"Aku turun di sini." Sasmaya menyentuh tombol lif bersiap untuk keluar.
"Tunggu!" Ale menahannya dengan menghadangnya menggunakan lengannya."Ale, biarkan aku pergi," pinta Sasmaya dengan sungguh-sungguh."Aku ikut denganmu," sahut Ale dengan santai.Sasmaya mendesah pelan. Sepertinya kali ini dia tidak dapat melarikan diri dari Alejandro Castillo seperti dua puluh tahun lalu."Baiklah!" Sasmaya mengangguk setuju dengan setengah terpaksa.Ale tersenyum simpul dan memberi isyarat Antonio untuk keluar lebih dahulu. Memastikan tidak ada seseorang yang mengenalinya."Tenang saja, tempat ini aman kok. Tidak akan ada orang-orang yang akan mengganggumu sekalipun mereka mengenalimu." Sasmaya tertawa pelan.Ale turut tertawa dan mengikutinya keluar dari lift. Sasmaya mengeluarkan sebuah kunci elektronik dari tasnya dan menuju ke salah satu jajaran lift yang ada di hadapan mereka.Ale tertegun, saat melihat wanit"Astaga kemana dia?" Ale terbangun keesokan harinya, dan tak menemukan Sasmaya di sampingnya.Terlintas dalam pikirannya, ini akan menjadi sebuah kisah seperti dalam film atau cerita online. Dia akan kehilangan Sasmaya lagi dan menghabiskan hari-hari selanjutnya untuk mencari keberadaan wanita itu."Sialan!" teriaknya sembari melemparkan bantal ke lantai."Astaga Ale! Ada apa denganmu?" Sasmaya menegurnya.Sasmaya keluar dari kamar mandi, dengan mengenakan bathrobe dan tengah mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk."Aku kira kau sudah pergi." Ale mendesah lega, rupanya wanita itu tengah menyegarkan diri di kamar mandi tadi.Ale beranjak dari tempat tidur dan mendekati kemudian memeluknya dari belakang."Bukankah sudah kukatakan one night stand bukanlah gayaku. Lagipula ini penthouse-ku, untuk apa aku melarikan diri?" Sasmaya tersenyum geli melihat kepanikan yang tersisa di ekspresi pria Spanyol itu."Ma
"Jalan kaki?" Ale menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Kenapa? Lelah?" Sasmaya menatapnya, mengerjapkan mata, menggodanya."Lelah? Hei, berlari keliling lapangan selama 90 menit pun biasa saja bagiku apalagi sekadar berjalan kaki. Kau meremehkanku mi amor!" Ale tertawa dan mengacak-acak rambut Sasmaya."Lantas apa yang membuatmu keberatan?" Sasmaya berkacak pinggang di depannya."Aku tidak keberatan tetapi aku rasa dirimu yang akan mengalami masalah." Ale tersenyum tipis."Aku? Bukan masalah bagiku untuk berjalan kaki ke Chinatown. Hanya sekitar 15 menit saja dan tidak melelahkan," sahut Sasmaya masih setengah mendongkol dengan penolakan Ale untuk berjalan kaki menuju Chinatown."Oh, dan keesokan harinya akan muncul foto di halaman terdepan portal berita, Alejandro Castillo menghabiskan harinya di Chinatown dengan seorang wanita yang bukan kekasihnya." Ale menyahut dengan santai sembari terkekeh.Sasmaya membelalakkan
"Kita mampir ke kedai itu!" Sasmaya mengajak Ale memasuki sebuah kedai kopi yang sudah buka.Sebuah kedai kopi khas Singapura. Mereka duduk di sudut dekat jendela agar bisa menikmati pemandangan jalanan di sekitar kedai yang mulai ramai.Sasmaya memesan Kaya Toast, telur rebus dan teh tarik. Menu sarapan khas warga Singapura."Enak, rotinya tipis dan crispy." Ale berkomentar sambil menatap roti bakar berlapis kaya, selai khas negeri singa yang terbuat dari telur, santan, gula dan daun pandan."Ini sarapan yang penuh gizi," sahut Sasmaya, meraih cangkir teh tariknya."Untukmu! Untukku ini hanya cemilan saja," keluh Ale dengan nada memelas.Sasmaya tertawa dan hampir saja tersedak. Kebutuhan nutrisi mereka berdua memang jauh berbeda. Sebagai seorang atlet, aktivitas Ale jauh lebih bervariasi daripada orang biasa."Nanti kita makan siang di Ann Siang Hill. Di sana lebih banyak pilihannya." Sasmaya tersenyum dan meletakkan k
"Kawasan ini mirip dengan Piccadily di Inggris," gumam Ale setelah beberapa saat memandang sekeliling Trengganu street."Oh ya? Aku belum pernah pergi ke sana," sahut Sasmaya penuh rasa ingin tahu.Sasmaya tahu Ale cukup familiar dengan negeri Ratu Elizabeth itu karena dia pernah bermain di salah satu klub ternama negeri itu. Bahkan sepengetahuannya dia menolak tawaran dari klubnya dan memilih untuk bermain di Inggris.Karirnya melesat bak meteor selama bermain di sana yang membuatnya disejajarkan dengan para pemain yang lebih senior darinya."Trotoarnya lebar dan ada banyak toko, restoran hingga teater di sepanjang jalan, surga bagi para wisatawan untuk berjalan kaki seperti di Piccadily." Ale menjelaskan dengan santai.Sasmaya hanya mengangguk mengerti. Mereka berdua berbincang hingga tiba di restauran tujuan. Gadis pelayan menyambut mereka dengan ramahMereka segera masuk dan duduk di salah satu sudut restauran. Sasmaya mengam
"Sinar matahari, berbaring dengan santai ditemani cocktail, dan suasana yang tenang, ini liburan favoritku," gumam wanita cantik yang hanya mengenakan bikini dan tengah duduk santai berjemur di kapal pesiar pribadinya.Alicia Dominguez, wanita cantik bertubuh aduhai, kekasih Alejandro Castillo, menikmati liburannya di kawasan Karibia dengan bahagia tanpa beban bersama sahabatnya, Chloe, model asal negeri Paman Sam."Alicia, kapan kalian akan menikah?" Tiba-tiba Chloe, sahabatnya bertanya.Alicia menoleh menatap model cantik yang tengah menyesap winenya. Mata indahnya mengerjap, tertegun sejenak dan tidak segera menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya."Pertanyaan membosankan dan menjengkelkan," gumam Alicia cukup lirih, tetapi masih terdengar oleh sahabatnya itu.Chloe tertawa mendengar gumaman wanita yang dikenalnya saat mereka sama-sama hadir dalam sebuah acara penghargaan dalam dunia hiburan."Entahlah!" lanjut Alicia hanya
"Alena apa yang kau dapatkan dari kunjunganmu ke Barcelona?" Ale bertanya saat asistennya itu menyambut kepulangannya dari Singapura di bandara."Mereka masih memikirkan penawaran anda, Senor!" Alena menyahut dengan tegas."Begitu? Baiklah, jika mereka meragukanku, ada baiknya aku mendekati Ortis dan Morales." Ale terkekeh."Anda serius, Senor?" Alena menatapnya tidak percaya."Tentu saja, aku sangat serius, Alena Herrera," sahut Ale dengan santai."Mana Leandro? Kenapa dia tidak menjemputku dan justru hanya dirimu?" Ale menatap berkeliling sebelum memasuki mobil."Leandro masih menemani Senora berlibur di Karibia," sahut Alena dengan santai.Wanita itu duduk di sebelah pengemudi mobil. Melirik sang bintang sepakbola dari kaca spion di atas dashboard."Dia masih berlibur sejak dari Singapura kemarin?" Ale mengerutkan keningnya."Benar, Senor. Senora berlibur bersama Chloe Smith dan beberapa teman modeln
"Sepi," gumam Ale pelan, memandang ke sekeliling dapur utama.Ale duduk termenung seorang diri di dapur. Hanya berteman sepi tanpa ada seorangpun yang bisa diajaknya berbincang apalagi bercanda."Kenapa akhir-akhir ini aku merasa rumah ini selalu sepi di saat aku kembali?" gumamnya lagi.Lamunannya teralihkan saat smartphone-nya berkedip. Sepertinya ada pesan atau notifikasi pemberitahuan dari akun-akun media sosialnya."Astaga!" keluhnya saat melihat beberapa foto yang diunggah Alicia dalam akun media sosialnya.Alicia mengunggah beberapa fotonya saat tengah berlibur di sebuah pantai di kawasan Karibia. Dengan hanya berbikini, Alicia memang terlihat begitu seksi dan menggoda."Lama kelamaan aku muak dengan semua ini!" Ale memijit pelipisnya dan menghela napas kasar."Tidak henti-hentinya dia mengundang kontroversi dengan hal-hal konyol seperti ini," keluhnya lagi."Tidak puaskah dia dengan memamerkan segala kem
"Hei, siap untuk bertanding akhir pekan nanti?" Salah seorang rekan Ale mengulurkan botol air mineral dan duduk di sebelahnya."Harus siap," sahutnya dengan santai sembari membuka tutup botol air mineralnya.Keringat membanjiri tubuhnya dan napasnya terdengar memburu dengan cepat. Panas menyengat membuat siapapun berkeringat lebih dari biasanya."Panas," keluh rekannya sembari mengibaskan bagian dada kaos jerseynya."Iya, padahal belum memasuki musim panas yang sesungguhnya." Ale menanggapinya dengan keluhan yang sama."Cuaca sungguh tidak bersahabat," keluhnya lagi sembari menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi."Semoga tidak ada lagi gelombang panas seperti tahun kemarin," rekannya, Mateo menimpali.Ale mengangguk setuju. Tahun lalu, Spanyol dilanda gelombang panas yang cukup mengerikan."Ale apa rencanamu setelah habis kontrakmu di sini musim mendatang?" Mateo kembali bertanya."Entahlah! Aku belu