold, aku mau menikah denganmu" walau hati ragu. Tapi ia ingin menghilangkan bayangan tentang Ryan di kepalanya. Hati Arnold sangat bahagia mendengar ucapan Tania. Arnold membuka kotak berisi cincin berlian. Menyematkan di jemari Tania. Cincin
Selama hampir sebulan Arnold mendekati Tania. Melakukan apa saja demi mendapatkan cinta Tania. Menyuruh Tania melupakan dendam pada Ryan. Mencoba berdamai dengan kehidupan. Bahwa semua terjadi adalah kuasaNya. Tapi Tania masih terdiam semua perkataan Arnold. Ia sangat sabar menghadapi Tania. Juga berdoa semoga Tania segera sadar. Arnold memakai jas Navy. Menyemprotkan aroma maskulin di tubuhnya. Jack sudah menunggu di belakang kemudi. Ia masuk mobil sudah tak sabar menemui Tania. Gugup menguasai hati Arnold. Jack melajukan mobilnya ke Apartemen Tania. Arnold membuka cincin berlian mata satu yang berkilau Indah. 'Ya Tuhan, semoga Tania menerimaku' batin Arnold. Tania baru bangun tidur saat mentari sudah naik. Ia mengeliat. Membuka selimutanya. Ada perasaan bahagia menyelinap ke dalam kalbu. Ia tak tau kenapa. Lebih baik mandi. Air pagi menyegarkan tubuh Tania. Rambut basah Tania telah di bungkus dengan handuk. Tania
Amelia melanjutkan makannya. Ucapan mertuanya yang menohok membuat selera makanya terhenti. 'Kapan Mama akan menerimaku?' Batin Amelia sambil menunduk. Ryan mengerti istrinya sedih. "Mas, ayo kita periksa ke dokter," rajuk Amelia dengan tatapan memohon. "Iya ... sayang, besok kita periksa. Kebetulan tak ada jadwal penting di kantor," Mata Amelia menyiratkan bahagia. Keinginan memiliki zuriat begitu besar baginya. Bukan sekedar menghindari ocehan mertuanya. Tapi ada kebahagiaan tersendiri di saat bayi mungil tumbuh besar di rahimnya. Melahirkan dan membesarkan dengan penuh cinta kasih. Untungnya suaminya sangat pengertian. Tak menuntutnya memiliki keturunan segera. Tapi anak adalah rejeki dan harus berusaha meraihnya. Juga doa yang tak pernah putus. Amelia mengeliat dalam pelukan suaminya. Hangat mengaliri darah Amelia. Ia mengejap dan mengedarkan pandanganya. Masih gelap jam berapa ini?
Kembali ke Amelia. Amelia mengejap matanya berulangkali. Ia melihat jam di beker di nakas. Jam 3 sore. Ia bangkit dan melangkah ke kamar mandi tak jauh dari kamarnya. Ritual mandi dilakukan dengan cepat. Selesai mandi segera ke dapur. Memasak untuk nanti makan nanti malam. Aroma masakan menyeruak menyebar di seluruh ruangan rumah ini. Jam lima sore Ryan pulang. Pintu rumah tak di kunci. Ia langsung masuk saja. "Ceklek" "Assalamualaikum," "Walaikum salam Mas Ryan," Senyum mengembang dari kedua sudut mulut Amelia. Ia menyambut suaminya dan mencium tanganya. "Masak apa sayang?" Tanya Ryan sembari mencium kening istrinya. "Masak kesukaan Mas Ryan," ucap Amelia sembari menaruh Ayam goreng di meja. "Mas mandi dulu, nanti kita malam bareng," "Iya sayang," Ryan melangkah ke kamar. Mandi juga berganti pakaian. Ryan terlihat segar. Waj
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments