Beranda / Romansa / Terjerat Cinta Majikan Seksi / Bab 3 Insiden di Kolam Renang

Share

Bab 3 Insiden di Kolam Renang

Penulis: VILNOCTE
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-24 03:39:56

Tawa Ariana lepas, mendengar jawaban Diego. “Yang aku tanya namamu,” ujar Ariana.

Diego tersentak kaget, tersadar dari lamunannya. Sadar akan tindakannya, Diego dengan cepat menundukkan pandangannya. 

“Na... namaku Diego, Nyonya,” jawab Diego terbata-bata, suaranya hampir tak terdengar. Ariana yang masih tertawa kembali duduk di kursi taman, suara tawa sang majikan membuat Diego semakin salah tingkah.

“Ah... sialan, kenapa aku bisa bertingkah bodoh seperti ini,” gumam Diego dalam hati, merasa malu dengan dirinya sendiri.

Tangan Ariana meraih selembar kertas di meja. “Ini kontrak kerjamu, kamu bisa membacanya dulu, lalu tanda tangan jika kamu setuju dengan poin-poin yang tertera di sini,” ucapnya sambil menyodorkan kertas itu ke Diego.

Diego melangkah pelan, menerima kertas itu. Begitu membaca tulisan di dalamnya, ekspresi terkejut menghiasi wajahnya.

“Maaf... Nyonya, apa gaji saya tidak salah?” tanyanya, matanya terbelalak melihat nominal angka gajinya yang empat kali lebih besar dari gajinya di tempat dulu.

“Iya, itu gajimu. Apa kamu merasa itu terlalu rendah?” tanya Ariana, menatapnya dengan serius.

“Tidak-tidak, Nyonya!” Diego mendadak panik, dengan cepat melangkah mendekati meja, meraih pulpen, dan langsung menandatangani kontrak kerjanya.

“Ini, Nyonya.” Dia menyerahkan kontrak kerja itu dengan kedua tangannya.

 “Apa kamu tidak membaca dulu dengan teliti?” tanya Ariana, ia meletakkan kontrak kerja Diego di meja.

“Tidak perlu, Nyonya. Aku sudah sangat bersyukur dengan tawaran itu,” jawab Diego, tersenyum bahagia, namun saat matanya saling tatap dengan mata sang majikan, dia cepat-cepat kembali menunduk.

Ariana tersenyum lembut, “Kalau begitu, selamat bergabung di tempatku. Setelah ini, Andrew yang akan menunjukkan area yang menjadi tanggung jawabmu.”

Diego menundukkan kepalanya, mengucap terima kasih sekali lagi. Setelah itu dia dan Andrew mengucap pamit, meninggalkan sang majikan yang kembali bersantai di taman itu. 

Saat berjalan pergi, Diego sekali lagi mencuri pandang lewat sudut matanya, kembali dibuat takjub dengan sosok majikannya.

 “Dia sangat cantik dan juga ramah,” gumamnya pelan, hatinya bergetar penuh rasa kagum.

Andrew membawa Diego ke halaman depan, menunjukkan area yang akan menjadi tanggung jawabnya. “Ini area yang menjadi tanggung jawabmu,” kata Andrew, yang lalu menunjuk ke arah bagian selatan bangunan, tepat di samping kolam renang yang berkilau di bawah sinar matahari. “Dan area kolam renang di sana juga,” tambahnya.

“Siap, Tuan Andrew. Terima kasih,” balas Diego, penuh semangat. Ia langsung bekerja begitu Andrew pergi.

Dua jam kemudian, setelah menyelesaikan area depan, Diego melanjutkan pekerjaannya ke sekitar kolam renang. Jorge yang sudah selesai dengan pekerjaannya  datang menghampiri dan menyapa, membantu Diego mengatur pot tanaman sambil berbincang santai.

Tiba-tiba, sebuah sedan mewah berwarna silver meluncur masuk dari gerbang dan berhenti tepat di depan gedung utama. Seorang pria berusia sekitar 60 tahun turun dari kursi penumpang bagian belakang, lalu melangkah masuk ke gedung utama.

“Tuan Sergio?” tanya Diego sembari menoleh ke Jorge.

“Iya,” balas Jorge singkat lalu melirik jam tangannya.

“Sepertinya Tuan Sergio akan berenang,” Jorge memberitahu Diego, mengingat salah satu kebiasaan majikan mereka di jam seperti ini.   

“Berarti Nyonya Ariana juga?” Diego tiba-tiba bersemangat, senyumnya melebar membayangkan sang majikan mengenakan bikini.

Tangan Jorge dengan cepat mendarat di kepala Diego, membuat Diego memekik pelan karena terkejut.

“Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Nyonya Ariana hanya suka bersantai di pinggir kolam, dan sekedar informasi tambahan, Nyonya itu tidak tahu berenang,” balas Jorge dengan nada tegas.

Wajah Diego sedikit cemberut, dia mengelus kepalanya di bagian yang dijitak Jorge tadi.

Dari gedung utama, terlihat Ariana dan Sergio yang mengenakan jubah mandi berwarna putih kembali. Ariana dengan lembut membantu Sergio membuka jubah mandinya, hingga Sergio hanya mengenakan celana renang berwarna hitam.

“Iya kan?” ucap Jorge, menatap Diego yang hanya bisa mengangguk pelan.

Sergio perlahan turun ke kolam renang, di bagian yang kedalamannya hanya setinggi dada orang dewasa. Kolam renang itu memiliki dua tingkat kedalaman, memberikan pilihan bagi mereka yang ingin berenang atau sekadar berendam.

Diego dan Jorge melanjutkan pekerjaan mereka, mengurus area yang masih di sekitar lokasi kolam renang. Saat mereka berdua tengah sibuk mengatur pot tanaman, tiba-tiba terdengar suara jeritan Ariana.

“Sayang!”

Jorge dan Diego yang tersentak kaget kompak menoleh, mendapati Ariana berdiri di pinggir kolam dengan wajah panik. Di kolam renang, Sergio bergerak panik, kepalanya timbul tenggelam di bagian kolam renang yang dalam.

“Tuan Sergio tenggelam!” seru Jorge yang bergegas bangkit bersama Diego, Kedua pria itu berlari cepat, tanpa ragu langsung melompat ke dalam kolam.

Di dalam kolam renang, Diego segera meraih tubuh Sergio yang sudah kehilangan kesadaran, Diego memeluk tubuhnya dari belakang, berusaha menahan agar kepala Sergio tetap di atas permukaan air, sementara Jorge berenang di samping mereka, membantu mendorong mereka berdua ke arah tepi kolam.

Di bantu Ariana, mereka dengan susah payah mengangkat tubuh Sergio ke tepi kolam.

Jorge berlari cepat, meraih jubah mandi Sergio yang tergeletak di kursi dekat kolam. Dengan cekatan, ia menggulung jubah itu, lalu meletakkannya di bawah kepala Sergio sebagai penyangga. Napas Jorge terdengar berat, dan ia tak bisa menyembunyikan nada panik dalam suaranya.

“Diego! Tuan Sergio pingsan!” serunya. Di sampingnya, Ariana tak mampu menahan tangis. Air matanya mengalir deras, ia menggoyang-goyangkan lengan Sergio dengan cemas, memanggil-manggil namanya. “Sergio! Sayang, bangun…!” isaknya putus asa.

Diego menarik napas, menenangkan diri, ia lalu menatap Ariana yang masih memegangi lengan suaminya, lalu berkata dengan suara lembut.

“Nyonya Ariana… tolong beri saya sedikit ruang, biarkan saya mencoba menolong Tuan Sergio.”

Ariana mengangguk pelan, ia bergerak sedikit menjauh, memberikan ruang bagi Diego yang segera bersiap melakukan tindakan penyelamatan.

Diego menempatkan kedua tangannya di dada Sergio, memastikan posisi tangannya benar. Lalu, ia mulai melakukan kompresi dada, menekan dengan ritme yang teratur, mencoba mengembalikan napas majikannya.

Setelah beberapa kali kompresi, Diego mencondongkan tubuhnya, menutup hidung Sergio, lalu memberikan napas buatan. Setiap detik terasa sangat panjang, rasa gugup semakin mencengkeramnya, namun Diego tetap fokus, tidak ingin menyerah.

Diego terus  melakukan kompresi dada dan napas buatan, tanpa berhenti, meski tubuhnya mulai lelah.

Hingga akhirnya tubuh Sergio tersentak, batuk kecil terdengar, dengan cepat Sergio memiringkan posisi tubuh Sergio, hingga air terlihat keluar dari mulut dan hidung Sergio.

Begitu Sergio tenang, Diego mengarahkan tubuh Sergio hingga kembali berbaring. Memperhatikan wajah Sergio yang mulai kembali bernafas.

Diego menarik napas lega, wajahnya penuh kelegaan.

“Sayang!” seru Ariana, menunduk memeluk suaminya yang masih terbaring lemah.

Di samping mereka, Ariana yang masih terisak menatap Jorge dan Diego dengan mata penuh syukur. Rasa terima kasihnya terpancar jelas, ia menundukkan kepala sedikit, mengucapkan, “Terima kasih, kalian sudah menyelamatkan nyawa suamiku.”

Andrew lalu memberikan instruksi kepada dua orang karyawan pria yang baru saja tiba. “Bawa Tuan Sergio ke dalam rumah,” perintahnya.

Kedua karyawan itu segera mengangkat tubuh Sergio dengan hati-hati, membawanya ke dalam rumah untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

**

“Diego, kamu dipanggil untuk menghadap Tuan Sergio.”

Tiba-tiba Diego merasa panik. Mengapa hanya dia yang dipanggil? Apakah dia akan dipecat di hari pertamanya?

Segala pikiran buruk memenuhi pikiran Diego. Namun, semua itu sirna ketika Diego merasakan sentuhan lembut di punggung tangannya. Ariana, menatapnya dengan memberikan senyuman cantiknya, dan menuntunnya ke ruangan Sergio.

Ruangan itu memancarkan kemewahan yang hangat, dengan dominasi warna krem dan aksen kayu di beberapa bagian dinding. Di atas sofa single seat, Sergio duduk dengan posisi santai, mengenakan pakaian tidur berwarna gelap yang kontras dengan kulitnya yang sedikit pucat.

"Tak perlu tegang begitu, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padamu karena telah menyelamatkan nyawaku." ujar Sergio dengan suara yang berat. Napasnya terdengar tak beraturan, ada jeda kecil di antara hembusan yang menunjukkan bahwa tubuhnya belum pulih sepenuhnya.

Detik itu juga, Diego menghela napas lega. Padahal, dirinya sudah khawatir jika Sergio akan memecatnya.

Diego segera menundukkan kepala dengan penuh hormat. "Tidak perlu berterima kasih, Tuan. Saya hanya melakukan tugas saya," balas Diego.

Pria tua itu tiba-tiba mengulurkan tangannya, menjabat tangan Diego, kembali mengucapkan terima kasih.

 “Apa ada yang kamu inginkan sebagai hadiah? Aku ingin memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih,” tanya Sergio dengan raut wajah serius.

Pertanyaan dari tuan majikannya itu membuatnya terkejut, sehingga Diego hanya menatap Sergio tanpa ekspresi, sebelum menggeleng perlahan, “Tak ada, Tuan.”

Diego bisa melihat alis majikannya yang menaut di tengah tengah lipatan keriput di wajahnya. Mungkin, jawaban darinya tak sesuai dengan ekspektasinya.

“Apa kamu yakin?” tanya Sergio lagi.

 Untuk sepersekian detik, pikiran Diego membayangkan sesuatu yang dia impikan sejak bekerja di rumah ini. Namun, Diego hanya tersenyum dan menjawab tuannya dengan mantap, “Tak ada, Tuan. Gaji dari bekerja di rumah ini sudah lebih cukup untuk keinginan saya.”

Diego menyaksikan Sergio yang menghela napasnya. Lagipula, jika tuan majikannya itu tahu apa yang ada di pikirannya, dia jelas akan langsung mengusirnya dari rumah itu …

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 47 Terlalu diam

    Dua minggu telah berlalu sejak Diego terakhir kali terbaring lemah di rumah sakit.Waktu berjalan perlahan, namun dalam keheningan itu, banyak hal yang tumbuh dan menguat—terutama rasa percaya Ariana terhadap dirinya sendiri, dan kekaguman Diego terhadap perempuan yang nyaris tak pernah menyerah dalam menghadapi segalanya.Selama masa pemulihan, Ariana nyaris tak pernah beranjak jauh dari sisi Diego.Ia merawat pria itu dengan penuh kelembutan, memperhatikan jadwal minum obat, memastikan pola makan, hingga hal-hal kecil seperti mengingatkan agar Diego tak menggerakkan tubuhnya terlalu cepat.Tak sekalipun ia mengeluh, bahkan saat matanya memerah karena kurang tidur, ia tetap tersenyum setiap kali Diego membuka mata dan mencarinya.Jorge juga memainkan perannya dengan baik.Ia menjadi orang yang selalu hadir, mengimbangi kecanggungan Diego dan meredakan ketegangan Ariana dengan gurauan-gurauan kecilnya.“Kalau Diego terlalu banyak diam, itu artinya dia menyusun kalimat agar terdengar pu

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 46 Kamu pulang, itu yang penting

    Dua Hari Kemudian...Pagi hari itu, sinar matahari menyusup pelan melalui kisi tirai jendela ruang rawat, mengambang lembut di antara aroma disinfektan dan udara pendingin yang stabil. Di sudut ruangan, Ariana berdiri di dekat jendela, merapikan map kecil berisi dokumen medis dan resep yang telah ia ambil dari bagian farmasi sejak pagi. Sesekali matanya melirik ke arah Diego yang masih berbaring, napasnya tenang, matanya mengamati langit-langit seolah menghitung waktu yang bergerak lambat.Pintu diketuk singkat, lalu terbuka. Seorang dokter pria berusia pertengahan tiga puluhan, mengenakan jas putih bersih dan kacamata persegi tipis, melangkah masuk bersama dua perawat wanita yang masing-masing membawa alat pemeriksaan.“Selamat pagi,” sapa dokter itu, hangat namun profesional. “Kami akan melakukan pemeriksaan terakhir sebelum menentukan apakah pasien sudah bisa dipulangkan.”Diego yang sudah bisa duduk bersandar menyambut dengan anggukan kecil. Wajahnya memang belum sepenuhnya pulih—m

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 45 Tetap disisimu

    Di ruang kerjanya, Juan berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke selatan, memperhatikan siluet Giralda di kejauhan. Tangannya diselipkan di saku celana, postur tegapnya tampak tenang, tapi alisnya menyiratkan ketidaksabaran.Pintu terbuka tanpa ketukan. Seorang wanita muda, ramping, mengenakan setelan hitam dengan detail merah darah pada kerahnya, melangkah masuk. Rambut cokelatnya disanggul rapi, dan raut wajahnya netral, nyaris tanpa ekspresi."Lucia," kata Juan tanpa menoleh. "Ada kabar dari orang-orangmu?"Lucia menutup pintu, berjalan perlahan hingga berdiri dua meter di belakangnya. “Sudah aku konfirmasi. Polisi belum menemukan apa pun yang bisa mengaitkan Anda dengan insiden itu. Tapi…”“Tapi?”“Salah satu penyelidik bertanya langsung kepada Ariana hari ini. Artinya, mereka bergerak, meski tanpa arah yang jelas.”Juan menarik napas panjang. “Lalu bagaimana reaksi Ariana?”

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 44 Kartu yang belum di buka

    Cahaya pagi menyelinap malu-malu dari celah tirai jendela rumah sakit. Aroma antiseptik masih menyelimuti udara, berpadu dengan samar harum kopi yang dibawa suster beberapa menit lalu.Di kursi samping tempat tidur, Ariana sebelumnya duduk sambil melipatkan baju bersih yang baru diambil dari koper. Tapi kini ia sedang keluar—katanya hendak membeli sesuatu di apotek lantai dasar.Kesunyian itu yang kemudian dipecah oleh ketukan pelan pada pintu.“Masuk,” ujar Diego, suaranya serak karena belum banyak bicara pagi ini.Pintu terbuka. Andrew melangkah masuk dengan langkah tenang, jas hitamnya terlihat rapi seperti biasanya. Wajahnya tampak serius, namun tidak menunjukkan kecemasan berlebihan.“Selamat pagi,” ucap Andrew sembari menutup pintu perlahan di belakangnya.Diego mengangguk lemah. “Pagi, Tuan Andrew. Sendirian?”“Ya. Kurasa lebih baik bicara berdua dulu,” sahut Andrew sambil menarik kursi dan duduk di sisi ranjang. Ia membuka map

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 43 Sekarang Giliranku yang Dijaga

    Pagi hari – pukul 10.00Ariana duduk di sisi ranjang rumah sakit, mengenakan atasan lengan panjang warna krim dan celana santai abu lembut. Di pangkuannya, sebuah talenan kecil dan pisau mungil. Tangannya lincah memotong sebuah apel menjadi potongan kecil, lalu menaruhnya di mangkuk kaca bening. Ia menyodorkan sepotong ke arah Diego, yang menyender pelan di ranjang dengan beberapa bantal menopang punggungnya."Aku tahu kamu tidak lapar," ucap Ariana, nadanya setengah memaksa namun tetap lembut. "Tapi ini manis dan segar. Coba satu potong saja."Diego membuka mulutnya dengan pasrah. “Aku tidak punya banyak pilihan, kan?” “Yup, pasien tidak punya pilihan,” balas Ariana, menyuap potongan lainnya.Suasana itu terhenti seketika saat pintu kamar diketuk, lalu terbuka pelan. Seorang dokter pria paruh baya masuk, diikuti oleh dua perawat wanita berseragam biru muda. Aroma antiseptik mengambang di udara.“Selamat pagi,” sapa dokter itu, dengan suara hangat dan tenang. “Maaf mengganggu. Kami a

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 42 Menunggumu Membuka Mata

    Sinar matahari pagi menyelinap dari celah tirai, menebar cahaya lembut ke seluruh sudut ruangan. Udara terasa tenang, dan aroma khas rumah sakit samar tercium, bercampur dengan wangi bunga segar dari vas kecil di sudut ruangan.Diego perlahan membuka mata. Kelopak matanya terasa berat, dan tubuhnya masih lelah, tapi kesadarannya mulai pulih. Pandangannya sempat buram, namun perlahan fokus—dan yang pertama kali ia lihat adalah wajah Ariana, tertidur di sisi ranjangnya.Kepala Ariana bersandar tepat di atas tempat tidurnya, tangannya masih menggenggam tangan Diego yang terbaring. Wajahnya terlihat tenang meski masih menyisakan guratan lelah, dan beberapa helai rambutnya jatuh ke pipi.Diego tersenyum kecil. Dengan tangan yang masih lemah, ia mencoba mengangkatnya sedikit, lalu dengan hati-hati mengelus kepala Ariana. Jarinya menyibak pelan rambut dari wajah sang kekasih, menyentuhnya dengan lembut, takut membuat sang kekasih yang tengah tidur terbangun.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status