Share

Bab 3

Author: Ry-santi
last update Last Updated: 2024-01-24 12:00:49

Jiwanya sudah melayang jauh meninggalkan raga ketika ucapan Troy masih terngiang-ngiang di telinga. Semakin lama suara Troy semakin melubangi hati Louisa, menorehkan luka menganga yang begitu pedih bak ditaburi garam. Sesak. Louisa memukul dada dengan kepala tangan, berharap gumpalan menyakitkan ini bisa keluar dari sana. Udara di sekitar pun tak mampu menjernihkan akal sehat Louisa, malah meneriaki kalau kisah asmara yang dijalani bertahun-tahun kandas tanpa sebab.

Kaleng-kaleng bir berserakan di balkon, tapi tidak mampu menghapus kesedihan Louisa. Semalaman dia duduk di sana seorang diri dan tidak membiarkan Cory menemani. Bergulat dengan isi kepala, mengorek-ngorek kilasan pernyataan teman-temannya tentang sikap Troy yang sama sekali tidak menunjukkan sebagai kekasih setia. Sekarang dia tenggelam dalam kubangan penderitaan akibat terlalu berpikiran positif pada Troy, padahal sudah terlihat jelas kalau lelaki itu tidak seperti dulu lagi.

Aroma cokelat hangat terendus di hidung Louisa ketika Cory mendekat membawa dua cangkir minuman hangat. Gadis itu berpaling, buru-buru menghapus jejak basah di pipi dan memaksakan diri untuk tersenyum walau otot-otot wajahnya terasa kaku.

Cory menaruh cangkir tersebut lantas mendudukkan diri di samping Louisa dan berkata, "Minumlah dulu untuk membuat perasaanmu lebih baik, Lou."

Jemari Cory memeluk cangkirnya sendiri, menerawang ke arah pantai Malibu yang tak jauh dari apartemen yang mereka tinggali lalu menoleh mengamati garis wajah Louisa. Seperti anak ayam kehilangan induknya, Louisa begitu menyedihkan. Sejujurnya, dia merasa kasihan dengan Louisa meski di sisi lain ada perasaan lega kalau Troy memutuskan hubungan. Baginya Louisa patut mendapatkan lelaki yang lebih baik dari sang mantan manalagi di sini aktor-aktor lebih menawan dan sedikit-banyak Cory hafal karakter mereka.

"Bisakah aku tidak hadir dalam jumpa fans hari ini, Cory?" tanya Louisa meraih cangkir cokelat hangat. Begitu menyentuh kulit, kehangatan langsung tersebar menyelimuti setiap aliran darah. Disesap sebentar cokelat itu melewati kerongkongan dan turun ke lambung. Coklat memang sesuatu paling baik untuk menenangkan dan rasa resah itu mulai membaik walau tak sepenuhnya. "Aku merasa belum bisa bertemu orang-orang dengan kondisi mataku bengkak seperti ini. Aku takut mereka akan menerjangku dengan banyak pertanyaan."

"Oh, sial. Terkutuklah Troy! Aku bersumpah suatu saat dia akan merasakan apa yang kau rasakan hari ini, Lou," rutuk Cory berharap semesta mendengar munajatnya. "Tapi ... kaulah yang ditunggu mereka, Sayang. Masih ada waktu empat jam lagi, Lou. Aku bisa membantumu mengompresnya agar tidak terlalu bengkak. Nanti kau pakai saja kacamata hitam. Bagaimana?"

"Aku ... sungguh tidak berminat, Cory. Tubuhku belum istirahat, mood-ku benar-benar buruk. Aku takut di depan mereka malah menangis."

Tak berapa lama ponsel Cory berdering nyaring sebelum lelaki itu menimpali permintaan Louisa untuk tidak datang ke acara fans meeting. Cory mendecak kesal karena seseorang mengganggunya di saat genting seperti ini. Buru-buru dia berlari menghampiri gawai yang tergeletak di kamar Louisa sejak semalam. Alis tebal Cory mengerut mendapati asisten pimpinan agensi menghubunginya secara tiba-tiba. Dia mendadak gugup setengah mati, nyaris saja jatuh ke lantai kalau bukan kesadarannya yang memerintah untuk menjawab panggilan mendesak itu. Cory mendaratkan pantat ke pinggiran kasur, meremas dada dan bertanya,

"Ada apa, Mr. Reese?"

"Aku mendapat perintah untuk menyampaikan pesan kepadamu agar mengatur jadwal pertemuan Ms. Bahr dengan Mr. Cross malam nanti," jawab Mr. Reese.

"Ma-malam nanti?" Cory berdiri, berjalan cepat menuju balkon di mana Louisa masih duduk memeluk kedua lututnya dengan tatapan kosong. "Apakah bisa hari lain, Tuan? Karena kemungkinan kami akan--"

"Mr. Cross menginginkan jadwal itu hari ini, Mr. Conley," potong Mr. Reese seakan tidak mau menerima penolakan.

Louisa menengadah, menautkan alis penasaran siapa yang menelepon sampai membuat ekspresi Cory sepucat mayat. Cory menyiratkan Louisa diam sejenak dengan menempelkan telunjuk kiri di bibir, manakala telinganya masih mendengar penjelasan asisten Mr. Cross. Begitu Cory menyetujui dan memutuskan sambungan telepon, dia mengembuskan napas seraya memutar bola mata merasakan kepalanya akan meledak saat ini juga. Undangan langka dari Dean Cross tentu saja tidak boleh dilewatkan, pikir Cory. Tapi, dia juga dilema karena psikis Louisa tidak memungkinkan untuk menyambut pimpinan tertinggi agensi dengan ramah.

Pernah sekali waktu, mungkin tahun lalu seminggu sebelum perayaan natal ketika Louisa bertengkar dengan Troy saat syuting di salah satu film. Walau sebatas figuran, terkadang Louisa mementingkan suasana hati sehingga proses pengambilan gambar jadi lebih lama. Dia tidak segan memarahi balik kalau ada yang mengusik emosinya. Oleh karena itu, bolak-balik Troy mengingatkan Louisa agar pintar-pintar mengatur amarah dan tidak mencampur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaan. Sekecil apa pun masalah yang datang, seharusnya sebagai artis yang terlanjur menyelam di dunia perfilman harus bersikap profesional, bukannya berdiam diri dan menangisi lelaki bajingan seperti Troy.

"Kau diundang Mr. Cross malam ini," tandas Cory, "setelah acaramu di San Diego."

"Mr. Cross? Untuk apa?" tanya Louisa tak mengerti.

Cory berlutut di depan Louisa, memegang kedua tangan kurus nan lentik artisnya sambil menatap penuh harap. "Dengar Lou. Selama aku bekerja di bawah agensi Mr. Cross, belum pernah aku mendengarnya mengundang artis untuk bertemu secara pribadi. Kita lihat sisi positifnya sekarang, bisa jadi kan kalau Mr. Cross memberimu peluang lebih? Teman kencan? Uang? Atau merekomendasikanmu ke beberapa produsen film?"

"Cory ..." Louisa nyaris menolak ketika Corcy mengeratkan genggamannya.

"Aku sayang padamu, Lou. Dan sungguh menyakitkan melihatmu dicampakkan Troy. Sekarang tunjukkan pada bajingan itu bahwa tanpa dia, kau masih bersinar, Sayang," ujar Cory menggebu-gebu seperti ada nyala api di kedua bola matanya. "Kalau aku jadi kau, akan kulakukan apa pun agar bisa berduaan dengan Mr. Cross. Tapi ingat, berhati-hatilah padanya."

"Kau bilang menerima ajakannya, sekarang berhati-hati. Kau tidak konsisten sekali," cibir Louisa kesal. "Jikalau seperti itu, lebih baik aku menolaknya secara tegas kan?"

"Ck! Bukan seperti itu, My Lady," tandas Cory gemas. "Maksudku, jika dia menawarimu untuk tidur dengannya jangan mau. Karena banyak wanita yang akhirnya terbawa perasaan dan mengejar-ngejar Mr. Cross seperti orang gila. Kau boleh patah hati dan menyenangkan perasaanmu pada lelaki, tapi tetaplah gunakan logikamu, Lou. Lelaki bakal menjadi sebaik malaikat dan segarang singa ketika menemukan wanita tak berdaya."

"Jadi, aku harus menerimanya tapi juga berhati-hati dengannya?" ulang Louisa.

"Tepat sekali, Sayang. Jika dia menawarimu peluang untuk karier, maka ambillah! Kalau dia menawarimu adik kecil di balik celananya, jangan!" titah Cory mengerlingkan sebelah mata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Extra Part 4

    "Ke mana kita?" tanya Louisa penasaran mengapa matanya harus diberi penutup mata."Rahasia," kata Dean melajukan mobil Ranger Over hitam mengilap melintasi jalan Brudermühlstraße sebelum belok kiri menuju Schäftlarnstraße dengan bantuan Google Map.Butuh waktu setidaknya hampir dua jam lebih untuk bisa sampai di sebuah pulau kecil yang ada di lepas pantai Bavaria. Di sana ada sebuah danau cantik yang menghubungkan tiga negara sekaligus, Swiss, Austria, dan Jerman. Jujur saja, semenjak menginjakkan kaki di sini, Dean dibuat jatuh cinta akan pesona-pesona bangunan bersejarah yang disajikan tanah kelahiran kekasihnya. Bagaimana tidak, Dean serasa ditarik melewati lorong waktu di mana kerajaan Eropa tengah berjaya sebelum beberapa tempat rusak akibat perang dunia juga perang saudara antara Jerman Barat dan Timur.Dia tersenyum tipis akhirnya bisa memberi kejutan selepas Louisa kembali ke Jerman. Dia tidak ingin terburu-buru, apalagi setelah delapan tahun banyak hal yang ingin Dean ketahui

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Extra Part 3

    Bukan Dean Cross bila tidak menyiapkan segalanya begitu rapi. Sangat rapi sampai-sampai Louisa berpikir bahwa lelaki itu masih suka mendominasi segalanya seperti dulu. Tak disangka kalau ternyata asisten Dean telah bertemu keluarga Louisa juga Cory lantas meminta mereka menaiki sebuah mobil Mercedes Benz Sprinter hitam yang bisa memuat cukup banyak penumpang. Padahal sejujurnya Louisa bisa membawa mobilnya sendiri, namun Dean meminta--lebih tepatnya memerintah--agar memarkirkan kendaraan tersebut sementara waktu. Dean tidak dapat mengalihkan pandangan barang sedetik dan tidak sungkan-sungkan menggenggam tangan Louisa begitu erat. Dia memuji kecantikan gadis itu dan berpendapat bahwa fitur wajah pujaan hatinya diturunkan dari sang ibu. Karoline dan suaminya terbahak-bahak, sementara Louisa tersipu malu. Kini, tidak ada lagi ketegangan di antara mereka layaknya delapan tahun yang pernah menerjang gadis itu. Dean secara pribadi menemui orang tua dan kakak Louisa setiap tahun secara se

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Extra Part 2

    Kilat kamera langsung berkelip-kelip manakala Louisa memasuki areared carpetdalam balutan gaun tulle Valentino Couture berwarna hijau zamrud yang dipadu sepatu bertumit tinggi danclutchJimmy Choo. Banyak yang memuji kecantikan Louisa karena detail silan di bagian belakang menampilkan punggung sementara bagian depan potongan V rendah serta pita berpinggang tinggi menonjolkan lekuk tubuh rampingnya. Tidak perlu riasan dan perhiasan mencolok, cukup pulasan warnafuschiadi bibir dan pipinya diberiblushkemerahan agar tampak segar dan bercahaya.Dia tersenyum ke segala arah membiarkan fotografer mengabadikan dirinya sebelum masuk ke aula utamaSchlosstheater Schönbrunn,Austria. Di sana keluarga dan manajernya ikut hadir sebagai tamu undangan peluncuran filmhistorical rom

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Extra Part 1

    8 tahun kemudianIngar-bingar tepuk tangan dan suitan terdengar memenuhi aula utamaAltonaer KaispeicherHamburg di mana ajang tahunan perfilman Jerman digelar. Bukan hanya film dan serial TV nasional saja yang akan memenangkan penghargaan dalam beberapa kategori, tapi juga film internasional serta aktor-aktris terbaik melalui pemungutan suara online. Sehingga setiap tahun, orang-orang selalu antusias menanti siapa yang menjadi pemenang.Seorang gadis mengenakanhalter dresskuning mencolok nan kontras dari kulitnya yang putih bak porselen memperlihatkan punggung serta belahan paha yang cukup menggoda. Balutan sepatu bertumit tinggi keemasan berhias mutiara berkilau, tatanan rambutsimpledenganbelah tengah serta riasan&nbs

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Bab 57 (END)

    Dunia seperti berhenti berotasi manakala mereka masih terpaku oleh jarak. Hanya saling mengunci pandang dalam iris mata yang memancarkan jutaan rasa rindu yang kini meledak tanpa bisa dikendalikan. Kornea Dean memerah, tidak menyangka jika gadis itu mau menemuinya setelah bersusah payah mencari cara tuk menarik perhatian Louisa. Dia pikir hanya dengan lukisan-lukisan di SDMA tersebut Louisa mau membuka kembali komunikasi bersamanya lagi. Namun, semua itu di luar ekspektasi Dean sampai harus terbang jauh-jauh menjemput sang pujaan.Ayo, Dean, kau harus menemuinya!Batin Dean memerintah otaknya agar memaksa kaki berbalut pantofel hitam mengilap tuk menepis jarak yang masih membentang. Tak mampu berkedip hanya karena takut jika di depan Dean itu adalah sebuah fatamorgana di antara kegersangan yang menerpa dirinya.

  • Terjerat Cinta Palsu CEO   Bab 56

    Musim panas di belahan mana pun menjadi musim penuh festival, baik pertunjukan musik, film, pameran budaya, hingga festival makanan. Binar mentari yang lebih lama menerangi Jerman membuat sebagian besar orang-orang menghabiskan waktu untuk bersantai dan menikmati acara secara gratis maupun berbayar. Salah satunya pertunjukan kompetisi balet anak-anak dan remaja yang turut diikuti gadis-gadis dari studio milik Karoline. Mereka berkompetisi, menampilkan tarian-tarian terbaik diiringi lagu-lagu klasik yang dramatis hingga penonton ikut terhanyut di dalamnya.Riuh tepuk tangan pecah ketika formasi tujuh orang anak perempuan mengenakan kostum balet ungu dihias sayap kupu-kupu nan berkilau muncul. Salah satu dari mereka melambaikan tangan tanpa berdosa ke arah Louisa yang berdiri di balik tirai panggung menanti gilirannya keluar, menerbitkan senyum lebar hingga rona merah muncul di pipi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status