Share

7. Kenangan ayah

Ferdi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Doakan aku menang jangan sampai aku kalah dengan cewek cantik seperti kamu," ucapnya yang mencubit pipi gadis itu.

Alisa memajukan bibirnya."Kamu pandai sekarang ya, cubit-cubit pipi aku," protes Alisa yang mengusap pipinya.

Ferdi hanya tersenyum saat mendengar ucapan Alisa. "Doain aku," pintanya.

"Aku pasti doain kamu, semangat." Alisa kemudian berlari ke tepi saat bendera itu sudah mulai dikibarkan.

Melihat sahabatnya itu berada di barisan paling depan, Alisa  merasa sangat senang. Saat ini sahabatnya itu yang memimpin. Dalam kelompok putaran ketiga ini mereka yang masuk adalah kelas berat. Namun Walaupun begitu belum ada yang mampu mengalahkan Ferdi saat mereka melaju di jalan hitam tersebut.

Alisa memandang motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ia menutup matanya ketika dua motor terjatuh di belakang. Suara keras terdengar saat ke dua motor itu beradu dengan sangat keras sehingga mereka terjatuh.

Ferdi masih tetap melajukan motornya di bagian depan. Ia akan tetap fokus walaupun terjadi kecelakaan di belakangnya saat ini.

Beberapa orang berlari mengejar pembalap yang bertabrakan tersebut, mereka menolong dua pembalap itu dan menepikan motornya.

Alisa tidak berani mendekati pembalap yang terjatuh itu, Walaupun dia mengenali pembalap tersebut. Ia begitu sangat trauma dengan yang namanya kecelakaan, setelah meninggalnya Papa serta adiknya. Ia merasakan kakinya gemetar tangannya gemetar dengan keringat yang bercucuran di keningnya saat melihat tabrakan yang barusan terjadi. Dadanya berdetak sangat kuat, tubuhnya terasa begitu sangat lemas. Ia sudah tidak mampu untuk berdiri. Ia duduk sambil menenggelamkan wajahnya di lutut yang ditekuknya. Aneh memang seorang pembalap takut melihat sebuah kecelakaan. Alasannya mengikuti balap seperti ini, bukankah karena hobinya. Namun karena ia begitu sangat membutuhkan uang. Hanya jalan ini yang bisa menghasilkan uang dengan sangat cepat. Ia menangis sambil menekukkan wajahnya. Bayangan saat jenazah papa dan adiknya yang datang ke rumah, kembali hadir dalam ingatannya. Ia melihat Kecelakaan yang terekam CCTV tersebut. Melihat dengan jelas bagaimana papanya mengalami kecelakaan. Motor nya masuk ke dalam kolong mobil Fuso bersama dengan adiknya. Kondisi kepala papanya hancur, sedang adiknya kondisi tubuh yang hancur.

Ferdi sampai di garis finish namun Ia tidak melihat Alisa yang berlari mengejarnya seperti biasanya. Ia memandang Alisa yang duduk meringkuk di tepi. Melihat Alisa dalam posisi duduk meringkuk seperti ini, Ia begitu sangat khawatir. Dengan cepat pria itu turun dari motornya dan  membuka helmnya dan. Ia berlari mendekati gadis itu. "Kamu nggak apa-apa?" tanya ferdy yang mencemaskan Alisa.

Alisa mengangkat wajahnya yang begitu sangat begitu pucat. "Aku takut." Alisa berkata dengan menangis.

Ferdi langsung memeluknya ."Kamu jangan takut, ada aku disini. Kamu nggak perlu takut mereka juga nggak apa-apa," jelasnya.

"Yang kecelakaan itu?" Tanya Alisa memastikan.

"Iya," ucap Ferdi.

"Beneran mereka tidak apa-apa?" ucap Alisa yang kembali bertanya.

Ferdi menganggukkan kepalanya. "Itu mereka sudah jalan Toni dan Indra," ungkap Ferdi yang menunjukkan kedua pembalap yang berjalan pincang. Kedua pembalap itu berjalan dengan sedikit tengkak-tengkak.

Sebagai seorang pembalap mereka memang sudah memakai pengaman yang sangat lengkap. Mulai dari jaket, pengaman lutut dan siku, helm khusus yang dipakai pembalap dan bahkan motor yang mereka kendarai sengaja di setel. Mesin motor itu akan langsung mati bila terjatuh. Sehingga saat terjadi insiden mereka tetap selamat. Paling parah patah-patah saja.

Alisa mengangkat kepalanya dan melihat ke arah yang ditunjukkan Ferdi.

"Sudah jangan takut," Ucap Ferdi yang masih memeluknya. Pria itu sedikit meringis kesakitan saat Alisa mencubit Pinggangnya. "Duh sakit Sa." Ferdi berkata dengan mengusap pinggangnya.

"Jangan cari kesempatan," Alisa membesarkan matanya.

Ferdi tertawa ngakak saat mendengar omelan gadis tersebut. "Kita ambil uang dulu,' ucap Ferdi yang beranjak dari duduknya dengan sedikit menarik tangan Alisa agar ikut berdiri. 

**

Ferdi memberhentikan motornya di depan gang masuk rumah Alisa. Ia melihat Alisa yang masuk kedalam. Setelah meyakini bahwa gadis itu sudah masuk ke dalam rumahnya. Rumah Alisa tidak terlalu jauh dari simpang. Sehingga Ferdi bisa melihatnya dari atas motor nya. Ferdi baru ia pulang ke  di rumah nya. 

Alisa masuk ke dalam rumah dengan sangat berhati-hati. Alisa sampai di rumah jam 4 subuh. Alisa masuk kedalam kamarnya sambil merebahkan tubuhnya. Besok hari Sabtu, ia libur, Karena sekolahnya yang full day. Besok Ia akan menghabiskan waktunya untuk bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian. Alisa juga akan membawa mamanya kontol rutin. Senyum mengembang di wajah cantik Alisa saat ia sudah memiliki uang untuk berobat mamanya.

Alisa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.  "Ferdi apa sudah sampai rumah ya?"  Alisa bertanya ketika dirinya teringat akan temannya. Alisa sangat mengkhawatirkan temannya itu. Ia mengambil ponsel dan menghubungi Ferdi. Dengan cepat Ferdi mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Hallo sa," ucap Ferdi yang menjawab sambungan telpon Alisa 

"Hallo Fer, apa kamu sudah sampai di rumah?" tanyanya.

"Sudah," Jawab Ferdi.

"Ya udah aku cuma mau pastikan aja," ucap Alisa.

Ferdi tersenyum saat mendengar jawaban gadis tersebut. "Besok kamu bawa Mama kontrol jam berapa?" Tanyanya.

"Jam 9" Fer, aku mau daftarkan mama terapi sekalian," Alias menjelaskan.

"Besok kamu tidak usah pesan taksi online. Aku akan antarkan kamu ke rumah sakit." Ferdi menawarkan jasa.

"Beneran?" tanya Alisa.

"Iya beneran, aku pinjam mobil papa," ucap Ferdi. Pria itu berasal dari keluarganya yang cukup mampu. Walaupun tidak tergolong kaya raya. Papanya seorang PNS dan mamanya bidan.

"Fer, makasih ya," ya ucap Alisa yang begitu sangat senang bila Ferdi menemaninya ke rumah sakit.

"Iya Sa, kamu istirahat ya," ucap Ferdi.

"Oke bos qu. Iya, dah ya aku matikan," Jawab Alisa yang kemudian mematikan sambungan telepon.

Alisa begitu sangat rindu untuk tidur di atas tempat tidur tersebut. Tempat tidur dari dipan kayu, kasurnya juga cukup tipis, namun sangat nyaman.  Bisa dihitung dalam satu minggu hanya berapa jam Alisa bisa merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis tersebut. Untuk mamanya ia membeli kasur yang memang sudah dirancang khusus untuk orang sakit. Sehingga kasur itu tidak membuat punggung panas. Ia membelikan kasur tersebut saat menang balap liar. Alisa merasa begitu sangat lelah ia kemudian memejamkan matanya.

**

Alisa bangun saat ia merasa hari sudah siang. Dengan cepat Alisa beringsut duduk dan menjangkau ponselnya yang ditaruhnya di meja belajarnya yang ada di dalam kamar tersebut. Alisa memandang jam di ponselnya yang ternyata masih jam 7. Ia kemudian bangun dengan kepala yang terasa masih pusing. Bila sudah bangun tidur seperti ini Alisa langsung masuk ke kamar mama nya untuk melihat  Mamanya sudah bangun.

"Mama Kenapa nggak bangunin Isa?" Tanya Alisa ketika melihat mamanya yang sudah terbangun. 

Nur tersenyum saat mendengar pertanyaan putrinya. "Nanti ya Mama bakalan bangunin Isa, kalau mama sudah bisa berjalan," ucapnya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status