Beranda / Romansa / Terjerat Cinta Sang CEO / Part 4 (Ajakan Alexander)

Share

Part 4 (Ajakan Alexander)

Penulis: AR_Merry
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-29 22:52:56

“Kamu sudah pulang dari kemarin tapi baru hari ini mengunjungi Mommy? Kamu keterlaluan Felix! ” Seru Maria Johnson dengan nafas menggebu.

Laki-laki berusia tiga puluh satu tahun itu terkekeh pelan. Ia segera menghampiri wanita yang telah melahirkannya, merawat dan membesarkannya. Alex memeluk wanita paruh baya yang di sayanginya.

“Jangan marah Mommy. Kemarin Felix ada urusan yang sangat penting.” Bujuk Alex.

Maria melonggarkan paksa pelukan Alex. Wanita paruh baya itu memandang putranya dengan wajah memerah, “Jadi urusanmu lebih penting dari pada bertemu Mommy !!? Iya?!” tanya Maria emosi.

Alex kembali terkekeh. Ia meraih kedua tangan Mommy-nya dan melabuhkan kecupan di sana.

“Ini juga demi Mommy dan juga demi masa depan Felix.” Ucap Alex lembut.

Maria menaikkan satu alisnya. “Demi Mommy? Demi masa depan kamu? Maksudnya?” Maria bingung dengan kata ambigu putranya.

Alex semakin melebarkan senyuman di bibirnya. “Coba Mommy tebak.”

Wanita paruh baya itu tampak berfikir keras. Tiba-tiba ia melebarkan senyuman saat sesuatu melintas di otaknya. Membuat Alex penasaran dengan tebakan Maria.

“Sepertinya Mommy tahu.” Celetuk Maria.

“Oh ya?” kata Alex sanksi. “Coba katakan, apa yang sedang Mommy  fikirkan?” desak Alex.

“Kamu sudah menemukannya?” tebak Maria.

Alex melebarkan senyumannya. Ia menggangguk dan memeluk Maria. “Mommy  benar. Felix telah menemukannya. Terima kasih Mommy selalu mendo'akan Felix.” Alex semakin mengeratkan pelukannya. Tanpa sadar air mata itu menetes dengan tak tahu malu.

Maria menepuk-nepuk punggung putra kesayangannya dengan lembut. Wanita paruh baya itu paham dengan perasaan putranya yang tampak bahagia. Felix-nya telah kembali. Ia pun meneteskan air mata kebahagiaan.

“Kamu sudah berani pulang anak nakal?” Seru William Johnson dari lantai satu.

Mendengar seruan William, Maria mengurai pelukan putranya. “Kamu sudah bertemu dengan Daddy -mu sebelumnya?” tanya Maria menyelidik.

Alex menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kalau dia jujur tamatlah riwayatnya. Maria pasti akan mengulitinya hidup-hidup.

Melihat putranya terdiam membuat Maria semakin berang. “Katakan kalau kamu belum bertemu Daddy ?”  Desak Maria.

William tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah putranya sulungnya yang kini tak bisa berkutik. Kelemahan Alexander Johnson adalah Maria. Jika Mommy -nya yang baik hati itu marah maka  Alex tak akan bisa apa-apa.

Daddy tahu sesuatu?” Tanya Maria saat William sudah berada didekatnya.

William tersenyum geli. Ia menarik pinggang Maria agar merapat padanya. Membuat wanita paruh baya itu memekik.

Daddy !!” pekik Maria.

“Jangan marah-marah Mommy .” bujuk William.

“Jadi? Siapa yang mau bercerita?” tanya Maria menuntut.

William melirik Alex yang kebetulan juga meliriknya. Pria paruh baya itu tersenyum. “Felix kemarin sudah datang ke kantor. Di ...”

“A-apa? J-jadi kalian sudah bertemu? Dan Mommy jadi orang terakhir yang bertemu? Ka...”

Cup ...

William mengecup bibir Maria untuk menghentikan ocehan wanita yang telah mendampinginya lebih dari tiga puluh dua tahun itu.

Daddy!!” seru Maria tidak terima.

“Sepertinya kita akan mempunyai menantu sebentar lagi.” Ucap William.

Maria membelalakkan matanya terkejut. “Benarkah?! Daddy, benarkah?” Maria mengalihkan ke arah Alex yang tampak salah tingkah. “Felix!! Kamu tidak  mau mengatakan kepada Mommy?”

William mengulum senyum melihat keterkejutan Maria tentang putra kesayangannya.

Mom, Felix belum bisa mengatakan sekarang.” Alex menghembuskan nafasnya pelan. “Nanti, Felix janji akan memperkenalkan kepada Mommy secepatnya.” Pinta Alex.

“Kamu tidak berbohong?” tanya Maria.

Alex menggeleng. “Enggak Mommy.”

“Tapi ...”

“Percayalah Mommy. Kali ini Felix tidak akan salah memilih.” Bujuk William.

Akhirnya Maria mengangguk. Ia tak akan mendesak putranya mengatakan sekarang. Setidaknya Felix-nya sudah kembali di sekarang.

“Dan Felix akan tinggal disini mulai malam ini.” Celetuk Alex  yang membuat Maria berteriak antusias.

Tentu saja, orang tua mana yang tak ingin berada di samping anaknya. Maria telah memimpikan sejak tiga tahun lalu. Berpisah dengan Felix kala itu membuatnya bersedih. Karena sejak kecil hanya Felix yang begitu manja padanya. Berbeda dengan anak perempuan yang yang kini menjadi salah satu model internasional. Jennifer Alexis Johnson.

*

Ting tong  ...Ting tong ...

Adelia bergegas menuju pintu utama saat mendengar bunyi bel di unit apartemennya.

Cekrek ...

“Carmen?!”

“Jessy!?”

Jessy menghambur ke arah sahabatnya yang ia rindukan. Padahal mereka baru saja berpisah selama satu bulan.

“Ayo masuk.” Ajak Adelia.

Jessy menarik koper kecil bawaannya. Ia meneliti unit apartemen yang di sewa sahabatnya itu. Lalu, Jessy mendudukkan dirinya di satu-satunya sofa di ruang menonton.

“Bagaimana perjalanan Lo hari ini?” Tanya Adelia yang kini membawa dua kaleng minuman bersoda ke tempat Jessy duduk.

“Melelahkan. CEO gila itu semuanya sendiri.” Gerutu Jessy.

“Hahahahaha, sudah tahu begitu tapi Lo masih betah aja di sana.” Ucap Adelia gemas.

“Huh!” Jessy menghembuskan nafas kasar, “Lo nggak tahu sih. Dia boss yang menyenangkan walau sifatnya sering berubah-ubah semacam bunglon.” Jessy meneguk minuman kaleng yang di berikan padanya. “Trus, Lo sendiri gimana?”

Adelia menyamankan posisi duduknya. “Mr. William baik sama gue. Tapi ...”

“Tapi?” beo Jessy.

“Gue akhir bulan bakalan pindah dari unit apartemen ini.” Ucap Adelia.

“Pindah? Lo nggak betah? Atau ...”

“Gue dapet fasilitas apartemen dari perusahaan.” Jawab Adelia cepat.

“F-fasilitas? L-Lo ...”

Adelia menepuk tangan Jessy agar menghentikan ucapan ngawurnya.

“Sakit tahu!!” keluh Jessy.

Adelia terkekeh melihat tingkah sahabatnya yang berlebihan. Padahal tepukannya tidak keras.

“Gue dapetin itu dari CEO yang baru. Bukan dari Mr. William.” Ucap Adelia.

“CEO baru? Oh jadi Mr. William pensiun dini ya?” tebak Jessy. Adelia mengangguk, membenarkan tebakan sahabatnya.

“Ah, dia masih muda? Atau udah tua?” tebak Jessy.

“Dia masih muda. Berumur tiga puluh satu tahun. Tampan, dingin  dan ... arrogan.” Ucap Adelia

Jessy membelalakkan matanya. “Seriously?!!”

Adelia hanya mengangguk tanpa bersuara. Ia akan kembali suntuk jika menyangkut boss arrogan-nya . Alexander Felix Johnson adalah bos yang seenaknya. Kalau Adelia tak ingat dengan denda yang harus di bayarkan, ia akan mengundurkan diri saat itu juga.

“Ah, Lo nginep berapa hari disini?” tanya Adelia.

“Tiga hari. Boss gue ada pertemuan dengan salah satu relasi bisnisnya. Dan ... gue harus selalu stand by di sampingnya.” Keluh Jessy.

“Gue rasa Lo macem istrinya dia aja sih?” celetuk Adelia heran.

Jessy mengulum senyum malu-malu yang terasa menjijikkan bagi Adelia. Selama mereka bersahabat, Jessy paling anti laki-laki. Tapi lihatlah ia sekarang. Dia seperti gadis yang lagi kasmaran.

“Jangan bilang Lo?!” seru Adelia syok.

“Kelihatan banget ya?” ringis Jessy. “Gue nggak ingin sih,  tapi dia itu selalu memberi sinyal sama gue.” Jessy terkekeh pelan.

Adelia melongo. Tenggorokannya tiba-tiba saja kering. Ia kesulitan berkata-kata.

“Tenang saja. Dia baik kok dan masih single. Nggak bakalan ada yang ngelabrak seandainya kita jadian. Gue juga udah ketemu sama orang tuanya. Mereka ramah-ramah kok.” Ucap Jessy memenangkan.

“Ah, yang penting Lo harus hati-hati. Jangan sampai menyerahkan diri Lo sebelum menikah. Ingat!” pesan Adelia.

Jessy menghambur ke dalam pelukan sahabatnya. Selama ini Adelia lah yang bisa mengerti dirinya. Menasehati dan memperhatikannya. Mereka bagai sepasang kelinci yang bergantung sama lain. Tidak mempunyai orang tua membuat mereka menyayangi satu sama lain.

Selama lebih dari tujuh tahun mereka tinggal di tempat yang sama.  Mereka sudah seperti Adik dan Kakak . Umur mereka pun hanya selisih satu tahun. Jessy satu tahun lebih muda. Walaupun begitu mereka menimba ilmu di tempat yang sama dan lulus bersamaan.

Adelia menenangkan perasaan Jessy yang gampang terbawa suasana. Gadis lebih muda satu tahun darinya itu memang akan menjadi manja bila bersamanya. Dan Adelia menyukai sifatnya yang terbuka. Dengan begitu ia akan lebih mudah tahu bagaimana cara menenangkan perasaan Jessy.

“Ya sudah, mandi sana. Koper Lo taruh di kamar aja.” Ucap Adelia.

Jessy mengangguk dan segera melakukan apa yang Adelia ucapkan. Karena kalau tidak menurut, Adelia akan mengomel sepanjang waktu.

Melihat Jessy berjalan gontai menuju kamar satu-satunya di unit itu, Adelia menggelengkan kepala geli. Ia bergegas menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam yang sempat tertunda. Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati ponselnya berdering. Ia tergesa-gesa mengambil ponsel yang terletak di dapur dan perasaannya berubah kesal saat melihat ID caller CEO arrogan -nya yang menelepon.

Dengan malas ia menyentuh layar di ponselnya dan mendengarkan setiap kata yang keluar dari seberang sana.

“Hallo Mr. Felix? Ada yang bisa saya bantu?”

>> “Kamu harus menemaniku besok malam.” Ucap Alex to the point.

“Ok. Jam berapa saya harus bersiap-siap?”

>> “Jam delapan. Aku sendiri yang akan menjemputmu.”

Adelia mengernyit. “Tidak perlu Mr. Saya bisa berangkat sendiri. Be ...”

>> “Aku tidak menerima penolakan.”

Adelia menghela nafas kasar. “Baiklah. Saya akan  mem...”

>> “Tidak perlu. Aku sudah tahu di mana kamu tinggal.”

Setelah mengatakan itu, Alex memutuskan panggilan selulernya. Membuat Adelia di seberang sana merasa geram. Senyum geli terbit di bibir Alex tanpa bisa di cegah.

“Dasar boss gila!!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
Ajakan dalam pertemuan yang aneh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Sang CEO    Sequel Part 100 (Titik Terang)

    “Apa kau yakin ini semua akurat?” “Tentu, Sir,” jawab pria di seberang sana dengan yakin. Bahkan Alexander tidak perlu bertanya dua kali untuk hal seperti itu.“Dan apa kau tahu di mana tempat tinggal Gabriel sekarang?” tanya Alexander penasaran. Karena sampai saat ini ia tidak berhasil menemukan keberadaan putranya.Terdengar helaan napas singkat di seberang sana. “Maaf Sir, saya tidak bisa mencari tahu. Semua akses tentang Gabriel Johnson telah dikunci. Pun dengan keberadaan Rebecca Annastasia.”Tangan Alexander mengepal hingga urat-uratnya menonjol. Emosi seketika mendominasi otak pintarnya yang menjadi bodoh karena merasa dikelabuhi oleh anak-anak muda nakal.“Tapi, saya bisa mencari tahu lewat akses orang tua Rebecca Annastasia jika Anda mengijinkan.”Mengingat siapa orang tua Becca saja membuat Alexander terus murka. Apalagi jika diingatkan bagaimana Gerald membuat kekacauan hingga nyaris membuat keluarganya berantakan. Ingat! Gara-gara ulah Gerald bukan hanya Adelia, tapi Jenn

  • Terjerat Cinta Sang CEO    Sequel Part 99 (Ketegangan)

    Suasana meja makan di Keluarga Johnson tampak hening setelah Maria dan William duduk di tempatnya. Alexander yang sedari tadi lebih banyak diam pun hanya membalas tatapan Maria sebentar sebelum kembali berpura-pura fokus dengan sarapan di piringnya.“Besok kita akan pergi berlibur,” ucap Maria yang kemudian menatap satu per satu anggota keluarga di sana. “Kalian bisa berkemas mulai hari ini.”Christian dan Christopher mengangkat wajahnya sejenak hanya untuk memperhatikan atmosfer dingin, lalu berpaling ke arah sang nenek. Mereka tersenyum sebelum kembali kompak menundukkan wajah. Tak terkecuali Clara yang diam-diam hanya mengintip tanpa berani menyela seperti kebiasaannya.Namun berbeda dengan Alexander yang memang tak bisa menerima begitu saja. Putra satu-satunya William dan Maria itu menegakkan punggung untuk menatap kedua orang tuanya yang masih terlihat sangat santai.“Kita tidak akan pergi tanpa Gabriel!” tolak Alexander tiba-tiba.Bukan Maria dan William saja yang terkejut, tapi

  • Terjerat Cinta Sang CEO    Sequel Part 98 (Percikan Masalah)

    “Sungguh, aku sangat malu.” Kedua pipi Becca masih merona setelah William dan Maria meninggalkan ruang perawatan sejak satu jam yang lalu. Jelas, tuntutan yang terang-terangan ditujukan padanya menjadi tanggung jawab.Melihat tingkah sang istri Gabriel justru tersenyum geli. “Kemari.”Membawa langkahnya yang lesu, Becca segera mendekat. “Bagaimana nanti aku bertemu mereka lagi, Gabriel?”Dada Gabriel bergetar menahan tawa. Lalu, tangannya meraih pipi merona sang istri yang membuatnya sangat gemas. Ia tersenyum. “Kenapa mesti malu, hm? Mereka pernah muda, tentu saja hal seperti tadi sangat wajar.”“Tapi tetap saja aku malu,” kelit Becca masih tak mampu menjabarkan perasaannya sendiri. “Bagaimanapun juga kau masih sakit dan bisa-bisanya aku berbuat seperti tadi. Oh ….”Melihat kegusaran Becca, Gabriel mengabaikan tangannya yang cedera hanya untuk mencium bibir sang istri. Hal spontan itu tentu saja membuat Becca terkejut hingga kedua matanya membulat sempurna.“Daripada memikirkan hal

  • Terjerat Cinta Sang CEO    Sequel Part 97 (Tuntutan Orang Tua)

    Jari-jari yang memiliki kuku panjang itu mengepal erat. Amarahnya sudah mendominasi hingga ia nyaris berbuat ceroboh.“Dasar jalang tak tahu malu!” desisnya tak suka. Masih memperhatikan aktivitas kedua orang di atas ranjang perawatan, pemilik nama Celine Addison mengambil kamera dan membidik beberapa foto.“Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan Uncle Alexander mengetahui ini.”Seolah mendapat kemenangan, Celine menatap sinis wanita yang baru saja turun dari tubuh pria yang ia inginkan.“Tunggu pembalasanku!”**Bukan hanya Adelia yang pulang setelah memastikan Gabriel dan Becca baik-baik saja. Gerald yang melihat bagaimana pasangan muda dimabuk asmara itu bersama juga memutuskan untuk memberi mereka privasi.Pria yang saat ini telah tiba di halaman rumahnya langsung masuk dan mengabaikan sapaan para pelayan. Tentu saja mereka bingung, tapi tak berani bertanya.“Bagaimana keadaan menantu kita, Gerald?” tanya Lucia cemas karena sepulang dari rumah sakit Gerald belum mengatakan apa pun

  • Terjerat Cinta Sang CEO    Sequel Part 96 (Musibah Membawa Berkah)

    “Belum puas memandangiku, hm?”Becca menggeleng. Bibirnya masih terasa kebas setelah Gabriel menciumnya dengan isapan dalam.“Sini.” Gabriel menepuk tempat di sampingnya yang masih muat untuk Becca berbaring, tapi hingga beberapa saat lamanya wanita yang telah ia nikahi itu masih tak bergeming. Hanya menatap tanpa berucap sepatah kata pun.Gabriel maklum. Pasti sang istri masih syok. Dan bukan Gabriel jika tak mampu membujuk.“Ayolah, Baby. Jika kau ingin aku sembuh, kau juga harus menemaniku tidur,” bujuk Gabriel yang sudah tak sabar untuk memeluk sang istri setelah beberapa hari ia harus tidur sendiri di apartemen mereka.“Kau membuatku takut,” ucap Becca lirih. Matanya kemudian terpejam demi menghalau butiran-butiran kristal yang telah menggenang.Gabriel tertegun.“Kau begini karena aku.” Lagi, Becca masih menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab Gabriel celaka. Jika saja ia tidak menolak untuk permintaan pria itu, maka kecelakaan ini tidak akan terjadi.“Kalau kau menyesal, s

  • Terjerat Cinta Sang CEO    Sequel Part 95 (Saling Menguatkan)

    Entah apa kalimat yang cukup untuk menggambarkan perasaan Becca saat ini. Belum kering air mata mengalir di pipinya, ia kembali dikejutkan oleh kabar dari sang ibu mertua.Becca syok hingga ponsel yang masih tersambung dengan Adelia jatuh ke lantai. Tenggorokannya seketika kering dan kedua kakinya gemetar.“Mama!” teriak Becca begitu kesadaran menghampirinya.Lucia yang kebetulan akan keluar dari kamar pun segera mencari sumber suara. Matanya membulat saat putri semata wayangnya sudah terduduk di lantai dengan tangisan yang tersendat.Buru-buru Lucia turun setelah memanggil Gerald yang tak lama kemudian menyusulnya keluar. Lucia segera mendekat dan memeluk Becca yang masih menangis.“Kenapa, Sayang?” tanya Lucia cemas. Namun sayangnya, Becca tak mampu menjawab. Wanita dengan wajah memerah dan basah karena air mata itu balas memeluk dan malah histeris.“Ada apa?” Gerald terkejut melihat keadaan putrinya, tapi ia mencoba tenang saat kedua wanita yang menempati posisi tertinggi di hatiny

  • Terjerat Cinta Sang CEO    Sequel Part 94 (Ego)

    Suasana di meja makan sangat hening. Hanya ada suara alat makan yang mengisi kesunyian di sana. Lucia dan Gerald yang tak ingin ikut campur pun segera beranjak begitu makanan di atas piring telah habis.“Jaga putri Daddy, Gabriel,” pesan Gerald sebelum ia benar-benar pergi dari ruangan itu.Tak ada sahutan dari bibir Gabriel yang masih mengunyah dan tampaknya Gerald pun tidak sedang menuntut balasan.Lima menit telah berlalu. Waktu terasa lambat bagi Becca yang baru saja menghabiskan bubur di dalam mangkoknya. Tanpa menoleh ke arah Gabriel yang juga selesai sarapan, Becca meneguk air putih di gelas miliknya. Hal itu tak luput dari lirikan mata Gabriel yang mengintai.“Masih tak mau bicara,” gumam Gabriel seraya menunggu. Ia ingin melihat seberapa lama wanita yang telah menjadi istrinya itu bertahan. Namun, prediksi Gabriel lagi-lagi salah. Buktinya, setelah air dalam gelas itu tandas, Becca hendak bangkit tanpa menoleh ke arah Gabriel.Dengan gerakan lincah Gabriel menahan tangan Bec

  • Terjerat Cinta Sang CEO    Sequel Part 93 (Tanpa Kata)

    “Bagaimana hasilnya, Derick?” tanya seorang pria dengan tatapan tajam yang kini duduk di kursi kebesarannya. Rahang yang dipenuhi bulu halus itu terlihat mengeras hingga urat-uratnya menonjol.“Maaf Tuan, saya tidak menemukan petunjuk apa pun.”Brak!Meja tak bersalah itu digebrak dengan kencang hingga pria bernama Derick itu terlonjak kaget.“Apa kau bilang?” desis pria itu dingin.Derick meneguk ludahnya kasar. Ia tak mampu menatap mata pria yang telah beberapa tahun menjadi bosnya.“Kau tahu ... aku paling tidak suka mendengar kegagalan.”“Maaf Tuan. Ini semua benar-benar di luar kendali saya. Tuan tentunya sudah tahu kinerja Baron selama ini,” jawab Derick mencoba menjelaskan. Berharap setelah ini sang tuan bisa menerima. Brak!Lagi, meja bersalah itu menjadi pelampiasan pemilik nama Albert Dominic dalam menuntaskan amarahnya. Ia seketika bangkit dan menghampiri sang asisten dan langsung menarik kemeja pria itu hingga terdongak.BUGH!Satu pukulan tangan Albert melayang ke pipi D

  • Terjerat Cinta Sang CEO    Sequel Part 92 (Kecurigaan)

    Sesuai kata dokter, keesokan harinya Lucia sudah diperbolehkan pulang. Betapa bahagia wanita yang sejak beberapa menit lalu tak meredupkan senyumannya.Ya. Tepatnya setelah dokter mengatakan dirinya bisa pulang. Dengan begitu, ia bisa membawa putri satu-satunya itu pulang bersamanya.“Becca.”Wanita dengan rambut ikal sebahu itu menoleh. Ia tersenyum setelah memasukkan pakaian sang ibu ke dalam tas.“Ada apa, Ma?”Lucia tersenyum. “Kemarilah.”Mau tak mau pemilik nama Rebecca Annastasia itu mendekat. Mencoba mempertahankan senyuman di wajahnya.“Duduklah,” perintah Lucia dengan lembut.Becca menurut. Sejurus kemudian ia menggenggam tangan Lucia erat.“Ada yang ingin Mama katakan?” tanya Becca tanpa mengurai genggaman tangannya. Napas Lucia berembus pelan. “Apakah hubunganmu dengan Gabriel baik-baik saja?” Deg!Mendapat pertanyaan yang tak pernah Becca duga mampu membuat debaran dadanya bertalu. Lebih kencang daripada saat ia mendengar tawa wanita yang sudah tidur dengan suaminya sen

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status