Sipnosi Tidak ada yang pernah mengetahui seperti apa takdir. Perjalanan hidup sudah diatur hanya tinggal kita menjalankan. Kalimat itulah yang selalu diucapkan oleh gadis bernama Alisa Mahera yang berusia 18 tahun. Yang harus berjuang membiayai kehidupan keluarganya serta pengobatan ibunya yang sedang sakit. " Bila tubuh ini bisa dibelah Aku ingin membelahnya menjadi tiga bagian. Aku akan membagi satu bagian untuk sekolah, Satu bagian lagi untuk mengurus ibu dan satu bagian lagi untuk pekerjaan," Ucap gadis yang berusia 18 tahun yang duduk di bangku kelas 12 SMA tersebut. Ketika Ia merasakan tubuhnya yang begitu amat lelah. Ia bukan hanya lelah bekerja namun juga lelah berfikir. Seperti apa kelanjutan kisah gadis tersebut. mampukah Ia mencapai cita-citanya di saat kondisi yang sulit seperti ini. Apa yang akan terjadi padanya ketika Ia bertemu dengan pria tampan yang berstatus lajang. Berusia 34 tahun yang bernama Attar Aditya Terjerat Cinta Om Om
View More"Assalamualaikum ma," ucap Alisa yang masuk ke dalam kamar.
"Waalaikumsalam," Jawab nur Janah yang tersenyum.
"Ma kenapa makan siangnya gak dimakan sih?" tanya Alisa saat melihat nasi yang disediakannya sebelum berangkat ke sekolah masih utuh di atas meja kecil yang berada di samping tempat tidur.
"Mama tidak lapar," ucap Nur Janah.
“Isa suapin Mama ya?" Alisa mengambil nasi yang di letaknya di atas meja kecil, yang sudah disediakan nya telur mata sapi dan juga sayur bayam.
Nur menganggukkan kepalanya, Ia memakan nasi yang disiapkan putrinya Ke dalam mulutnya. "Isa apa sudah makan?" tanya Nur saat mengunyah nasi yang ada di dalam mulutnya.
Alisa menganggukkan kepalanya. "Sudah ma," jawabnya berbohong sambil tersenyum lebar. "Maafin Isa yang gak bisa jagain mama, Isa sibuk sekolah," Alisa berkata sambil mencium tangan mamanya. Gadis itu masih duduk di kelas 12 SMA.
"Gak apa-apa," jawab Nur. Nur janah meneteskan air matanya. "Seharusnya Isa gak perlu susah-susah mengurus Mama seperti ini. Sepulang sekolah Isa tak memiliki waktu untuk beristirahat. Bila Mama tidak sakit mama bisa mengerjakan semuanya," kata Nur Janah yang mengusap air matanya.
Alisa tersenyum memandang mamanya, Ia menghapus air mata yang membasahi pipi wanita yang saat ini berwajah sangat pucat.
"Mama gak usah sedih Isa tidak apa-apa kok," ucap Alisa sambil tersenyum.
Setelah memberikan mamanya makan Alisa mengambilkan obat yang ada di dalam plastik yang berada di atas meja kecil. Ia membukakan bungkus obat itu satu persatu dan memberikannya ke tangan mamanya. Alisa memegang air putih di tangannya.
Nur meminum obat itu satu persatu hingga obat itu habis.
" Ma, Isa mau siap-siap pergi kerja dulu ya ma," ucap Alisa.
Mata Nur Janah berkaca-kaca saat memandang wajah putrinya yang tampak begitu sangat lelah. Ia kemudian menganggukkan kepalanya.
Alisa pergi meninggalkan kamar tersebut Ia mandi dan kemudian memakai baju kerjanya. Alisa bekerja di sebuah Coffee shop sepulang sekolah.
"Ma, Isa pergi dulu ya." Alisa berpamitan dan menyalami tangan mamanya. Ia sungguh tidak tega meninggalkan Mamanya itu sendiri di dalam rumah. Namun Alisa juga membutuhkan uang yang cukup banyak untuk bisa mengobati Mamanya.
Nur Janah menganggukkan kepalanya. "Hati-hati ya nak," ucapnya kemudian.
Alisa yang sudah melangkahkan kakinya memutar kepalanya kebelakang. Ia tersenyum memandang mamanya dan kemudian menganggukan kepalanya. "Ia ma, nanti untuk makan malam Isa akan antarkan. Mama mau bubur ayam gak?" tanya Alisa yang menatap mamanya.
"Mau," jawab Nurjanah.
"Hati-hati nak kerjanya," ucap Nur dengan mata yang berkaca-kaca.
Alisa tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Mama gak boleh sedih, Mama harus semangat agar mama bisa cepat sehat", ucap Alisa yang tersenyum kepada mamanya tersebut.
Nur Janah hanya diam memandang putrinya. Ibu mana yang tega melihat putrinya yang masih begitu belia harus menanggung beban seberat ini. Selain sekolah putrinya juga harus mencari nafkah dan mencari uang yang banyak agar bisa memberikannya pengobatan. Walaupun biaya berobatnya sudah ditanggung oleh pemerintah daerah namun terkadang banyak obat-obatan yang diluar dari Jamkesmas. "Mama sudah nggak ada gunanya lagi hidup, hidup Mama sudah menyusahkan Isa," ucap Nur Janah dengan suara yang begitu sangat lemah terdengar di telinga Alisa.
"Mama jangan ngomong gitu saat ini cuman Mama yang Isa punya, Isa gak mau Mami kenapa-kenapa," Alisa berkata sambil menangis.
"Mama jangan mikirin apa-apa, yang terpenting Mama sehat hanya itu," imbuh Alisa. Alisa mencium punggung tangan yang sudah semakin kurus.
Alisa pergi meninggalkan Nur Janah setelah ia berpamitan dan menutup pintu itu dari luar.
*****
"Bu Ibu." Alisa yang memanggil tetangga di sebelah rumah sewanya .
"Iya Alisa," saut wanita paruh baya yang ada di sebelah rumah tersebut.
yang bernama Aminah.
"Bu Isa mau pergi kerja, Isa minta tolong lihat-lihatin mama ya bu. Bila ada apa-apa, hubungi Isa," Alisa berkata kepada ibu Aminah. Alisa meminta bantuan kepada tetangga sebelah rumahnya itu. Hanya kepada ibu Aminah Ia Bisa meminta bantuan seperti ini.
Aminah menganggukkan kepalanya. " Ia setiap hari kalau Alisa gak ada di rumah ibu selalu kok ibu ngecek kondisi Mama Alisa. Alisa nggak usah sedih nggak usah terlalu dipikirin nanti juga kalau Ibu sudah masak ibu akan bantu ngasih makan," ucap Ibu Aminah yang sangat baik dengan Alisa Dan juga mamanya.
Alisa menangis memeluk wanita paruh baya itu "Terima kasih ya Bu," ucap Alisa yang tidak tahu bagaimana cara membalas Budi wanita tersebut.
"Ia nak kamu hati-hati ya kerjanya," ucap Aminah.
"Iya Bu, ucap Alisa yang menganggukkan kepalanya.
Setelah berpamitan Gadis remaja itu kemudian pergi mengendarai motor matic yang dimilikinya. Motor matic itu melaju mengarah ke coffee shop tempat Ia bekerja. Alisa semakin melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi mengingat dirinya yang sudah hampir terlambat untuk sampai ke tempat kerjanya tersebut.
Alisa memberhentikan motornya ketika Ia sudah sampai di halaman parkir coffee shop tempat Ia bekerja. Ia mengisi buku absen dan mengambil ID pengenal yang wajib dipakai karyawan Coffee shop sebelum mulai bekerja.
Di sini Alisa bekerja sebagai petugas kebersihan. Ia yang hanya lulusan SMP saat mengambil pekerjaan itu, membuat Pemilik kopi shop itu memintanya untuk menjadi petugas kebersihan. Ia bekerja menyapu, mengepel, membersihkan kloset dan mencuci piring-piring dan gelas.
Alisa masuk ke dalam toilet seperti jadwal biasanya, Ia langsung membersihkan seluruh toilet yang ada di coffee shop itu. Alisa akan membersihkan toilet wanita dan juga pria. Setelah selesai membersihkan toilet, Ia membersihkan seluruh ruangan yang ada di coffee shop tersebut. Alisa mulai membersihkan lantai. Menyapu, mengepel, mengelap meja kemudian membersihkan seluruh ruangan yang ada di coffee shop tersebut.
Setelah pekerjaannya selesai Ia baru makan ketika sudah jam 5 sore.
Gadis itu menyempatkan diri membawa bekal sendiri dari rumahnya. Ia hanya membuat telur mata sapi.
"Alisa di depan sudah rame," ucap Laura ketika Ia melihat Alisa yang duduk di kursi belakang.
"Iya Mbak, saya akan langsung ke depan," ucap Alisa yang meminum air mineral di dalam gelas bening. Ia meneguk air mineral itu hingga habis.
Alisa mengelap meja yang sudah ditinggalkan oleh pelanggan. Ia kemudian mengangkat gelas-gelas yang sudah kosong tersebut dan membawanya ke belakang, mengambil piring-piring kotor dan kemudian mencuci nya.
Setelah selesai mengerjakan tugas-tugasnya. Alisa akan selalu memanfaatkan kondisi sepi seperti ini untuk beristirahat sejenak. Alisa meletakkan tangannya ke atas meja dan menjadikan tangannya itu sebagai bantal. Alisa sangat lelah dan ingin mengistirahatkan sedikit tubuhnya agar memiliki tenaga untuk melanjutkan pekerjaannya nanti malam.
"Hai bangun, lo disini digaji bukan untuk tidur. kalau mau tidur di rumah Sono. Di sini lo untuk kerja," ucap Laura yang memukul meja itu dengan sangat keras.
Alisa mengangkat kepalanya, Ia mengusap wajahnya dan juga mengucek matanya yang berair. "Mbak Laura maaf, aku ketiduran," ucap Alisa yang langsung berdiri.
"Tuh piring kotor sudah banyak," ucap Laura yang kemudian pergi meninggalkan Alisa setelah Ia memerintah.
"Iya Mbak maaf saya akan langsung mencucinya," ucap Alisa yang tidak dihiraukan Laura. Alisa berjalan menuju wastafel tempat cuci piring. Ia mencuci piring yang sudah mulai menumpuk. Setelah mencuci piring Alisa mengelap piring- piring dan juga gelas-gelas tersebut. Alisa kemudian mengantarkannya ke depan.
Hari ini Ia merasa cukup lelah disaat begitu banyak pengunjung yang masuk kedalam coffee shop tersebut. Alisa tidak ada henti-hentinya mondar-mandir dari depan ke belakang, dari belakang ke depan untuk mengambil piring-piring yang sudah kotor dan kemudian mencucinya.
Saat ini sudah menunjukkan pukul 9 malam, Alisa masih belum bisa mencuri waktu untuk mengantarkan bubur ayam pesanan ibunya. Alisa mencuci piring yang sudah cukup banyak. Ia mengusap air matanya ketika membayangkan bagaimana ibunya di rumah sendirian dalam kondisi sakit, sedangkan dirinya tidak mampu menjaga ibunya tersebut. Ingin sekali rasanya Alisa membagi tubuhnya menjadi 3 bagian agar bisa membagi rata seluruhnya. Satu bagian menjaga ibunya, kemudian untuk sekolah dan satu bagian lagi untuk mencari uang.
"kerja jangan melamun Nanti pecah," ucap zaki yang meletakkan piring kotor dari depan.
Alisa tersenyum memandang pria itu.
"Iya Bang," jawabnya.
"Mikirin apa?" tanya Zaki yang berdiri membantunya membilas piring.
"Mikirin Mama, Mama sedang sakit. Di rumah mama hanya sendiri." Alisa mengusap air matanya dengan bahunya.
Zaki sangat kasihan melihatnya, di usianya yang masih begitu sangat mudah Alisa harus bersekolah dan kemudian mencari uang tanpa mengenal pagi dan juga malam.
"Kamu sabar ya Abang doain supaya mama kamu cepat sehat," ucap Zaki.
Alisa berusaha untuk tersenyum, Ia menganggukkan kepalanya. "Isa gak mau kehilangan mama bang. Isa akan berusaha untuk dapat duit yang banyak biar bisa ngobatin mama," tekat Alisa.
Zaki mengusap kepalanya. "Sudah jangan nangis nanti dikirain orang Abang yang udah jahatin kamu lagi," ucapnya.
Alisa mengusap air matanya dan menganggukkan kepalanya.
"Ya udah Abang ke depan lagi ya, di depan lagi rame," ucap pria yang bekerja sebagai barista tersebut. "Apa yang ini udah tinggal dibawa kedepankan?" Tanya Zaki saat melihat gelas-gelas yang sudah dikeringkan.
Alisa menganggukkan kepalanya. Setelah selesai mencuci piring Anisa duduk di kursi yang ada di belakang.
Ia melihat jari-jarinya yang sudah keriput karena terlalu lama mencuci piring.
****
"Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,
"Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.
Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka
“Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d
“Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe
Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh
“Apa mau jalan pagi,” tanya Attar ketika ia selesai sholat subuh bersama dengan istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya. “Sebenarnya Isa malas by jalan pagi,” ucap Alisa.“Kenapa,” tanya Attar.“Isa lebih suka tidur baring-baring,” ucap Alisa.“Mau melahirkan normal apa nggak,” tanya Attar yang mengusap perut besar milik istrinya.“Kata orang sebaiknya normal by. Kemarin Ibu Aminah juga bilang, kalau Isa melahirkan lebih bagus normal, terkecuali mamang saran dokter. Kak Indah, Kak Yanti, Kak Fitri, juga bilang gitu,” ucap Alisa yang memilih proses persalinan secara normal.“Kata Dokter kemarin apa?" tanya Attar.“Isa disuruh jalan pagi.”“Jadi sekarang mau jalan pagi atau enggak?" Attar bertanya dengan menarik hidung istrin
Attar merasakan tubuhnya yang digoyang goyang oleh istrinya. "Ada apa sayang?" pria itu bertanya dengan membuka matanya.“By, Isa nggak bisa tidur sejak tadi,” ucap Alisa kepada suaminya.Attar merubah posisi tidurnya dan memandang wajah istrinya. “Matanya di pejamkan sayang," Attar memeluk tubuh istrinya dan kembali memejamkan matanya.“By bangun, jangan tidur, temani Isa," pinta Alisa yang kembali menggoyang-goyang tubuh suaminya, Alisa narik-narik jenggot tipis di dagu suaminya.“Hubby ngantuk sayang,” ucap pria itu ketika istrinya membuka kelopak matanya dengan jarinya.“Hubby jangan tidur, Isa nggak bisa tidur,” Alisa tersenyum manja melihatkan deretan gigi putihnya."Kenapa nggak tidur?" tanya Attar.“Sejak tadi anak gerak terus, perut Isa sampai sakit,"
“Nanti pulang dari kantor kita ke coffee shop Lyra ya by," pinta Alisa yang duduk di atas pangkuan suaminya. Perutnya yang sudah besar membuat posisi duduknya menyamping, dan melingkarkan tangannya di leher suaminya.“Ngapain,” tanya Attar yang tersenyum memandang sikap istrinya yang begitu sangat manja. Istrinya melingkarkan tangan di lehernya dan menenggelamkan hidungnya ke lehernya.“Isa pengen duduk nyantai di coffee shop Lira," Alisa berucap dengan mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya.“Rayu dulu Sayang," Attar berbisik di telinga istrinya.Alisa tersenyum dan mencium bibir suaminya dengan sangat lembut, namun balasan yang diberikan oleh suaminya membuat ciuman itu semakin memanas.Mereka seakan sama-sama ingin melepaskan hasratnya masing-masing.“Sayang, hubby ada rapat jam 3, dan sekarang e
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments