Share

BAB 7 - Rutinitas

Auteur: Serenaluna
last update Dernière mise à jour: 2025-07-02 16:41:26

Sudah sebulan sejak Ariadna tinggal di mansion Vernando dan resmi menjadi istrinya—CEO Angels Entertainment yang juga sekaligus bos mafia internasional di bawah tanah.. 

Selain sikap aneh Vernando padanya di malam pernikahan mereka terkait penculikan Ariadna di masa lalu, gadis itu tidak merasa ada hal lain yang mengganjal. Pembicaraan mereka malam itu berakhir begitu saja ketika Ariadna menegaskan bahwa dia sungguh-sungguh tidak punya ingatan tentang itu. Sejak itu, mereka tidak pernah membahasnya seolah interogasi Vernando malam itu tidak pernah ada. 

  Yang menarik? Mereka sudah tidur seranjang selama tiga puluh hari tanpa satu pun adegan panas. Bahkan tidak ada sesi accidental brushing-of-the-hand seperti di drama. Yang ada hanya bantal tambahan di tengah ranjang dan jarak yang bisa diukur dengan meteran bangunan.

  Ariadna tidak tahu harus bersyukur atau merasa tersinggung.

  “Jadi… aku ini istri, boneka pajangan, atau semacam roommate yang kebetulan sah di mata hukum?” gumamnya suatu malam, menatap langit-langit kamar yang luas seperti aula dansa. “Apakah aku sudah kehilangan pesona?”

  Sebagai gadis populer yang terbiasa dengan tatapan memuja dan bujukan manis dari para pria, Ariadna mulai mempertanyakan eksistensinya sendiri. Atau jangan-jangan, Vernando homo?

  Setiap hari, pria itu pulang larut malam. Kadang pukul sebelas, kadang pukul dua. Dan ketika pulang, hanya mengangguk kecil seolah berpapasan dengan tetangga sebelah. Sesekali mereka memang mengobrol, tapi itu bisa dihitung jari. Walaupun memang diakui, sikap Vernando sejak malam pernikahan itu lebih lembut padanya. Kadang dia tersenyum mendengar celetukan-celetukan Ariadna.

  Suatu malam, saat jam menunjukkan angka 00:42 dan drakor di laptop masih menyala, Ariadna mendengar suara mobil memasuki area halaman. Lagi-lagi, Vernando baru pulang

  Dia turun dengan sengaja—bukan karena kangen, tapi karena penasaran

  Sebenarnya Ariadna juga bisa memahami jam pulang Vernando yang larut itu, toh suami barunya itu bukan pengangguran. Tapi tetap saja, Ariadna ingin bertanya. Entahlah, dalam hatinya dia sendiri bingung apa maunya, apa ia ingin diberi kabar?

  “Pulang jam segini, Pak Bos?” Ariadna berdiri di tengah tangga dengan tampang sok prihatin. Sebulan tinggal dengan Vernando, dia mulai terbiasa dan berani bersikap non formal dengannya. Vernando pun tidak protes, bahkan menyuruhnya untuk bersikap seperti karakter aslinya, tanpa polesan. 

 “Jangan bilang kamu kerja lembur demi menyelamatkan ekonomi negara.” Vernando melepaskan jas, memberikannya pada Sebastian, asisten pribadinya yang melangkah kemanapun Vernando berjalan__kecuali ke kamar.

  “Aku tidak menyangka kamu akan jadi tipe istri yang nunggu di tangga dengan daftar pertanyaan,” katanya tanpa menoleh.

  Ariadna menaikkan alis. “Aku juga nggak nyangka kamu akan jadi tipe suami yang nggak pernah kelihatan.. Kupikir semua sudah dikerjakan anak buahmu."

  Vernando menatapnya sekilas, lalu melangkah ke dapur. “Kamu mau ikut audit pekerjaanku juga?”

  “Kalau kamu kerja di BPK, mungkin,” Ariadna menyusul sambil mengisi gelas air. “Tapi kamu bukan akuntan, kan? Kamu bos... klub malam. Jadi kalau kamu pulang dini hari, ya maaf, aku mikirnya kamu bukan lagi hitung laporan keuangan."

  Vernando mengangkat alis, menyeruput air dingin dari gelas kaca. “Wah... sindiranmu ini sudah terdengar seperti istri sungguhan.”

  Ariadna memutar bola matanya. “Apa itu artinya aku akan naik level dan bisa dapat password laptop kamu?”

  Vernando menyandarkan tubuh ke counter. “Kenapa? Kamu mau tahu aku chattingan sama siapa?”

  “Enggak. Aku cuma penasaran saja kamu pulang larut darimana kemana, kan aku khawatir sedih kesepian merana sendiri dalam sepi.” jawab Ariadna setengah sungguhan setengah bercanda.

  Vernando membuang muka seakan ingin menyembunyikan tawa “Kamu drama banget.”

  “Dan kamu sok sibuk banget,” balas Ariadna. 

  Vernando hanya tersenyum samar dan pergi begitu saja, seperti biasa. Menyisakan bau parfumnya dan keinginan Ariadna untuk meninju lemari es. Dia merasa diabaikan. Dan itu menyebalkan.

  ______________________________________________________________________

Esok harinya,  merasa frustrasi dan sedikit terlalu sehat karena tidak punya apa-apa untuk dikerjakan, Ariadna memutuskan untuk berjalan-jalan di mansion.

Mansion tiga lantai itu bagai istana modern: lantai pertama tempat publik—ruang tamu, dapur, home theatre, dan gym; lantai dua adalah kamar pribadi mereka berdua, perpusatakaan, dan beberapa kamar pribadi lagi; untuk lantai tiga, Ariadna tidak pernah kesana, tapi dia tahu bahwa di atas adalah ruang kerja Vernando, dan ada juga ruang meeting serta taman gantung yang memiliki beranda terbuka yang besar sehingga kelihatan dari luar. 

Lantai dua dan lantai tiga hanya dapat dimasuki oleh beberapa asisten pribadi Vernando dan tamu khusus yang telah menerima ijin. 

  Ariadna yang ingin melihat-lihat taman di lantai tiga, berpikir sejenak ketika akan melagkahkan kaki ke tangga. Perlukah dia minta ijin dulu kepada Vernando? Tapi hei, dia sekarang nyonya rumah. Hak aksesnya di rumah ini setara dengan sidik jari Vernando. Vernando kan suaminya, rumah suaminya adalah rumahnya. Buat apa minta ijin untuk keliling di rumah sendirii?

  Jadi, dengan keyakinan penuh, Ariadna naik ke lantai tiga. Ia ingin segera melihat taman indah yang terlihat dari luar itu. Taman besar lengkap dengan pancuran dan tanaman eksotis yang terdengar terlalu Instagramable untuk dilewatkan

  Namun, niat bersantai berubah ketika dia melihat pintu ruang kerja Vernando terbuka sedikit. 

 Ariana bimbang. Ruang kerja itu cuma beberapa langkah darinya. 

 “Cuma mau lihat sebentar...” bisiknya akhirnya pada diri sendiri.

  Ruang kerja itu seperti markas rahasia: rapi, dingin, dan penuh aura intimidasi. Tapi yang paling mencolok adalah folder besar bertuliskan ESPOIR – INTERNAL ONLY di rak kaca.

  Ariadna tahu apa itu espoir. Itu adalah idol grup asuhan perusahaan entertainment milk Vernando, agensi “Angels”. Idol Grup yang mengundang berbagai kontroversi bahkan walaupun mereka belum melakukan debut. Itu dikarenakan usia mereka yang diduga di bawah umur serta latar belakang mereka yang masih dirahasiakan. Publik hanya mengetahui wajah serta nama panggung mereka lewat promosi yang sudah gencar dilakukan.

  Ariadna mencoba menahan diri. Tapi folder itu berteriak padanya. Dan ia punya masalah dengan rasa ingin tahu—dan folder berteriak.

  Dia menariknya keluar. Membuka pelan-pelan.

  Data. Foto. Profil.

  Nama asli. Jadwal latihan. Riwayat kesehatan. Dan... wali?

  "Wali: Natalia, entertainer, UnderHeaven Lounge. Client level: Diamond."

  Ia terdiam sejenak.

  UnderHeaven Lounge itu lounge mewah kelas atas, satu grup dengan klub-klub malam milik Vernando. 

  Ia membuka satu lagi. Dan satu lagi. Semuanya serupa.

  Para idol ini... mereka bukan gadis-gadis acak hasil audisi nasional.

  Mereka putri dari para wanita penghibur 

  Dan Angels... bukan sekadar agensi.

  Itu sistem regenerasi. Menggunakan yang dewasa untuk hiburan kelas atas dan yang muda untuk publik ! 

  Ia bahkan belum selesai menyerap semuanya ketika terdengar suara langkah sepatu kulit dari belakang.

  “Menarik pilihan bacaanmu malam ini.”

  Suara tenang dan dingin itu datang dari belakangnya. Suara itu seperti punya suhu dingin karena langung membuat bulu kuduk Ariadna meremang.

 Vernando berdiri di ambang pintu. Mengenakan jas gelap, dasi longgar, dan ekspresi seperti mau menyita nyawa.

  “Sejak kapan hobi putri pejabat adalah masuk tanpa izin ke ruang pribadi?” tanyanya dingin.

  Ariadna mencoba tenang. “Sejak aku jadi istri seseorang yang menyimpan anak-anak di bawah umur sebagai komoditas hiburan.”

  Ekspresi Vernando tak berubah. “Mereka bukan komoditas. Mereka diberi kesempatan. Sesuatu yang dunia tolak mentah-mentah karena mereka bukan anak bangsawan sepertimu.”

  “Oh, jadi menjual anak-anak secara halus di bawah lampu sorot itu namanya ‘kesempatan’ sekarang?” Ariadna membalas dengan folder masih di tangan. Nadanya lembut, namun ucapannya setajam pisau. 

“Kamu memanipulasi mereka, memeras masa muda mereka buat uang.” lanjutnya.

  “Dan kamu... benar-benar lucu,” kata Vernando, mendekat. “Gadis yang hidup dalam sangkar kaca, dijaga oleh uang haram ayahnya, kini merasa suci dan ingin menyelamatkan dunia.”

  Ariadna merasakan darahnya mendidih. Lidahnya tidak terkontrol lagi “Setidaknya ayahku tidak mengajarkan cara mendapatkan uang haram itu padaku, seperti kau dibesar–!!”

  Satu detik kemudian, kata-katanya terpotong.

  Bibir Vernando melumat bibirnya. Cepat, tanpa peringatan. Lidahnya memaksa masuk ke rongga mulut gadis itu, menghentikan lidah Ariadna berkata lebih jauh.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 12 - Penculikan

    “Jangan bicara omong kosong Sean. Foto apa yang kau maksud?”“Aw, apa Ariadna kita takut pada gambar-gambar lama?” ejek Sean Ariadna mendengus kesal “Kita tidak pernah memilki foto vulgar. Kecuali kau merekayasa sendiri. Dan aku peringatkan untuk tidak bermain-main tentang itu.” “Ah takutnya, aku berhadapan dengan putri menteri….dan istri mafia.” sahut Sean mengejek.Ariadna memandang mantan kekasihnya itu dalam-dalam. “Percayalah, jika menjadikanku musuh, maka walau aku tidak ingin, kau akan benar-benar jatuh.”“Kenapa aku perlu merekayasa foto, Ari? Tanpa rekayasa aku sudah punya banyak koleksi foto kita di klub malam, kau mabuk di apartemen, berbikini di pantai. Bukan foto vulgar, tapi cukup menghancurkan citramu yang kini pura-pura anggun dan terhormat. Kira-kira kalau media Indonesia dapatkannya… kau akan viral dalam dua menit.”Ariadna mengangkat dagunya. “Kalau kau mengancamku, kau baru saja memperlihatkan bahwa kau benar-benar berbahaya, Sean.”Sean menyipitkan mata. “Aku t

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 11 - DIAM-DIAM

    Bab 11 - MantanSosok itu berdiri tegak di sudut ruangan. Kacamata gelap. Gaya rambutnya memang berbeda—lebih pendek dan disisir rapi. Tapi postur tubuh itu… bahkan posisi bahu kirinya yang sedikit turun—Ariadna tahu betul siapa itu. Sean, pacarnya yang sudah hampir setengah tahun tak diingatnya lagi sejak ia menunggalkan Sydney. Ariadna tak sempat pamit waktu itu, dan memang hubungan mereka saat itu sudah dingin selama beberapa bulan.Jantungnya berdebar. Tidak sekadar terkejut—lebih ke rasa tidak percaya yang pekat bercampur panik.Apa yang dia lakukan di Indonesia? Terlebih, di tempat ini? Dan… mengapa berpakaian seperti salah satu bodyguard tamu penting? Siapa yang dia layani?Mata Ariadna membelalak samar, namun ia berusaha menjaga sikap. Sean juga menoleh sekilas ke arahnya, sejenak saja. Tapi Ariadna tahu: di balik kacamata hitam itu, ia juga sedang mengamati gadis itu.Ariadna menyentuh lengan Vernando pelan, mencari momen. “Aku ke toilet sebentar.” bisiknya.Vernando mengang

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 10 - Keramahan

    Suara Vernando pelan, namun cukup keras untuk menggedor jantung Ariadna hingga berdebar keras. Vernando membawa tangan Ariadna ke pipinya, lalu memejamkan mata. “Seperti ini.” katanya pelan“Hah?”Vernando membuka matanya “Iya, persis seperti ini.”Ariadna mengerjap-ngerjap tak mengerti. Vernando menahan tawa. Matanya yang tadinya lembut berubah menjadi tatapan jahil. “Kamu ketiduran, Ari.”“Ketiduran?”“Iya, lagi tanggung, tiba-tiba kamu jatuh ke dadaku dan ketiduran. Nggak bergerak.”Vernando menyeringai geli memandang Ariadna yang masih bengong. “Kita belum melakukannya. Aku tidak punya fetish menyentuh gadis yang sedang mendengkur.”“Astaga…..” Ariadna memegang pipinya yang terasa panas karena malu.. “Kalau kamu mau melanjutkan sekarang, boleh,” bisik Vernando. “Tapi aku cuma bisa pakai satu tangan.”“Veerr…nannnn…doooo1“ Ariadna mendesis kesal. Ditinjunya bahu pria itu kecil. Vernando menangkap tangan gadis itu. Ditatapnya Ariadna dengan pandangan yang sulit diartikan, membuat

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   Bab 9 - Ingatan

    Ariadna menggigit bibirnya,tatapannya penuh hasrat yang tak lagi bisa dipendam. “Aku mau. Sekarang.” Dengan kalimat itu, tubuh gadis itu memperdalam posisinya ke pangkal paha Vernando, mendesah saat jemari Vernando mulai menyentuhnya. Dengan mata terpejam, samar-samar Ariadna mendengar Vernando membuka resleting celananya. Sambil menikmati sentuhan Vernando dan hangatnya pelukan pria itu, suara di luar terasa semakin menjauh… dan gelap. ++—-----------------------------------------------------------Ariadna membuka matanya.Bangkit dengan kepala masih pusing, dia berusaha mencerna situasinya saat ini. Ini pagi hari : check. Ini di kamar : check. Ia mengerjap cepat. Samar-samar ia ingat kakinya menekan tuas rem mobil. Ingat tangan Vernando di pahanya, ingat bau parfum mint itu, ingat suara serak di telinganya"Bilang kalau kamu mau."Ariadna merona seolah suara itu sungguh-sungguh terdengar lagi."Aku mau… sekarang."AAAAAAAAKKHHH Ariadna berteriak dalam hati. Memukul-mukul kepalany

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   BAB 8 - Pengabaian

    Ciuman itu tidak manis. Tidak hangat. Itu adalah pernyataan dominasi dan kemarahan. Ariadna terdorong ke rak. Tangannya masih memegang folder Espora, jantungnya berdebar kencang. Ketika Vernando menarik diri, matanya dingin. “Kalau mau main api, Ariadna,” gumamnya pelan, “siap-siap terbakar.” Dia melangkah pergi tanpa menoleh. Ariadna berdiri diam. Bibirnya basah. Napasnya tercekat. Matanya panas. Tapi yang membuat air mata jatuh bukan karena dicium tanpa izin, bukan karena merasa terhina. Melainkan karena sesuatu di dalam dirinya—bagian kecil, memalukan, dan menyedihkan—bahwa dirinya justru tidak membenci sentuhan itu. Ia menatap pintu yang sudah tertutup. Dada sesak. Karena ia sadar... mungkin, ia hampir menghancurkan hati seseorang yang tidak pernah diberi pilihan untuk tumbuh sebagai manusia biasa.—------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Beberapa hari setelah kejadian itu, udara di rumah m

  • Terjerat Cinta Tuan Penguasa Hiburan Malam   BAB 7 - Rutinitas

    Sudah sebulan sejak Ariadna tinggal di mansion Vernando dan resmi menjadi istrinya—CEO Angels Entertainment yang juga sekaligus bos mafia internasional di bawah tanah.. Selain sikap aneh Vernando padanya di malam pernikahan mereka terkait penculikan Ariadna di masa lalu, gadis itu tidak merasa ada hal lain yang mengganjal. Pembicaraan mereka malam itu berakhir begitu saja ketika Ariadna menegaskan bahwa dia sungguh-sungguh tidak punya ingatan tentang itu. Sejak itu, mereka tidak pernah membahasnya seolah interogasi Vernando malam itu tidak pernah ada. Yang menarik? Mereka sudah tidur seranjang selama tiga puluh hari tanpa satu pun adegan panas. Bahkan tidak ada sesi accidental brushing-of-the-hand seperti di drama. Yang ada hanya bantal tambahan di tengah ranjang dan jarak yang bisa diukur dengan meteran bangunan. Ariadna tidak tahu harus bersyukur atau merasa tersinggung. “Jadi… aku ini istri, boneka pajangan, atau semacam roommate yang kebetulan sah di mata hukum?” gumamnya

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status