Nur tersenyum saat mendengar pertanyaan putrinya. "Nanti ya Mama bakalan bangunin Isa, kalau mama sudah bisa berjalan," ucapnya.
Air mata Alisa menetes Saat mendengar ucapan mamanya tersebut. Mengapa dirinya sangat bodoh sekali memberikan pertanyaan yang seperti itu. Alisa membalikkan tubuhnya dan menghapus air matanya agar mamanya tidak melihat bahwa ia sedang menangis.
"Kita siap-siap ya mau mandi nanti kita akan ke rumah sakit," ucap Alisa yang mendekati tempat tidur mamanya.
Nur menggelengkan kepalanya. "Nggak usah dipaksakan Mama harus berobat kalau memang nggak ada uang," Nur berkata pasrah.
Alisa tersenyum dan mencium punggung tangan mamanya. "Kebetulan Isa sudah gajian jadi ada uang. lagipula untuk berobat mama ditanggung Jamkesda. Kita hanya membayar obat yang diluar dari ini," jelas Alisa. Ia akan
selalu berbohong kepada mamanya mengenai biaya pengobatan
Ferdi memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk rumah sakit. "Sebentar ya ma," dengan cepat Ferdi turun dari dalam mobil.Nur menganggukan kepalanya.Ferdi turun dari dalam mobil, Ia sedikit berlari masuk ke dalam rumah sakit tersebut.Alisa dan nur memandang Ferdi yang masuk ke dalam rumah sakit dan menunggunya.Ferdi datang dengan mendorong kursi roda yang telah dimintanya dengan petugas rumah sakit. Ia membuka pintu penumpang "Kita turun ya Ma," ucapnya yang kemudian menggendong Nur. Ia menurunkan wanita yang bertubuh rapuh itu dengan sangat berhati-hati. Ia mendudukkan nya di atas kursi roda tersebut. ia"Kamu bawa Mama masuk, Aku mau parkir mobil. Langsung ambil no antrian ya" ucapnya yang memerintahkan Alisa.Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Fer makasih," ucapnya.Ferdi tersenyum dan mengusap kepalanya. Ia kemu
Ferdi berjalan menuju ruang bendahara sekolahnya. Pria berseragam putih abu-abu itu berdiri di depan pintu sambil mengetuk pintu ruangan yang terbuka tersebut.Dian mengangkat kepalanya dan memandang ke arah pintu. "Masuk." Dian tersenyum saat melihat Ferdi berdiri di ambang pintu tersebut. ."Assalamu'alaikum Bu Dian," sapa Ferdi dengan sangat sopan. Ia masuk dalam ruangan dan duduk di kursi yang berada di depan bendahara sekolahnya."Wa'alaikumussalam," Dian tersenyum Ramah. Dian memandang Ferdi yang duduk di depannya. Anak itu tidak memiliki tunggakan apapun. Dian sedikit mengerutkan keningnya.Ferdi tersenyum memandangnya. "Aku mau tahu masalah utang-piutang Alisa," ucapnya tanpa basa-basi. Dian kemudian tersenyum. "Ibu sudah menduga," ucapnya."Bu Dian bisa hitungkan berapa semua utang Alisa hingga nanti Alisa tamat dari sini. Termasuk u
Selama mengikuti ujian Alisa hanya bekerja di pom bensin saja. Waktunya dihabiskan untuk belajar dan beristirahat, sebelum ia mulai bekerja. Alisa juga selalu merawat dan memperhatikan kondisi mamanya. Sampai saat ini kondisi mamanya masih belum ada perubahan, bahkan kontrolnya semakin sering.Saat ujian Alisa duduk di depan Ferdi. mereka memang satu jurusan hanya saja tidak pernah satu kelas. Saat ujian, siswa duduk secara acak yang hampir rata-rata dalam satu kelas hanya ada 5 orang yang dari kelas yang sama.Saat ujian soal mereka dipaket. Mulai dari Paket A,B dan C. ada tiga paket soal. Ferdi dan Alisa sama-sama mendapat paket B. Setiap kali ujian Alisa selalu memberikan kunci jawabannya ke belakang. Apakah ini hanya secara kebetulan saja atau mungkin keberuntungan untuk Ferdi, sehingga pemuda itu selalu mendapatkan bocoran Jawaban dari gadis cantik yang duduk di depannya. Saat jam istirahat, ia selalu makan di kantin bersa
Alisa mengendarai motornya menuju bangunan kantor yang akan menjadi tempat ia bekerja. Selama satu minggu kedepan Alisa akan menjadi CS di sini.Kantor ini belum beroperasi dan baru selesai sekitar 2 bulan yang lalu. Pemilik perusahaan akan melakukan peresmian gedung di awal bulan depan.Alisa memarkirkan motornya di parkiran luas yang hanya ada beberapa unit motor saja yang terparkir di sana. "Kantor besar gini kalau dalam kondisi kosong, seram juga." Alisa berkata ketika memandang gedung yang begitu sangat besar dan tinggi. Alisa sudah bisa membayangkan sepinya di dalam.Alisa bekerja bersama tim nya. Mereka di bagian beberapa tim dan di tempat yang berbeda-beda.Disaat yang lain beristri dan makan, Gadis itu lebih memilih untuk tetap bekerja tanpa mengambil jam istirahatnya. Bahkan dia tidak ada beristirahat sama sekali. Agar bisa pulang ke rumah secepatnya, pekerjaan ini harus disel
Attar melangkahkan kakinya menuju ke pintu. Namun matanya masih memandang gadis cantik yang sibuk dengan alat pembersih kaca di tangannya. Dikeluarkannya ponsel dari dalam saku celananya dan memotret gadis itu secara diam-diam. Ia kemudian meninggalkan ruangannya dan menutup pintu ruangan tersebut. Senyum mengembang di bibirnya saat mengingat gadis tersebut.Pria itu menggelengkan kepalanya saat mengingat gadis itu bercerita. "Dasar anak kecil," ucapnya yang kemudian berjalan menuju lift pribadinya.Attar masuk ke dalam lift nya dan memandang lift tersebut. Selama ini dia tidak pernah memperhatikan lift khusus miliknya bahkan dia tidak tau bentuk lift yang bisa dipakai karyawannya. Namun saat mendengar ucapan gadis tersebut membuatnya memperhatikan lift khusus untuk direktur utama. Attar kemudian tersenyum saat mengingat ucapan gadis tersebut. Atar berdiri menunggu pintu lift terbuka. Ia tersenyum saat pintu lift itu terbuka.
Alisa mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Sudah lewat 30 menit ia terlambat ke tempat kerja nya. Tiba-tiba saja mobil mewah di depannya mengerem secara mendadak, sehingga Alisa tidak bisa mengerem motor yang dikendarainya hingga motornya menabrak mobil mewah tersebut."Prak," suara yang terdengar cukup keras saat motor nya menabrak mobil mewah di depannya. Wajahnya memucat saat mobil itu berhenti. Kakinya sudah gemetar, air matanya sudah terasa meluncur. Alisa diam dengan tubuh yang teramat kaku karena rasa takut. bersyukur ia masih bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya sehingga tidak terjatuh. Alisa masih duduk diatas motornya.Ada apa?" Attar bertanya saat mendengar suara mobilnya yang ditabrak dari belakang."Cewek yang membawa motor di belakang itu nabrak kita pak, " ungkap sopirnya dengan wajah yang begitu sangat marah.Attar memutar kepalanya dan memandang pengendara
Atar duduk di meja kerjanya yang ada di dalam ruang kerja pribadinya. Ia masih teringat akan gadis yang menabrak mobil nya saat pulang dari kantor. "Apa Gadis itu memiliki kembaran," ucapnya yang tidak percaya. Rasanya tidak mungkin bila gadis itu bisa bekerja dari pagi hingga malam dengan pekerjaan yang berbeda. Apa lagi gadis itu bekerja di kantornya sudah pasti sampai sore."Sepertinya bukan orang yang sama," ucapnya yang mengambil kesimpulan.Bayangan wajah gadis itu masih teringat jelas dalam ingatannya. Wajah pucat gadis yang menabrak mobilnya hingga membuat dia tidak tega bila supir pribadinya memarahi gadis yang sudah terlihat begitu sangat ketakutan itu. Saat itu bila di dalam dompetnya ada uang 10 juta, sudah pasti akan diberikannya semuanya. Namun saat itu isi dompetnya hanya ada uang 2 juta. sehingga ia memberikan gadis itu semua uang yang ada di dompet nya. Attar hanya meninggalkan uang dolar di dompetnya.A
"Gimana kerjaannya apa sudah siap?" Nur bertanya ketika melihat putrinya yang sudah pulang kerumah setelah bekerja dari pom bensin."Sudah ma, Tapi kita gak dapat nasi kotak lagi." Alisa menyalami tangan mamanya.Nur tersenyum mendengar ucapan putrinya. "Siapa yang selalu ngasih?" Tanya Nur."Orang kantoran tempat Isa kerja itu ma," jelas Alisa."Apa semua CS di kasih?" Tanya Nur yang selalu heran melihat putrinya yang pulang dengan membawa makanan yang banyak.Alisa menggelengkan kepalanya. "Mungkin karena mereka ambil jam istirahat ma, Isa gak pernah ambil jam istirahat makanya dapat nasi kotak. Mungkin hitungan konsumsi lembur," Alisa tersenyum ketika menjabarkan apa yang dipikirkannya selama ini."Iya kita sudah gak dapat nasi kotak yang enak-enak. Tapi mama lebih senang Isa di rumah, bisa istirahat," Nur tersenyum memandang waja