Share

Putus saja

Putus Saja

Dua hari waktu yang terlalu singkat untuk memikirkan perasaan yang sangat mendalam.

Akan tetapi bagaimana lagi Rara tak mungkin membiarkan bu Lastri di siksa anaknya sediri.

Sepanjang hari Rara tak beranjak dari kamarnya.

Ia hanya duduk termenung memikirkan bagaimana caranya ia mengatakan kepada Romi.

Kecewa itu pasti yang akan di rasakan Romi.

Saat ia terdiam suara seseorang membuatnya terkejut.

"Rara, you are the best sister. Aku merasa bahagia memeliki saudara seperti mu."

Gadis itu tersenyum menyeringai, siapa lagi kalau bukan Rayna.

Wanita dengan sejuta otak liciknya.

Entah sifat siapa yang menurun padanya, mengingat sifat ia dan bu Lastri sangat bertentangan.

Seperti biasa keluarga ini setiap malam, memiliki acara makan malam bersama.

Rayna terlihat sangat bahagia sementara Rara ia terlihat lesu.

Sedari ia hanya mengaduk-aduk makananya.

Pak Burhan yang melihat tingkah laku putrinya merasa geram.

Prang!!!

Ia membanting piring di lantai sontak saja membuat semua orang yang sedang berada di meja makan terkejut.

"Ra! Makan makananmu! Kamu tahu papa cari uang susah payah!" hardik Pak Burhan.

"Baik, Pa."

Rayna yang melihat adegan itu tersenyum, ternyata selama ini ia berhasil mencuci otak papa tirinya.

Keesokan harinya Rara memilih tidak berangkat kerja.

Ia meminta April untuk membuat surat permohonan cuti.

Rara berniat ingin menenangkan diri ia akan pergi ke Bandung untuk menemui adik alamahrum mamanya.

"Mau kemana, Ra?" tanya Rayna sembari memakai lipstik .

"Kemana saja boleh."

Jawaban Rara seketika membuat Rayna emosi. Langsung saja ia membanting lipstik yang ia pegang.

"Jangan sok cantik lo, Ra? Baru dapat cowok kaya sekali aja. Belagu!"

"Kalau kamu cantik. Kenapa harus merebut pacarku?" sindir Rara.

Tangan Rayna mengepal menahan emosin rasanya ia ingin menghadiahi sebuah bogeman mentah untuk adik tirinya.

"Huh, harus tetap terlihat anggun," Rayna membuang nafas kasar.

Sementara di kantor berita tak sedap terdengar.

Dengan percaya diri Rayna datang ke kantor Romi.

Mengatakan kepada April jika Rara mengambil cuti karena ingin berjumpa dengan kekasih barunya.

Mungkin bagi yang lain percaya tetapi bagi April tidak.

Perkataan Rayna tidak bisa di percaya.

Kepala Romi terasa pusing dua hari ini 

Berkali-kali ia menghubunginya namun hasilnya nihil.

Nomor Rara tak pernah aktif.

Rara apakah kamu baik saja? Batin Romi terasa tersiksa.

Tanpa terasa air matanya menetes.

Kerinduan terbendung di matanya.

Pikiran aneh mulai menghiasi di otaknya.

Berkat semangat dari April. Romi menjadi lebih berfikir postif.

Ia yakin Rara tidak akan menduakan cintanya.

Dia bukan wanita seperti itu. Apalagi mereka berdua telah melakukan hal yang seharusnya tak di lakukan.

Walaupun suatu saat salah satu diantara keduanya pergi.

Salah satu dari mereka berdua akan menunggu.

Entah mengapa malam ini begitu dingin. 

Membuat rasa rindu semakin memuncak.

Di pandanginya foto sang kekasih berharap   Rara di sana juga merindukannya.

"Sayang, aku merindukanmu," di kecupnya lembut foto sang kekasih.

Sedari tadi ada sepasang  mata yang menghawasi gerak-gerik Romi.

"Eh, Rayna. Sejak kapan kamu di situ.

Rayna menggunakan pakaian sangat seksi. Ia mengenakan rok pendek sepaha dengan baju pendek yang panjangnya tak melebihi pusar menunjukan betapa indahnya badanya.

Lelaki mana yang melihat Rayna saat ini pasti akan bernafsu. Tetapi itu tidak bagi Romi ia tetap bersikap wajar.

"Gak usah galau. Rara ke bandung nemuin bibinya," ungkap Rayna.

"Oh."

Hati Romi merasa lega mendengar kekasih hatinya baik-baik saja.

"Rom, clubing yuk? Sudah lama ngak dugem," ajak Rayna.

"Kamu ajalah."

"Ayolah, aku janji tak berkata pada Rara," lirih Rayna.

Tatapan mata Rayna mengiba. Dengan penuh senyum Romi mengiyakan ajakan Rayna.

Kini mereka berdua pergi ke diskotik yang letaknya cukup jauh dari rumah.

Semua itu sudah di rencakan oleh Rayna.

Ia akan membuat Romi kembali jatuh cinta padanya.

Berkali-kali Romi dan Rayna menenguk minuman alkohol.

"Ray, pulang yuk!" Romi sembari berteriak karena suara musik terlalu keras.

"Bentar, minum satu lagi dong," paksa Rayna.

"Pala gua udah pusing. Sekali aja ya?"

Mengapa malam ini Romi sangat  menuruti perintah Rayna.

Di gelas yang terahir Rayna memberikan sebuah obat yang akan membuat Romi merasa ingin melakukannya.

"Gimana Rom? Ayo pulang!" ajak Romi.

Malang sekali nasipmu Romi. Gadis yang sangat menggilaimu bukanlah gadis anggun namun gadis dengan seribu kelicikan.

Sialnya malam ini turun hujan lebat. Akses jalan  pun di tutup. 

"Ya jalan di tutup. Kita gimana, Rom?"

"Yah terpaksa nginap," Romi menunjukan muka jengkel.

Setelah memesan hotel mereka berdua jalan beriringan.

Keberuntungan kali ini berpihak pada Rayna.

Kamar hotel tempat dimana mereka mengnginap tersisa satu.

Terpaksa Romi harus satu kamar dengan Rayna.

"Rom, gua ke kamar mandi dulu ya," ujar Rayna.

Segera Rayna mengeluarkan aksinya, ia menggenakan parfum yang biasa di pakai Rara.

Dan juga memakai baju yang ia ambil dari lemari Rara tadi siang.

"Oke permainan akan segera di mulai."

Sementara di luar Romi merasa sakit kepala, rasanya ingin dia melakukan sesuatu yang ia lakukan malam itu dengan Rara.

Langkah kaki Raynsma perlahan mendekati Romi.

Dalam penglihatan Romi wanita di depannya adalah Rara.

Ia terlihat sangat seksi dengan di balut lingerie warna pink.

Brug....

Rayna mendorong tubuh Romi ke belakang membuatnya jatuh ke tempat tidur.

Tanpa berfikir panjang Rayna langsung mencium bibir Romi.

Hasratnya tak bisa di bendung lagi.

Juga dengan Romi ia membalas ciuman Rara dan perlahan tangannya menerobos masuk ke dalam lingerie yang Rayna kenakan. Memainkan puting payudara Rayna.

"Ah...ah."

Rayna mendesah kenikmatan tanpa ragu rayna melepas celana  Romi.

Dan memainkan milik Romi permainan Rayna sungguh menggairahkan.

Beberapa kali mereka berdua melakukan pelepasan.

"Rara aku cinta kamu setelah ini pasti kamu akan hamil."

Tak peduli apa yang di katakan Romi ia tetap menikmati percintaan panas mereka malam ini.

Lelah bercumbu kedua insan itu langsung tertidur pulas.

"Rom, aku cinta kamu," Rayna mengecup leher Romi.

Cerita percintaan yang panas telah berahir.

Semburat cahaya matahari masuk menerobos masuk lewat kaca jendela.

Dengan mata mengantuk Romi memaksakaan membuka mata.

Saat mata terbuka alangkah terkejutnya Romi melihat dirinya sudah telanjang bulat tanpa mengenakan apapun.

Dan yang lebih mengejutkan lagi terlihat Rayna tertidur di sebelahanya.

Dengan bertelanjang sama seperti dirinya.

"Oh Tuhan, apa yang tadi aku lakukan. Bagaimana jika Rara mengetahui ini. Hatinya pasti akan hancur," gumamnya.

Seolah tak bersalah Rayna memeluk Romi dari belakang.

Pelukan Rayna sontak saja membuat Romi terkejut.

"Rom, aku takut Rara tahu," lirih Rayna.

Romi hanya diam kini ia tak tahu harus berbuat apa.

Apakah ia akan jujur pada Rara soal ini hanyalah kecelakaan.

Akan tetapi apakah dia percaya?"

Tring 

Ikatan cinta memang kuat baru saja Romi ingin menelvon Rara.

Ia sudah menggirim pesan terlebihi dahulu.

[ Rom, lebih baik kita sampai di sini saja. Aku yakin kamu akan mendapatkan kekasih lebih baik lagi. Maafkan aku selama ini]

Brak...

Romi membanting ponselnya.

Detak jantungnya berdetak lebih kencang menahan amarah.

"Rara!" teriaknya keras



Dengan sigap Rayna langsung memeluk Romi dari belakang. Ia tak ingin tak mau kehilangan Romi.

Persetan dengan Rara, di benaknya Romi harus menjadi miliknya. Hanya dia wanita yang pantas menjadi istri Romi Johanes.


Rayna mengujami ciuman lembut di punggung Romi.

"Rayna, apa-apa kau!" 


Romi mendorong tubuh Rayna membuatnya jatuh tersungkur di lantai.


"Rom, aku akan diam. Aku tak akan memberitahu Rayna."


Wajahnya terlihat memelas ia berusaha mendekati Romi. Dan kembali ia mencium bibir Romi penuh gairah.


Nafsu yang mendominasi membuat Romi gelap mata. Bukannya melawan ia palah mencium balik Rayna.


Puas berciuman Romi mengendong tubuh Rayna ke kamar mandi.

Disana mereka akan memadu cinta. Gairah sexs Rayna di sangat besar. Dia begitu pandai memainkan adegan demi adegan.


Sayangnya saat Romi hendak mencium leher Rayna. Terbayang wajah Rara di fikiran Romi.


Brugg....


"Kenapa, Rom?" Rayna terheran.


"Maaf, aku tak bisa melakukannya."


"Apa?" Rayna memukul lantai kamar mandi dia merasa kesal dengan apa yang di lakukan oleh Romi.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status