Home / Romansa / Terjerat Cinta Majikan Seksi / Bab 7 Posisi Baru Diego

Share

Bab 7 Posisi Baru Diego

Author: VILNOCTE
last update Last Updated: 2024-11-21 12:37:30

Diego duduk tegak di kursi ruang kerja Andrew. Pandangannya tertambat pada dinding yang didominasi oleh peta struktur Grup Ortiz. Bagan besar yang memetakan imperium bisnis keluarga Sergio, dari industri manufaktur, logistik, hingga jaringan hotel mewah yang tersebar di berbagai benua.

Andrew berdiri di sampingnya, menjelaskan dengan nada serius namun tenang. “Di sisi keluarga,” katanya, menunjuk satu titik di bagan.

“Ada Miguel Ortiz, adik kandung Sergio. Cukup ambisius, dan seringkali berjalan sendiri di luar struktur utama grup.”

Jari Andrew lalu bergeser ke sisi lain. “Dan ini Juan Ortiz. Putra Sergio. Belum banyak terlibat… untuk saat ini.”

Diego mengerutkan dahi. Ia baru mendengar nama itu. Putra Sergio? Pertanyaan-pertanyaan muncul di benaknya, tapi satu hal yang lebih mengusiknya adalah,mengapa ia diberi penjelasan seperti ini?

Ia bukan siapa-siapa, bukan manajer, bukan bagian keluarga, bahkan bukan staf senior.

“Diego...."

Suara Andrew memutus lamunannya.

“I-iya, Tuan.” Diego segera duduk tegak, tangannya tanpa sadar mengepal di pangkuan.

Andrew melangkah lebih dekat. Sorot matanya berubah serius. “Dengarkan baik-baik. Jaga jarak dari Miguel dan Juan. Tidak ada hal baik yang datang dari interaksi dengan mereka.”

Diego mengangguk pelan, masih mencoba mencerna maksud di balik peringatan itu.

“Tapi Tuan…” Ia akhirnya bersuara. “Kenapa saya perlu tahu semua ini? Saya hanya tukang kebun.”

Andrew menatapnya dalam. “Karena mulai hari ini, kamu bukan lagi tukang kebun. Kamu akan menjadi asisten pribadi Nyonya Ariana.”

Diego tercengang. Ia langsung berdiri dari kursinya. “A-asisten pribadi? Nyonya Ariana?”

Andrew mengangguk. Diego, masih terkejut, menggeleng pelan.

“Maaf, Tuan. Saya rasa… saya tidak cocok untuk tugas itu. Saya sadar diri.”

Tapi Andrew justru tertawa kecil. “Kamu memang jujur. Sama seperti yang Tuan Sergio bilang.”

Diego menatapnya bingung. “Maksud Tuan?”

Andrew berhenti tertawa, lalu menatapnya serius. “Ini perintah terakhir dari Tuan Sergio sendiri. Ia yang memintaku langsung untuk mendidikmu, menjadi orang kepercayaan Ariana.”

Diego terdiam. Kata-kata itu menghantam lebih dalam dari yang ia duga.

Andrew meletakkan satu tangan di bahu Diego. “Aku akan bantu. Aku yang akan latih kamu dari awal. Tapi keputusan tetap di tanganmu. Kamu bisa menolak.”

Hening sejenak. Diego menunduk, hatinya bergemuruh. Kenapa Tuan besar memilihku? Kenapa beliau begitu percaya?

Lalu, ia menarik napas panjang. Wajahnya mendongak perlahan. Ada tekad yang mulai tumbuh di sorot matanya.

“Kalau itu keinginan terakhir Tuan Sergio… saya siap.”

Andrew tersenyum kecil. Ia menepuk pundak Diego sekali lagi. “Bagus. Sekarang dengar baik-baik. Kita punya banyak yang perlu dibahas.”

Dalam satu jam berikutnya, Andrew membongkar realitas keluarga Ortiz yang tidak pernah Diego bayangkan sebelumnya. Politik internal, bisikan warisan, dan tatapan curiga yang selalu diarahkan pada satu nama, Ariana.

Diego mengernyit. “Mereka menganggap Nyonya Ariana… benalu?”

Andrew menyandarkan punggung di kursi kerjanya. Nada bicaranya turun.

“Iya. Sejak awal pernikahan mereka, sebagian besar keluarga besar Tuan Sergio tidak pernah menerima Ariana. Mereka menganggap Ariana hanya mengincar harta.”

“Padahal…” Diego menunduk, suaranya pelan tapi tegas. “Saya bisa melihat Nyonya Ariana begitu mencintai Tuan Sergio. Cinta yang begitu dalam.”

Andrew menatap Diego dengan senyum tipis. “Dan itulah mengapa kamu di sini. Itulah alasan kenapa Tuan Sergio memilihmu.”

Diego mengangguk. Kali ini lebih mantap. “Saya mengerti.”

**

Di kamar tidur Ariana, sunyi menggantung seperti kabut yang tak kunjung terangkat. Wanita itu duduk di tepi ranjang, memeluk bingkai foto Sergio erat di dadanya.

Wajahnya letih, tapi tidak lagi menangis. Air mata seperti telah mengering dalam dua minggu penuh kehilangan dan kelelahan.

Dalam pikirannya, kenangan dari hari pemakaman masih bergema.

Bagaimana keluarga suaminya lebih sibuk membicarakan pembagian warisan dibanding mengenang pria yang baru saja mereka kuburkan.

Bagaimana tawa sinis mereka menyelip di sela-sela doa.

Dua minggu itu bukan masa berkabung. Itu neraka.

Selama itu, Ariana lebih sering berada di kantor pengacara Sergio ketimbang rumah. Ia harus memastikan semua dokumen sah, memastikan tidak satu pun dari keluarga Ortiz bisa mengganggu amanat Sergio.

Dan selama itu pula, ia menerima semua hinaan yang mereka tahan ketika Sergio masih hidup.

Kini, ia kembali ke rumah. Tapi bukan sebagai istri seorang pengusaha besar, melainkan sebagai wanita yang ditinggal sendiri, di tengah rumah yang pernah terasa penuh kehidupan.

Di sudut kamar, Adele, pelayan yang diminta Andrew untuk menjaga Ariana berdiri dengan cemas. Nampan berisi bubur di meja tak disentuh. Wajahnya terlihat begitu khawatir.

Lalu suara pelan terdengar dari belakang. “Nyonya belum makan?”

Adele menoleh. Diego berdiri di ambang pintu. Ia mendekat, menatap Ariana dengan sorot yang tulus dan tenang.

“Tidak, Diego. Beliau belum menyentuhnya,” jawab Adele, pelan.

Diego tersenyum tipis. “Biar aku yang urus.”

Tanpa menunggu, ia mengambil mangkuk bubur dan menarik kursi, duduk tepat di depan Ariana. Wanita itu menoleh, sedikit terkejut.

“Diego?” tanyanya, bingung.

Diego tak langsung menjawab. Ia menyendokkan bubur dan menyodorkannya perlahan ke depan bibir Ariana.

“Tunggu, Diego…” Ariana menarik kepala sedikit ke belakang.

Tapi Diego tetap tersenyum. Hangat, tulus, tanpa dibuat-buat.

“Nyonya… makanlah dulu. Kalau Nyonya terus seperti ini, Tuan besar pasti sedih melihatnya. Setelah ini, aku akan duduk di sini. Mendengarkan semua yang Nyonya ingin sampaikan. Aku akan tetap di samping Nyonya. Seperti yang biasa Tuan Sergio lakukan.”

Ariana terdiam.

Kata-kata itu, sederhana tapi tulus, menggetarkan tembok yang telah ia bangun selama dua minggu terakhir. Perlahan, kepalanya mengangguk. Ia membuka mulut, menyambut sendok pertama. Matanya berkaca-kaca.

“Diego… Sergio… Sergio sudah…” kalimatnya terputus. Air matanya akhirnya tumpah. Tidak terbendung.

Ia menangis. Kali ini bukan karena kesedihan saja, tapi karena ada yang mengerti. Ada yang tinggal, saat semua orang lain menjauh.

Diego tetap di tempatnya. Diam, sabar, menyuap satu demi satu, tanpa mengeluh, tanpa bersuara. Hanya menemani.

Di balik pintu, Andrew berdiri diam, memperhatikan. Ia menunduk perlahan, dan senyumnya mengembang.

Di dalam hatinya, ia tahu bahwa Sergio tidak salah menilai.

“Tuan besar… Anda benar. Diego adalah orang yang tepat.”

Bersambung...

VILNOCTE

Jangan lupa masukkan ke daftar baca kalian ya~

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 58 Benturan Perdana Di Meja Rapat

    Dua hari kemudian...Mobil hitam Andrew meluncur mulus ke depan hotel bintang lima. Ban berhenti tepat di bawah kanopi besar yang menahan cahaya matahari pagi.Dua petugas valet yang sigap segera bergegas, salah satunya membukakan pintu untuk Ariana, sementara yang lain menyambut Andrew dan Diego.Begitu kaki mereka menjejak lantai marmer yang licin, udara sejuk dari pendingin ruangan langsung menyapu kulit. Lobi hotel itu berkilau, marmer mengkilap di bawah lampu gantung kristal besar, musik piano lembut mengalun dari sudut lounge, dan aroma kopi mahal bercampur samar dengan wangi parfum para tamu.Diego mengangkat kepalanya, matanya menyapu sekeliling. Ada beberapa wajah asing yang ia tangkap, sebagian mengangguk tipis, sebagian lagi hanya memandangi dari jauh sambil berbisik.Ariana berjalan di sampingnya, bahunya tegak, blazer putih membingkai tubuhnya, dress biru tua jatuh rapi hingga lutut. Perpaduan keanggunan dan ketegasan seorang CEO.

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 57 Gerak Pertama Dua Kubu

    Ban mobil berdecit ringan saat Diego memutar kemudi, memasuki area parkir basement kantor pusat Grup Ortiz.Aroma khas beton lembap dan suara gema mesin pendingin mengisi ruang. Mereka bertiga keluar dari mobil tanpa banyak bicara, langkah kaki berpacu menuju lift pribadi di sudut ruangan.Begitu pintu lift tertutup, ruangan kecil itu hanya diisi suara dengung mesin dan napas yang berjarak. Diego berdiri di sisi kanan, sesekali melirik Ariana lewat pantulan kaca pintu lift.Perempuan itu memandang lurus ke depan, seperti sedang menimbang langkah berikutnya. Andrew berdiri di belakang mereka, matanya terpejam sebentar.Pintu terbuka di lantai eksekutif. Lorong di sini terasa berbeda, hening, bersih, dan berlapis karpet tebal yang meredam suara langkah. Lampu sorot memantulkan kilau di gagang pintu kaca besar bertuliskan nama Ariana.Begitu pintu ruang kerja dibuka, aroma kopi hitam pekat langsung menyambut. Andrew berjalan masuk duluan, meletakkan map hitam di meja tamu sebelum menjatuh

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 56 Saat Diego Menjadi Pemain

    Matahari pagi mulai menembus celah tirai, menarik garis tipis di permukaan ranjang. Udara kamar terasa hangat, bercampur aroma lembut yang tertinggal dari malam sebelumnya.Selimut sedikit tergeser, memperlihatkan kulit Ariana yang masih menyimpan sisa hangat sentuhan.Ia membuka mata perlahan. Kelopak matanya berat, senyum samar muncul begitu sadar sepasang mata kini tengah menatap dirinya. Diego sudah terjaga lebih dulu, bersandar di sisi ranjang, menatapnya tanpa berkedip.Ariana menghela napas pelan, menarik selimut hingga menutupi bahu sebelum beranjak dari tempat tidur. Ia lalu meraih gaun yang semalam tergeletak di kursi, lalu mengenakannya kembali dengan gerakan ringan.Diego menunduk sedikit, tatapannya tidak pernah lepas dari tubuh sang kekasih.“Tidurmu nyenyak?” tanyanya pelan.Ariana menoleh sebentar, lalu tersenyum tipis. “Cukup. Meskipun ranjang ini... sempit,” balasnya.Diego tertawa pendek. “Kalau tidak hati-hati, aku bisa jatuh tadi malam.”Ariana tertawa pelan, menun

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 55 Menjadi Satu Tanpa Ragu (21+)

    Diego masih berada di atas tubuh Ariana. Napas mereka beradu, lambat dan hangat. Kamar sunyi, tapi atmosfernya pekat oleh rasa yang tak lagi bisa disembunyikan.Jari Diego menyentuh garis rahang Ariana, lembut, lalu turun menyusuri leher dan bahu yang kini terbuka penuh di hadapannya.Ia menunduk, mengecup bibir Ariana sekali lagi. Tangannya meluncur perlahan ke bawah. Menyusuri sisi perut Ariana, lalu ke paha bagian dalam, menyapu dengan gerakan ringan yang membuat tubuh Ariana sedikit gemetar.Diego menggeser tubuhnya sedikit, lalu membimbing bagian paling pribadi dari dirinya ke tempat paling pribadi Ariana.Tubuh Ariana menegang sesaat. Nafasnya tertahan. Matanya terbuka, tapi tak fokus.“Diego…” bisiknya, antara gugup dan yakin.Diego menatap langsung ke dalam matanya. “Aku di sini,” jawabnya, tenang.Dengan hati-hati, Diego mendorong dirinya masuk. Perlahan, sangat perlahan, seolah memastikan tubuh Ariana menerima sepenuhnya.Ariana menggigit bibirnya. Suara erangan kecil lolos d

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 54 Aku Disini Untukmu (+21)

    Suara napas masih memenuhi kamar itu. Lembut, beradu. Hangat.Ariana belum membuka mata. Ia hanya membiarkan dirinya larut dalam detik-detik setelah ciuman panjang mereka berhenti.“Diego…” bisiknya. Pelan.Diego diam. Tapi matanya tetap pada Ariana. Ia menyentuh pipi Ariana, lalu dengan satu gerakan lembut, ia menyelipkan helaian rambut Ariana ke belakang telinga. Pandangan mereka bertemu sejenak, lalu terlepas lagi.“Maaf,” gumam Ariana tiba-tiba.Diego mengernyit pelan. “Untuk apa?”Ariana menunduk. “Aku… tidak tahu harus merespon bagaimana.”Diego mengangguk sekali. Tidak memaksa. Tidak mendekat. Ia hanya membiarkan Ariana punya ruangnya sendiri.Lalu, Ariana bergerak. Pelan. Ia mendekat, dahi mereka bersentuhan. Satu tangan Ariana menyentuh dada Diego, merasakan denyut jantung pria itu.“Bolehkah aku… hanya menikmati ini dulu? Tanpa berpikir?”Diego mengusap tengkuk Ariana. “Apa pun yang kamu mau.”Detik berikutnya, bibir Diego menyentuh kening Ariana. Lalu turun ke pelipis. Arian

  • Terjerat Cinta Majikan Seksi   Bab 53 Ciuman Yang Menyembuhkan

    Ariana masih menunduk. Tangannya di pangkuan, saling menggenggam, dan pipinya merah nyaris sepenuhnya. Tapi perlahan, ia mengangkat wajah. Tatapannya bertemu dengan Diego… lalu berpaling lagi secepat itu.Namun ada yang berubah. Di balik rasa malu, ada keberanian kecil yang muncul.Pelan-pelan, tangannya terangkat. Ia menunjuk pipi kanannya sendiri. Gerakannya ragu, tapi jelas. Tidak berkata apa-apa. Hanya menunjuk, lalu menatap Diego dengan pandangan yang nyaris seperti... permintaan.Diego mengerjap pelan. Mengerti.Senyum tipis muncul di wajahnya. Ia maju sedikit, lalu mengecup pipi kanan Ariana dengan lembut. Hanya satu sentuhan ringan. Tapi cukup untuk membuat Ariana memejam sekejap, dan napasnya tertahan setengah detik.Belum sempat Diego menarik diri jauh, Ariana menunjuk pipi satunya lagi, lebih cepat kali ini. Bahkan ada senyum kecil yang muncul di ujung bibirnya, malu-malu, seperti anak kecil yang bermain diam-diam.Diego tertawa p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status