Share

Siksaan

Setelah sadar dari pingsannya, Noura kembali bertemu dengan Mike, sang dokter yang telah memeriksa kesehatannya untuk kedua kalinya.

"Berapa lama aku pingsan?" Noura bertanya acuh. Dari sorot matanya tampak jika dia sudah tidak peduli dengan apapun. Dunia seperti sudah hancur baginya.

Mike duduk tepat di sebelah Noura, lalu menjawab. "Kurang lebih lima jam, dan kabar baiknya kamu bisa melewati pendarahan dengan baik. Calon anakmu masih bisa diselamatkan," kata Mike dengan jujur.

Noura tidak memberi tanggapan apapun tentang bayinya. Apa yang harus dibanggakan dengan itu? Bukan hanya sekedar menyadari kebodohannya yang sudah terperdaya oleh bujuk rayu Nader, kini dia juga menaruh dendam pada pria itu.

"Lima jam ya...?" Noura justru tertawa hambar, meledek dirinya sendiri. Dia jijik membayangkan kondisi fisiknya yang sekarang, melemah akibat memikirkan Nader, akan tetapi pria itu tidak peduli sama sekali. Dia telah membuang-buang waktu, tenaga, dan pikiran untuk pria yang tidak bertanggung jawab itu.

"Pelan-pelan!" seru Mike lagi ketika melihat Noura mencoba untuk duduk. Dia juga membantu pasiennya dengan cara memegang kedua bahu wanita itu.

Pada saat itu seseorang yang ditugaskan telah mengambil gambar Noura dan Mike. Dalam waktu yang singkat itu juga, keduanya terlihat intim.

Setelah duduk tegak, Noura mengutarakan keinginannya. "Jika aku ingin menggugurkan kandungan ini, bisakah kamu membantuku?"

Bukan tidak menyayangi bayi dalam kandungannya, Noura hanya takut untuk menghadapi kenyataan di depan mata. Bagaimana dia bisa menjalani hidup di dalam penjara dalam kondisi hamil tanpa ada yang bertanggungjawab?

"Aku seorang dokter, tugasku menyelamatkan nyawa manusia bukan sebaliknya," jawab Mike dengan tenang. "Aku sudah mendengar sedikit tentang masalahmu, jadi jangan khawatir tentang anakmu, aku akan membantu sebisa mungkin."

Untuk saat ini, Mike hanya bisa menjanjikan tentang anak dalam kandungan Noura karena dia merasa tidak sanggup melawan keluarga Nader yang merupakan orang berkuasa sekaligus pihak pelapor untuk kasus Noura.

"Kamu sengaja memata-mataiku? Apa tujuanmu?" Noura tampak berhati-hati. Dia refleks menjauh dari pria itu.

Kasus yang menjerat Noura saat ini tidak lain karena terlalu mudah percaya dengan orang lain. Dia pun tidak ingin menjadi korban kebodohannya sendiri untuk yang kedua kalinya.

"Jangan berprasangka buruk dulu!" Mike masih bersikap tenang. "Aku tulus ingin membantumu. Mungkin kamu sudah melupakan aku, tapi aku masih mengingatmu dengan jelas."

*

Pikiran Noura masih bimbang tentang nasib bayi dalam kandungannya. Di satu sisi, dia sangat senang dengan anak kecil, tidak mungkin dia membuang darah dagingnya sendiri.

Selain itu, Noura juga adalah anak yang dibuang oleh orang tua kandungnya dan ditemukan oleh ibu Meta di depan sebuah panti asuhan yang akhirnya menjadi tempat bernaungnya hingga dewasa. Bagaimana mungkin dia setega itu?

Akan tetapi, pikiran lain muncul lagi, bagaimana nasib anak itu jika harus terlahir di dalam penjara? Bagaimana juga Noura menghadapi kehamilan dengan nutrisi dan gizi yang terbatas?

Walaupun Mike telah memberikan penawaran, tapi Noura tidak langsung mengiyakan. Dia harus berhati-hati dengan kebaikan seorang pria asing.

Noura merasa iba dengan bayinya. Dengan tangan terborgol dan dampingan seorang sipir, dia berjalan lesu menuju ruang tahanan.

"Cepat sedikit jalanmu!" Cupi sudah berulang kali membentak Noura karena berjalan lambat. Geram, dia pun mengeluarkan kata-kata hinaan. "Dasar wanita pembuat masalah, makanya jangan suka berbuat dosa. Sudah melakukan pembunuhan, menyelundupkan uang, sekarang ketahuan juga kalau suka berzina. Akhirnya dapat karmanya sendiri kan, hamil dalam penjara."

Noura tidak membalas ucapan wanita di belakangnya. Dia menahan sakit hatinya dan beranggapan jika Cupi hanya sedang termakan fitnah.

Pada saat Noura melewati ruangan Rachel, dia mendengar suara kebencian lagi dari wanita berambut pendek itu bersama temannya yang lain.

"Itu dia kembali. Kita harus membalaskan dendam pada wanita itu. Jika perlu kita rusak wajahnya yang cantik itu agar tidak berani bersikap sombong pada kita!"

"Benar, aku juga sudah tidak sabar membuat perhitungan dengan wanita itu," sahut wanita lainnya. "Beraninya dia menghina dengan cara muntah hanya karena melihat kaki kita!"

Noura mendengarnya dengan jelas. Dia sempat menoleh sekilas ke arah kedua tahanan wanita itu, kemudian melanjutkan langkahnya.

'Mereka masih sangat membenciku,' bisik Noura dalam hati, lalu menyentuh perutnya kembali. Sebuah ide buruk muncul dalam benaknya. 'Aku rasa mereka pasti bisa membantuku.'

Keesokan harinya.

Usai sarapan, Noura mencari keberadaan Rachel. Hanya hitungan detik, dia sudah menemukan sekelompok wanita yang juga tengah memandang ke arahnya.

"Aku pasti kuat menghadapi ini. Aku pasti bisa." Noura menyemangati diri sendiri untuk menghadapi para preman wanita itu.

Bersamaan dengan itu, mata elang Rachel juga hanya tertuju pada Noura sejak wanita itu memasuki kantin. "Matilah kau hari ini!" makinya dengan penuh kebencian. "Jangan harap bisa lepas dari tanganku!"

Pikiran Noura sudah buntu. Menurutnya, dengan menyerahkan diri pada Rachel, wanita itu akan menyiksanya. Dengan demikian, dia akan mengalami keguguran dan calon bayinya akan pergi dengan tenang tanpa harus mengotori kedua tangannya.

Pilihan yang terlalu beresiko, namun Noura tidak memiliki opsi lain lagi. Dia merasa iba dengan anak dalam kandungannya, tapi terlalu takut menghadapi kenyataan.

Sembari mengangkat piring bekas sarapannya, Noura lebih dulu berdiri. Sesuai dengan apa yang dipikirkannya, dia melihat jika Rachel dan gengnya juga ikut berdiri, berjalan mengikuti langkahnya.

Ketika meletakkan piring kotor itu, ketakutan kembali menjalar dalam diri Noura. Akankah dia rela membisrkan tubuh dan juga calon anaknya menjadi bulan-bulanan Rachel and the geng.

Tidak ada kata mundur. Ketika sudah berada di tempat yang lebih sepi, Noura menarik napas panjang, lalu membuangnya perlahan. Setelahnya, dia berbalik pada ke empat wanita yang mengikutinya.

"Apa yang kalian inginkan dariku?" Noura menguatkan mentalnya untuk membentak agar para wanita tidak berperasaan itu terpancing. "Untuk apa kalian mengikutiku terus-menerus?"

Tanpa dipancing, Rachel sudah murka dengan sendirinya. Pada saat mendengar gertakan Noura, emosinya semakin menggila.

Rachel tidak menjawab pertanyaan Noura, sebaliknya, dia memberi perintah pada teman-temannya. "Sesuai rencana, atur posisi!"

Tiga orang wanita lainnya langsung bertindak. Mereka mengeliling Noura, dan dengan paksa mendudukkan wanita itu ke lantai.

Dalam sekejap, Noura sudah dilumpuhkan, kedua tangannya kini telah dipegangi oleh para wanita keji itu. Noura pun pasrah tak berdaya.

"Diam kau di sini, wanita sialan, jangan coba-coba berteriak!" kata salah seorang wanita yang menahan tubuh Noura. "Hari ini juga kamu harus mendapatkan balasan yang setimpal, karena telah berani bermain-main dengan kami!" ancamnya dan dengan tidak sabaran, dia mulai mengangkat satu tangan untuk melakukan penyiksaan.

"Tunggu ...!" seru Rachel sambil berjalan mendekat. "Aku yang akan lebih dulu memberi pelajaran."

"Cepatlah lakukan!" balas satu wanita lainnya. "Tangan ini rasanya sudah gatal ingin mematahkan kesombongannya!"

Rachel menatap wajah takut Noura, tapi tidak ada rasa iba yang muncul. "Pertama, aku akan menghancurkan wajahnya. Dengan begitu dia tidak akan berani menyombongkan diri lagi."

Tentu saja Noura merasa ketakutan, tapi dia berusaha menahan diri. Rencana yang sudah setengah jalan harus tetap dilanjutkan.

Brugh. Dua bogem mentah yang dilayangkan Rachel langsung mendarat tepat di hidung dan jidat sang musuh.

Kepala Noura langsung terhuyung ke belakang. Pusing seketika melanda. Hanya hitungan detik saja, wajah wanita itu sudah berlumuran darah.

'Aku membencimu, Nader,' gumam Noura dalam hati. Hanya pria itu yang menjadi sasaran kebenciannya. Nader adalah penyebab nasib sial yang menyertainya. 'Jika Tuhan mengizinkan, aku pasti akan membalasmu!'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status