Ia mengangkat kepalanya dan melihat seorang pria tersenyum memandangnya.
"Makan dulu baru tidur," ucap Ferdi yang menyodorkan kotak putih kedepannya.
"Ini apa?" tanya Alisa.
"Nasi pakai ayam goreng, sambal terasi, mie hun goreng, sayur, sambal teri campur kacang," ucap Ferdian yang mengangkat bungkusan sambal yang berada di luar kotak putih plastik tersebut.
Alisa tersenyum memandang sahabatnya itu.
"Kamu tahu dari mana kalau aku lapar," ucapnya yang tersenyum lebar.
"Ya tahulah," jawab Ferdi yang memandang gadis di depannya.
"Kamu udah makan belum?" tanya Alisa ketika Ia mulai memasukkan nasi kedalam mulutnya menggunakan sendok plastik dari kantin.
Ferdi menggelengkan kepalanya. "Tapi aku bawa." Ferdi yang mengeluarkan nasi kotak yang sama seperti milik Alisa.
Alisa tertawa saat melihat sikap temannya itu. "Langsung di keluarin dua tadi kenapa?” ucapnya.
Ferdi tersenyum mendengarkan ucapan gadis tersebut. "Tadi aku harap kamu mau suapin aku," candanya.
Nasi yang ada di dalam mulut Alisa langsung menyembur keluar mengenai wajahnya.
Ia langsung tersedak saat mendengar ucapan sahabatnya itu.
Ferdi memberikan air minum yang berada dalam botol mineral tersebut kepada sahabatnya itu.
"Sorry kamu jadi keselek gara-gara aku," ucapnya yang membersihkan wajahnya yang menempel nasi.
"Kalau mau bercanda jangan pas lagi makan dong," protes Alisa, yang merasakan tenggorokannya begitu perih dan juga hidungnya pedih gara-gara keselek tersebut.
"Nanti malam kamu off di pom?" Tanya Ferdi setelah mengusap punggung Alisa.
Alisa menganggukkan kepalanya. "Ada apa?" tanyanya.
"Mau ikut gak?" tanya Ferdi.
"Jam berapa?" Jawab Alisa.
"Jam 2 malam seperti biasa," jawab Ferdi yang mengunyah nasi di mulut nya.
"Tempatnya?" tanya Alisa.
"Masih di tempat yang biasa, tempat itu kan sudah kita sterilkan. Tempat itu pasti aman," ucap Ferdi yakin.
Alisa menganggukkan kepalanya. "Aku ikut," kecapnya.
"Berapa?" tanyanya kemudian.
"Kali ini mainannya cukup gedek," ucap Ferdi.
Mata alisa langsung melotot. matanya terbuka lebar saat mendengar jawaban sahabatnya itu.
“Berapa?" tanya Alisa yang begitu sangat penasaran.
"Tiga setengah juta," jawab Ferdi yang mengangkat jarinya.
Alisa begitu sangat senang saat mendengar jawaban sahabatnya tersebut. "Aku pasti ikut," ucapnya yang begitu sangat semangat saat menengah nominal uang yang akan didapatkannya.
"Nanti aku jemput kamu." Ferdi berkata setelah mereka makan.
"Iya, aku tunggu kamu di rumah. Makasih ya Fer," jawab Alisa.
"Iya, aku balik ke kelas dulu," pamit Ferdi ketika bel sudah berbunyi dan siswa yang lain sudah mulai masuk ke dalam kelas.
"Iya Fer, makasih ya nasinya," jawab Alisa.
Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu keluar dari kelas Alisa.
**
Alisa langsung pulang ke rumahnya setelah jam pelajarannya selesai.
Alisa membuka pintu rumahnya dan melihat mamanya yang berada di atas tempat tidur seperti biasa. Alisa tersenyum dan menyalami tangan mamanya.
"Baru pulang?" tanya Nur saat melihat putrinya.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Alisa melihat piring yang berisi makan siang untuk Mamanya sudah habis. "Mama sudah makan ya," ucap Alisa sambil tersenyum.
Nur tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Mama baru selesai makan," jawabnya. Ia baru saja selesai makan sebelum putrinya pulang. Nur tidak ingin putrinya harus menyuapinya makan. Sedangkan putrinya tidak sempat untuk makan sama sekali.
"Obat sudah mama meminum belum?" tanya Alisa yang begitu sangat senang melihat mamanya.
Nur menunjukkan bungkusan obat yang terjatuh di lantai. "Sudah," jawabnya. Nur merasa sangat senang melihat wajah Putri yang begitu sangat senang.
"Mama semangat sembuh, mama harus sembuh demi Isa," ucap Alisa yang memeluk mamanya.
Nur tersenyuman dan menganggukan kepalanya."Tapi mama BAB," ucapnya yang mengecilkan suaranya.
Alisa memajukan bibirnya, ia kemudian menutup hidung nya. "Ih Mama bau," ucapnya bercanda.
Nur diam saat mendengar ucapan putrinya tersebut.
Alisa kemudian tersenyum memandang mamanya. "Isa ambil pampers dulu ya Ma," ucapnya.
Nur menganggukkan kepalanya.
Alisa masuk ke dalam kamar mamanya dengan membawakan Pampers yang baru diambilnya dari dalam kamarnya. Alisa membawa air di dalam ember yang ukuran sedang. Ia kemudian pergi lagi untuk mengambil handuk kecil dan juga sabun.
Alisa membuka Pampers yang dipakai mamanya. Alisa memasukkan pampers yang berisi kotoran itu ke dalam plastik. Alisa mengelap pantat mamanya dengan handuk yang sudah diberinya sabun dan kemudian Ia memakai handuk yang sudah dibasahkan nya untuk membersihkan sisa-sisa sabun. Dia kemudian mengeringkan dengan handuk dan memakaikan Pampers yang baru.
Alisa tersenyum memandang mamanya. "Sudah bersih," ucapnya.
Nur menganggukkan kepalanya.
"Isa mau berangkat kerja ya ma," ucap Alisa yang tersenyum.
"Tapi makan dulu," ucap Nur.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya ini Isa mau makan," ucapnya kemudian.
Nur tersenyum memandang putrinya, Matanya sudah mulai berkaca-kaca. "Isa harus jaga kesehatan, Isa gak boleh sakit. Bila Isa sakit nanti siapa yang akan mengurus Mama," ucapnya yang memegang tangan putrinya. Nur tau biaya untuknya tidak sedikit. Putrinya harus mengeluarkan uang untuk membeli pampers nya. Putrinya akan mengeluarkan biaya perbulan sekitar Rp.600.000 mengingat harga pampers orang dewasa itu sekitar Rp10.000 per 1 nya.
"Mama gak usah pikirkan Isa, Isa pasti baik-baik aja. Isa makan dulu ya ma," ucapnya.
Nur menganggukan kepalanya. Ia melihat putrinya yang pergi meninggalkan kamarnya.
Waktu terasa begitu sangat singkat bila bersama dengan putrinya. Baginya bisa bersama dengan putrinya merupakan suatu hal yang sangat berharga. Putrinya sangat sedikit sekali memiliki waktu bersantai bersama dengannya. Hari-harinya hanya berada di atas tempat tidur. Namun Ia begitu sangat bersyukur memiliki putri yang begitu sangat menyayanginya.
Alisa mengambil nasi yang berada di dalam magic com dan memasukkannya ke dalam piring. Alisa memasukkan sayur bayam bening ke dalam mangkuk kecil dan juga goreng tahu. Di saat belum gajian seperti ini Alisa tidak bisa membeli makanan-makanan yang enak untuk mamanya. Alisa membeli sayur dan tahu tadi saat pulang dari sekolah.
Alisa mengantarkan nasi, sayur dan juga tahu tersebut ke kamar mamanya. Alisa meletakkan ke atas meja kecil yang ada di sebelah tempat tidur mamanya. "Ma nanti ya bila Isa sudah gajian, Isa bakalan beli ayam, daging, ikan," ucapnya.
Nur tersenyum memandang putrinya ."Gak apa, ini sudah sangat enak sekali. Mama memang suka makan tahu pakai sayur bening seperti ini," ucap Nur yang memandang menu yang sudah di tata putrinya di meja kecil tersebut. Sayur yang ada di dalam mangkok kecil tersebut masih berasap.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya "Tapi Mama pasti bosan."
"Ya enggak lah ini makanan favorit mama," ucap Nur penuh syukur.
"Ma Isa makan sebentar," ucap Alisa yang kemudian pergi meninggalkan kamar tersebut.
"Alisa makan dengan sedikit terburu-buru mengingat Ia harus sampai di tempat kerjanya tepat waktu. Setelah selesai makan Alisa langsung mandi dan bersiap-siap memakai seragam kerja.
"Ma Isa berangkat dulu ya," ucap Alisa yang masuk ke kamar mamanya dan menyalami tangan mamanya.
Nur tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Kerjanya hati-hati bawa motornya juga hati-hati jangan ngebut," ucap Nur yang setiap hari memberikan nasehat yang sama.
"Baik ibu presiden," ucap Alisa yang mengangkat tangannya dan meletakkan tangannya di kening bergaya hormat.
****
Hari ini Alisa begitu sangat semangat bekerja, mengingat ia akan menerima gaji. Uang gajinya akan dipergunakan untuk membeli kebutuhan hariannya. Alisa akan membeli makanan-makanan yang enak dan sehat untuk mamanya. Aisa berencana untuk membeli buah-buahan dan roti. Alisa juga harus mengutamakan membeli Pampers mamanya yang sudah hampir habis. Hari ini. Alisa bekerja begitu sangat rajin seperti biasanya. Alisa juga akan mencari waktu untuk tidur bila kondisi sepi.
"Senang sekali rasanya," ucap Alisa yang merasa merdeka karena Laura saat ini sedang of, jadi tidak ada yang memarahinya ketika ia tertidur di belakang.
Setelah menyelesaikan seluruh pekerjaannya, Alisa mulai tertidur seperti biasa di meja sambil melipatkan tangannya.
Alisa membuka matanya ketika merasa tertidur sangat lama. Alisa benar-benar merasa begitu sangat puas tertidur. Rasa pusing di kepala nya juga hilang. Alisa terkejut saat mengangkat kepalanya, Ia melihat Zaki yang sudah duduk di depannya.
"Sudah puas tidurnya?" ucap Zaki.
Alisa tersenyum, sambil mengusap matanya dan menganggukkan kepalanya.
"Isa tidurnya kelamaan ya Bang?" ucapnya memandang pria yang berstatus mahasiswa tersebut.
Zaki menganggukkan kepalanya. "2 jam lebih," ucapnya.
"Apa tadi tadi sepi ya?" tanya Alisa.
"Rame kok," ucapnya.
"Kenapa Isa gak dibangunin?" ucap Alisa yang merasa tidak enak hati.
Zaki hanya tersenyum memandangnya. "Gak apa kok, tadi ada piring dikit-dikit sudah Abang bantu cucikan," ucap pria berwajah ganteng tersebut.
"Bang, makasih ya," ucap Alisa yang tersenyum lebar.
Zaki tersenyuman saat melihat wajah imut gadis tersebut. "Sudah cepat cuci muka nya. Gak mungkin ke depan dengan muka yang jejak-jejak gitu," ucapnya yang memandang wajah alisa yang bergaris-garis.
Alisa tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Iya bang, Isa ke kamar mandi bentar," ucap Alisa yang beranjak dari tempat duduknya.
Zaki tersenyum saat memandang gadis yang sudah berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi tersebut. Setiap kali melihat gadis itu, Zaki begitu merasa sangat kasihan.
****
"Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,
"Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.
Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka
“Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d
“Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe
Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh