Sesampainya di unit apartmentnya, Deasy langsung mandi di bawah shower. Lokasi proyek pembangunan superblock tadi membuat tubuhnya kotor karena debu yang beterbangan dan menempel.
Ketika dia ingin melepaskan tshirt pinjaman dari Leeray, dia bisa mencium aroma tubuh Leeray yang menempel di kaos itu, begitu maskulin. Ada apa dengan dirinya belakangan ini? pikir Deasy. Apa dia mulai jatuh cinta pada Leeray?
Air shower yang hangat deras membasahi seluruh tubuhnya, Deasy membalurkan sabun cair ke tubuhnya yang mulai tertutup oleh busa sabun. Mungkin sebaiknya setelah mandi, dia langsung tidur saja, pikirnya.
Seusai mandi, Deasy mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.
Ponselnya berbunyi.
Donovan. Caller id name yang muncul di layar ponselnya.
"Halo, Don."
"Halo, Deasy. Aku ingin mengajakmu ke pesta grup Harper malam ini. Kamu mau kan?" ujar Donovan dengan setengah memaksa.
"
Sepatu high heels Versace berwarna perak itu sangat tinggi, Deasy sangat berhati-hati ketika dia berjalan, dia takut akan terpeleset lalu jatuh mencium lantai. Donovan sepertinya menyadari itu, dia pun menggamit tangan Deasy di lengannya.Valet parking tiba di lobi apartment Deasy lalu menyerahkan mobil Tesla Roadster putih itu pada Donovan.Donovan membukakan pintu kursi penumpang untuk Deasy dan mempersilakan gadis itu untuk naik ke mobilnya. Dia pun berlari ke kursi pengemudi lalu duduk di sebelah Deasy."Kita berangkat sekarang ya, Sayang," ujar Donovan sembari memasang seat belt-nya.Deasy pun memasang seat belt-nya juga sendiri. Dia teringat Leeray yang sering memasangkan seat belt untuknya. 'Ahh bagaimana dia bisa lupa memberitahu Leeray bahwa dia pergi dengan Donovan ke pesta?' omelnya dalam hati.Dia pun segera mencari ponselnya di tas tangan yang ada di pangkuannya lalu mengetik pesan kepada Leeray sambil berharap kekasi
Leeray menurunkan tubuh Deasy di samping mobil Lamborghini biru kesayangannya. Dia membukakan pintu mobilnya dan membantu gadis itu naik ke mobilnya. Kemudian melepaskan sepatu pembawa malapetaka itu dari kaki Deasy. Dia mengagumi betis indah Deasy dalam hatinya. Pacar kecilnya itu memang sangat molek, dari ujung kepala hingga ujung kaki.Deasy merasa wajahnya menghangat, dia merasa malu karena bosnya memperlakukannya dengan begitu manis. Bagaimana dia tidak menjadi semakin jatuh hati?Setelah itu Leeray berjalan ke kursi pengemudi lalu mengendarai mobilnya menuju sisi selatan pinggiran kota Perth. Kediaman keluarga Harper ada di sisi timur kota Perth. Perjalanan pulang ke rumahnya akan memakan waktu cukup lama sepertinya."Gaun itu sangat cantik ketika kamu yang memakainya, Sayang," puji Leeray seraya sekilas menatap Deasy di sebelahnya."Oohh benarkah? Terima kasih atas pujianmu, Lee." Wajah Deasy merona ketika tersenyum menatap Leeray. "Kau pun b
Leeray mendengar ucapan Deasy sekalipun lirih sekali. Namun, dia pura-pura tidak mendengarnya. Leeray kuatir gadis itu hanya terbawa perasaan saja malam ini.Mereka berdua berbagi mie kuah buatan rumah yang dimasak Bibi Rina. Dia memang tidak suka makan mie instan buatan pabrik."Mmmm ini enak sekali, Lee. Bi Rina pandai sekali memasak, ya?" puji Deasy sembari mengunyah mie-nya."Ya. Mie kuah seperti ini lebih sehat dibanding mie instan, Sayang. Apa kamu sering makan mie instan?" ujar Leeray yang telah menyelesaikan makan malamnya.Deasy masih menghabiskan beberapa suap terakhir mie kuah di piringnya. "Tidak juga, aku lebih sering makan roti dan pasta selama tinggal di Aussie."Setelah mereka berdua selesai makan malam yang terlambat itu, Leeray menggendong Deasy kembali ke kamarnya. Gadis itu mengalungkan tangannya ke leher Leeray sembari menatapnya dengan lembut seolah dia memiliki perasaan istimewa pada Leeray.Leeray me
Setelah mengantar Deasy pulang ke apartment-nya. Leeray langsung berangkat ke kantornya. Hari ini dia mengizinkan Deasy untuk bekerja dari rumah untuk memulihkan kondisi kaki kanannya yang cedera.Pagi itu ponselnya berbunyi, Leeray melihat id caller penelepon ternyata papinya. Dia pun segera menerima panggilan itu."Halo. Ya, Pi.""Halo, Lee. Kamu apa bisa ke Jakarta, hari ini?" ucap Leonard, Papi Leeray.Leeray berpikir sejenak lalu menjawab, "Bisa, Pi. Kalau boleh tahu, ada apa ya kok mendadak harus ke Jakarta?""Papi mau kamu membantu mengurus beberapa pekerjaan di Jakarta, jadwal Papi terlalu sibuk dan tidak ada yang membantu karena kamu di Australia," jawab Leonard apa adanya."Oohh oke. Leeray akan pesan tiket untuk berangkat siang ini dari Perth. Sampai jumpa di Jakarta, Pi," balas Leeray."Oke, thanks, Son. Sampai jumpa," ucap Leonard lalu menutup panggilan telepon itu.Leeray pun segera meminta sekretarisnya mas
Michael menjemput kakak sulungnya, Leeray, di bandara Soekarno Hatta. Kakaknya itu seperti biasa tampak begitu keren ketika berjalan dari gerbang kedatangan penumpang pesawat di bandara."Hai, Bang. Penerbangannya lancar, kan?" sapa Michael seraya memeluk Leeray dengan akrab."Hai, Mike. Lancar kok. Kita langsung ke kantor saja." Leeray berjalan bersisian dengan Michael ke parkiran mobil.'Bang Leeray memang gila kerja,' batin Michael dalam hatinya."Ehh gimana kabarnya, Deasy? Kalian sudah jadian, kan?" tanya Michael penasaran sembari menyetir AUDI hitamnya keluar dari parkiran bandara Soekarno Hatta.Leeray tersenyum seraya memalingkan wajahnya ke kaca samping mobil.Michael tertawa melihat abangnya yang tersipu malu. "Ayo cerita dong, Bang. Masa sama adik sendiri aja malu ...," goda Michael."Udah jadian, tapi rasanya aneh aja. Keseringan diajak bunuh diri sama Deasy ...," jawab Leeray sembari tertawa.Michael seperti terkej
Tok tok tok."Masuk." Leonard berseru dari dalam ruangannya.Elena masuk ke dalam ruangan CEO lalu menutup pintu dengan rapat. Kemudian dia berjalan ke arah sofa sambil membawa buku agendanya.Wanita cantik bertampang oriental dengan kulit seputih porselen dengan rambut hitam panjang bergelombang sepanjang punggung dengan wajah tirus dan hidung mancung, sepasang mata sipit yang dinaungi bulu mata lentik nan lebat. Tubuhnya ramping dengan tinggi 165cm. Dia berdiri tenang dan anggun di hadapan Leonard."Selamat sore, Tuan Leo. Apa sore ini masih ada janji baru dengan klien?" ucap Elena dengan suara yang lembut seraya memperhatikan bosnya itu.Leonard duduk di sofa memandangi Elena sambil tersenyum tipis. Dia pun lalu berjalan ke arah pintu ruangannya dan menguncinya dari dalam. Dia membiarkan kunci itu tetap menggantung di tempatnya."Acaraku sore ini adalah bertemu dengan kekasih rahasiaku." Leonard tersenyum seraya memeluk Elena dari belakan
Seusai membersihkan dirinya di kamar mandi di ruang CEO, Leonard pun memakai kembali bajunya yang agak kusut. Dia melihat jam tangannya, sudah pukul 19.10. Dia menghabiskan waktu sekitar 2 jam bersama dengan Elena petang ini.Seandainya Leeray tidak berada di Jakarta, mungkin dia akan menuruti permintaan Elena untuk pulang ke apartment bersamanya. Dia masih sanggup melayani kekasihnya itu beberapa ronde lagi.Elena berjalan keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap dan sudah rapi seperti sebelum dia bergumul bersama Leonard. Dia memeluk pinggang Leonard dari belakang. Pria itu sedang berdiri seraya merapikan penampilannya di depan cermin."Uummm ... Leo-ku yang tampan," gumamnya manja.Leonard terkadang begitu heran pada Elena. Bagaimana bisa kekasihnya itu begitu memujanya? Bukankah dia sudah agak tua? Ada perasaan insecure di dalam hatinya, bila Elena suatu hari menemukan pria yang lebih muda yang akan memikat hatinya. Namun, Leonard me
Akhirnya Leonard berhasil pulang ke rumahnya, setelah mengantar pulang Elena ke apartment-nya. Kekasihnya itu begitu berat melepasnya pulang. Leonard memilih menyetir mobilnya sendiri ketika berdua dengan Elena.Kemanjaan Elena ketika hanya berdua saja dengannya begitu sulit untuk ditutupi. Nada suaranya pun begitu berubah dari yang biasanya sopan dan resmi menjadi manis manja yang begitu menggoda.Mini cooper hitam itu dia parkir di samping AUDI hitam milik Michael di garasi. Dia pun masuk ke dalam rumah. Kedua puteranya sedang makan malam bersama. Dia pun menyerahkan jas dan tas kerjanya ke pelayannya lalu cuci tangan di dapur kemudian duduk di meja makan."Bagaimana tadi meeting-nya, Lee? Apa ada kendala?" tanya Leonard pada Leeray sembari mengambil menu makan malam di piring.Leeray pun menjawab sembari masih mengunyah makanannya, "Tenang, Pi. Semuanya lancar, mereka tidak menaikkan harga bahan baku. Oya kulihat di daftar proyek baru, ada