"Alena apa yang kau dapatkan dari kunjunganmu ke Barcelona?" Ale bertanya saat asistennya itu menyambut kepulangannya dari Singapura di bandara.
"Mereka masih memikirkan penawaran anda, Senor!" Alena menyahut dengan tegas."Begitu? Baiklah, jika mereka meragukanku, ada baiknya aku mendekati Ortis dan Morales." Ale terkekeh."Anda serius, Senor?" Alena menatapnya tidak percaya."Tentu saja, aku sangat serius, Alena Herrera," sahut Ale dengan santai."Mana Leandro? Kenapa dia tidak menjemputku dan justru hanya dirimu?" Ale menatap berkeliling sebelum memasuki mobil."Leandro masih menemani Senora berlibur di Karibia," sahut Alena dengan santai.Wanita itu duduk di sebelah pengemudi mobil. Melirik sang bintang sepakbola dari kaca spion di atas dashboard."Dia masih berlibur sejak dari Singapura kemarin?" Ale mengerutkan keningnya."Benar, Senor. Senora berlibur bersama Chloe Smith dan beberapa teman modeln"Sepi," gumam Ale pelan, memandang ke sekeliling dapur utama.Ale duduk termenung seorang diri di dapur. Hanya berteman sepi tanpa ada seorangpun yang bisa diajaknya berbincang apalagi bercanda."Kenapa akhir-akhir ini aku merasa rumah ini selalu sepi di saat aku kembali?" gumamnya lagi.Lamunannya teralihkan saat smartphone-nya berkedip. Sepertinya ada pesan atau notifikasi pemberitahuan dari akun-akun media sosialnya."Astaga!" keluhnya saat melihat beberapa foto yang diunggah Alicia dalam akun media sosialnya.Alicia mengunggah beberapa fotonya saat tengah berlibur di sebuah pantai di kawasan Karibia. Dengan hanya berbikini, Alicia memang terlihat begitu seksi dan menggoda."Lama kelamaan aku muak dengan semua ini!" Ale memijit pelipisnya dan menghela napas kasar."Tidak henti-hentinya dia mengundang kontroversi dengan hal-hal konyol seperti ini," keluhnya lagi."Tidak puaskah dia dengan memamerkan segala kem
"Hei, siap untuk bertanding akhir pekan nanti?" Salah seorang rekan Ale mengulurkan botol air mineral dan duduk di sebelahnya."Harus siap," sahutnya dengan santai sembari membuka tutup botol air mineralnya.Keringat membanjiri tubuhnya dan napasnya terdengar memburu dengan cepat. Panas menyengat membuat siapapun berkeringat lebih dari biasanya."Panas," keluh rekannya sembari mengibaskan bagian dada kaos jerseynya."Iya, padahal belum memasuki musim panas yang sesungguhnya." Ale menanggapinya dengan keluhan yang sama."Cuaca sungguh tidak bersahabat," keluhnya lagi sembari menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi."Semoga tidak ada lagi gelombang panas seperti tahun kemarin," rekannya, Mateo menimpali.Ale mengangguk setuju. Tahun lalu, Spanyol dilanda gelombang panas yang cukup mengerikan."Ale apa rencanamu setelah habis kontrakmu di sini musim mendatang?" Mateo kembali bertanya."Entahlah! Aku belu
"Iya, sesi latihan sudah berakhir," sahutnya seraya bersiap untuk melakukan latihan selanjutnya."Kenapa tidak pulang bersama yang lain?" Sasmaya menghidupkan kompor gas."Tidak apa-apa, aku hanya ingin lebih lama di sini. Kau memasak sesuatu?" Ale memperhatikan gerak-gerik Sasmaya yang tertangkap kamera smartphone-nya."Merebus air untuk membuat secangkir kopi," sahutnya sembari menuangkan air yang baru saja mendidih ke dalam cangkir berisi bubuk kopi.Sasmaya membawa cangkir kopinya ke meja makan bersama beberapa cemilan. Duduk manis sembari memperbaiki letak smartphone-nya. Agar lebih mudah untuk tetap mendapatkan sudut gambar yang bagus dan jelas saat mereka berdua berbincang tanpa meninggalkan aktivitas masing-masing."Kau tidak takut gemuk?" Ale kembali mengerutkan kening.Sangat jarang para wanita mengkonsumsi makanan meski hanya makanan ringan di tengah malam seperti itu."Tidak, aku tidak pernah pusing dengan be
Musim panas 2023"Sardinia, Bali, Karibia, Maldives, yang mana pilihan anda Senor?" Alena menyodorkan laptopnya ke hadapan Ale."Untuk apa?" Ale dengan enggan menyentuh layar laptopnya, beberapa foto destinasi wisata seketika muncul dengan berbagai keindahan dan keistimewaan yang mereka tawarkan."Liburan musim panas. Senora Alicia meminta saya untuk mendapatkan rekomendasi terbaik destinasi wisata pantai yang terbaik," sahut Alena dengan lugas."Entahlah, aku merasa bosan dengan ini semua." Ale mematikan dan menutup laptopnya."Anda sudah pernah mengunjungi beberapa destinasi wisata yang terkenal, Senor. Mungkin karena itu ada merasa jenuh." Alena kembali berucap dengan nada datar."Mungkin, pergilah! Biarkan aku sendiri. Temani Alicia untuk bersiap berlibur, mungkin aku menyusul nanti setelah urusanku di sini selesai!" Ale mengibaskan tangannya meminta Alena untuk meninggalkannya sendirian."Baik Senor!" Alena mengerti dan bergegas pergi meninggalkan ruangan kerjanya.Ale mendesah pe
"Minggir!" Alicia sengaja menyenggol bahu seseorang yang baru saja datang tadi."Hei, hati-hati!" Kembali sebuah suara membuat mereka menatap ke arah pintu.Alicia berhenti dan menatap wanita yang berdiri di dekat pintu ruang kerja. Seorang wanita cantik berdiri di tengah-tengah pintu dan saling bersitatap dengan Alicia."Kau sengaja?" tegurnya dengan nada kesal."Mireya, Alicia, sudahlah." Tegur Nyonya Paquita pada keduanya.Alicia menoleh sebentar, tersenyum menyeringai pada wanita itu kemudian berlalu begitu saja. Nyonya Paquita terduduk di sofa dan menghela napas pelan."Mom!" Ale mendekatinya dan duduk di sebelahnya.Sedangkan Alena berdiri dan memperbaiki pakaian dan rambutnya yang berantakan. Mireya, mendekati mereka dan bersedekap tangan."Sudah berapa kali aku ingatkan agar kalian berdua menjaga sikap!" Mireya menatap Ale dan Alena bergantian.Ale hanya menggaruk-garuk kepalanya sembari melirik Alena. Wanita itu terlihat kesal tetapi juga menahan tawa melihat tingkah konyol Al
"Di mana aku menyimpannya?" Sasmaya menundukkan tubuhnya, berjongkok di depan laci-laci."Signora apa yang anda cari?" Seorang wanita setengah baya menegur dan menatapnya dengan heran."Bibi Bruna, tahu di mana saya menyimpan berkas-berkas lama?" Sasmaya berdiri dan bertanya pada wanita yang mengurus rumah peristirahatannya yang terletak di tepi danau Como, Lombardia."Sepertinya semua sudah dibuang, Signora." Bibi Bruna menjawab dengan santai."Oh begitu ya?" Sasmaya tersenyum meringis sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Iya Signora, itu sudah lama sekali," sahutnya lagi dan berlalu membawa ember berisi cucian yang hendak dijemurnya."Astaga!" Sasmaya menepuk jidatnya."Aku baru ingat, semua barang-barang di rumah ini sudah dirapikan saat aku pulang ke Indonesia," gumamnya dalam hati.Sasmaya dengan langkah gontai meninggalkan gudang dan memilih untuk pergi ke teras. Duduk manis sembari ditemani secangkir kopi panas dan sepiring arrancini dan panelle."Bibi Bruna!" se
"Apakah sebelumnya kau tidak pernah merindukanku?" Ale bertanya dengan nada kecewa."Bagaimana aku bisa merindukan seseorang yang hanya satu kali aku temui. Alejandro Castillo kau jangan mengada-ada." Sasmaya tertawa renyah."Tetapi aku selalu mengingatmu dan merindukanmu sejak pertama kita bertemu," sahut Ale dengan serius."Apakah kita bertemu lagi setelah pertemuan malam itu? Aku tidak ingat pernah bertemu denganmu selain di Madrid waktu itu." Sasmaya mengerutkan keningnya, menatap Ale lekat-lekat."Iya, tetapi kau tidak menyadarinya. Sewaktu final piala dunia 2006 di Berlin. Kau bersama putri kecilmu dan Andrea Belucci." Ale menjawabnya dengan tenang."Astaga! Aku sungguh tidak tahu kau berada di sana juga." Sasmaya terlihat salah tingkah mendengar pengakuan Ale."Wajar saja kau tidak tahu, saat itu kau cukup sibuk melindungi putrimu dari media yang mengerumuni dirimu." Ale tersenyum tipis."Iya, aku tidak ingin putr
"Ada apa Javier?" Alena menatap bocah lelaki yang baru berusia dua belas tahun itu dengan heran."Ada sesuatu yang harus aku pilih untuk dibawa berlibur. Siapa tahu Tante bisa membantuku." Javier tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya."Pergilah! Biar aku siapkan sendiri semua keperluan Senor." Antonio menyuruhnya untuk pergi dengan Javier.Alena mengangguk dan berbalik, tidak jadi menuju ruang kerja Ale. Dia mendekati Javier yang berdiri di anak tangga terbawah."Ayo, Tante akan membantumu berkemas." Alena menggandeng bocah lelaki itu ke kamarnya yang ada di lantai dua."Ada apa? Katakan pada Tante sekarang." Alena menatap Javier dan menyentuh bahunya dengan lembut setelah mereka tiba di kamarnya."Tante, lihat itu." Bocah itu menunjuk pada laptopnya yang menyala, yang ada di atas meja belajarnya.Alena mendekati meja dan mengambil laptopnya kemudian duduk di tepi tempat tidur. Javier turut duduk di sampingnya.