Share

4. Utang

Author: Liazta
last update Last Updated: 2021-09-06 08:09:29

Ini sudah yang kedua kalinya Alisa dipanggil ke ruang bendahara sekolah. Ia berjalan menuju ruang bendahara yang berada di gedung paling depan.

"Permisi buk," ucap Alisa yang berdiri di ambang pintu bendahara sekolahnya. 

"Iya Alisa, masuk," ucap bendahara sekolahnya yang bernama Dian.

Alisa masuk ke dalam ruangan, Ia kemudian duduk di depan meja bu Dian.

"Alisa," ucap bendahara sekolah itu memanggil namanya.

Alisa tersenyum memandang bendahara sekolahnya. "Iya Bu Dian," jawab Alisa. Keluar masuk ruang bendahara baginya sudah biasa, setiap kali menunggak seperti ini. Bendahara sekolah pasti akan memanggilnya.

"Alisa ini uang komite kamu sudah menunggak 4 bulan, kemudian uang kegiatan dan terobosan kalau nanti kamu mengikutinya. Namun terobosan ini memang wajib, jadi kamu juga wajib ikut terobosan, dan ditambah lagi uang kegiatan," ucap Dian. Dian berusia 35 tahun, namun masih belum menikah. Bila dilihat wajahnya cukup cantik. Ia juga begitu sangat modis mungkin jodohnya yang belum datang.

"Iya buk, Isa akan melunasi uang komite bila Isa sudah gajian. Isa akan usahakan untuk membayar dulu uang komite Isa," ucapnya.

"Alisa kamu itu sudah kelas 12, sebentar lagi kamu itu akan tamat dari sini. Bila nanti hutang piutang kamu tidak lunas maka ijazah Kamu akan ditahan oleh pihak sekolah," ucap Dian mengingatkan nya.

Alisa menganggukkan kepalanya.

"Kamu masih bisa mengikuti ujian apabila pihak sekolah masih mengizinkan kamu untuk mengikuti ujian USBK dan UNBK. Bagaimana bila pihak sekolah membuat kebijakan syarat mengikuti ujian UNBK dan USBK wajib melunasi hutang piutang, maka kamu tidak bisa mengikuti ujian " ucap Dian. Yang mana pihak sekolah akan selalu membuat kebijakan untuk seluruh siswanya, wajib melunasi hutang piutang sebelum mengikuti ujian.

Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia selalu berusaha untuk tersenyum walaupun sebenarnya Ia begitu sangat memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolahnya. Isa tahu Bu Dian, Isa akan langsung membayarnya bila Isa sudah gajian. Bu Dian, Isa minta maaf kalau Isa belum bisa melunasinya sekarang," ucapnya yang merasa sangat malu dan juga tidak enak hati.

Dian memandang gadis remaja itu, Ia begitu sangat kasihan melihat Alisa. Ia tahu seperti apa kehidupan anak tersebut. "Alisa gini aja Ibu bisa ngasih kamu pinjaman hanya saja ini pinjaman murni uang pribadi Ibu, jadi nanti bila kamu memang sudah gajian dan punya uang kamu bayar uang ini kepada Ibu. Kamu tidak ada hutang kepada pihak sekolah," ucap Dian yang berusaha membantu nya.

Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. " Ibu, terimakasih sudah mau membantu Isa. Isa gak bisa ngasih jaminan apa-apa Bu, tapi Ibu boleh pegang BPKB motor Isa," ucapannya yang mengeluarkan BPKB motornya dari dalam saku roknya . Ia memang sengaja membawa BPKB motor nya untuk memberikan kepada pihak sekolah sebagai jaminan bahwa Ia akan melunasi pembayaran utang piutang nya di sekolah.

Dian menggelengkan kepalanya. "Kamu pegang aja itu, lagian juga Ibu belum butuh duit jadi kamu bisa utamakan yang lebih penting," ucap Dian.

Alisa memandangnya Ia kemudian menangis di depan bendahara sekolahnya itu."Terima kasih ya Bu Dian, ibu sudah mau bantuin Isa," ucapnya yang mengusap air matanya.

Dian menganggukkan kepalanya. "Uang komite sekolah kamu Rp200.000 per bulan. ditambah uang kegiatan Rp 300.000 sisa uang buku Rp 260.000. ditotalkan keseluruhan hutang kamu Rp 1.360.000," ucap Dian menjelaskan.

Alisa menganggukkan kepalanya. "Iya Bu Dian saya tahu," jawabnya.

"Kamu bisa kembalilah ke dalam kelas," ucap Dian setelah Ia memprint out bukti pembayaran Alisa

"Terima kasih Bu, Ibu sudah mau membantu Isa. Isa akan selalu mengingat bantuan Ibu ini," ucapan Lisa ketika Ia menyalami dan mencium punggung tangan Dian. Ia mengusap air matanya yang menetes.

Dian tersenyum dan menganggukkan kepalanya Ia kemudian mengusap kepala siswa tersebut. "Ibu hanya berusaha membantu kamu," ucap Dian.

Alisa pergi meninggalkan ruang bendahara sekolahnya tersebut. Ia merasa kepalanya mulai oyong efek kurang istirahat. Ia juga pusing memikirkan bagaimana caranya Ia mendapatkan uang untuk biaya pengobatan mamanya, uang untuk biaya sekolahnya, belum lagi Ia harus mencari uang untuk kontrakan rumah dan juga biaya kehidupan sehari-hari. dia hanya mendapatkan gaji Rp. 900.000 di coffee shop tempat Ia bekerja dan Rp. 1.400.000 di pom bensin. Bila ada pekerjaan yang bisa diambilnya di saat Sabtu Minggu dari pagi hingga sore, maka Ia juga akan mengambil pekerjaan tersebut.

Alisa masuk ke dalam kelasnya, Ia duduk kembali di kursinya.

Karin memandangnya. "Ada apa?" tanyanya.

Alisa tersenyum memandang sahabatnya itu. " Biasa masalah utang," ucapnya.

"Bila aku ada uang, aku mau membantu kamu. aku juga seorang siswa yang ngarep dari orang tua," ucap Karin yang merasa sangat kasihan melihat sahabatnya itu.

Alisa tersenyum memandang sahabatnya itu.

"Gak apa, tadi Bu Dian sudah mau pinjamkan aku uang untuk membayar hutang sekolah.

Sekarang Aku hanya mencari uang untuk membayar hutang dengan bu Dian. Aku gak enak kalau berhutang terlalu lama," ucapnya yang memijat pipis keningnya.

"Kamu jangan terlalu sibuk kerja, walau bagaimanapun kamu juga harus butuh istirahat. Lihat mata kamu sudah hitam," ucap Karin yang memandang wajah sahabatnya yang mulai memucat.

Alisa diam saat mendengar ucapan sahabatnya itu. dia bahkan tidak tahu berapa jam satu hari dia bisa tidur. ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Aku sering tidur bila di pom gak ada yang masuk," ucapnya.

Karin memandang sahabatnya itu, penampilan sahabatnya itu sangat tidak rapi. Pakaian seragam sekolah yang dipakai nya bahkan tidak digosok sama sekali. penampilannya tidak ada Rapinya.

Alisa memilih banyak diam sambil terus memikirkan dari mana ia akan memperoleh uang.

Mereka duduk sambil menunggu guru pergantian jam masuk. mereka melihat gurunya itu masuk ke dalam kelasnya. Ia mengambil jurusan IPS namun lintas minat kimia.

Guru yang berusia sekitar 35 tahun itu duduk di mejanya, mereka mulai melakukan doa sebelum memulai pelajaran.

Guru kimia itu sudah mulai menerangkan materi di depan kelas. Ibu mida menjelaskan berbagai macam unsur-unsur kimia. Alisa mulai mengantuk saat melihat tulisan yang memenuhi whiteboard yang berada di depan kelas nya. Ia berusaha menahan matanya agar tidak tertidur. 2 jam perjalanan kimia membuat Ia betul-betul menahan rasa ngantuknya hingga matanya berair air memandang papan tulis tulisan tersebut.

Setelah buk Mida menjelaskan dan memberi tugas, bel istirahat pun berbunyi. Ia merasa sangat bersyukur karena sudah waktunya istirahat.

"Sa kantin yuk," ucap Karin mengajaknya.

Alisa menggelengkan kepalanya. Ia merasa perutnya lapar namun matanya betul-betul sangat mengantuk. Ia memutuskan untuk tidur. "Kamu aja Karin yang ke kantin, aku ngantuk sekali," ucapnya yang berusaha menahan kantuknya.

Karin memandang sahabatnya tersebut, Ia tahu sahabatnya itu memang sering memanfaatkan jam istirahat untuk tidur. Ia kemudian menganggukkan kepalanya. "Ya udah aku ke kantin dulu ya," ucapnya yang pergi ke kantin bersama dengan teman-temannya yang ada di kelas tersebut.

Alisa melipatkan tangannya di atas meja, Ia meletakkan kepalanya di atas tangannya tersebut. Ia mulai memejamkan matanya nya dan tertidur.

Alisa terbangun saat Ia mencium aroma sambal terasi.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Om Om   137. Ulang Tahun

    "Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,

  • Terjerat Cinta Om Om   136. 10 Tahun Berlalu

    "Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.

  • Terjerat Cinta Om Om   135 Calon Istri

    Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka

  • Terjerat Cinta Om Om   134. Panik

    “Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d

  • Terjerat Cinta Om Om   133. Banyak Berjalan

    “Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe

  • Terjerat Cinta Om Om   132. Jangan Berubah

    Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status