"Kami mafia, bukan pemuka agama. Pengampunan tidak ada dalam acara" Ariadna bergidik mendengar kalimat tanpa ruang diskusi itu. Benar juga, suaminya bukan orang biasa. Menikah dengan mafia bukan bagian dari rencana hidup Ariadna. Tapi ketika ayahnya terseret skandal dan satu koper “uang cinta” berubah jadi berita nasional, pilihannya hanya dua: menikah atau ikut tenggelam bersama keluarganya. Vernando Maheswara, CEO Klub Malam sekaligus mafia berdasi,, menerima pernikahan itu tanpa banyak tanya. "Aku menikah bukan untuk berpisah" katanya ketika Ariadna menawarkan pernikahan kerjasama. Tapi semakin Ariadna mengenalnya, semakin ia sadar: pria ini menyimpan rahasia yang jauh lebih kelam daripada dunia hiburan malam. Sekarang, ia tinggal serumah dengan pria paling tenang, paling berbahaya—dan mungkin... paling menghancurkan.
Lihat lebih banyak“Coba kamu ulangi lagi yang kamu katakan?”
Ariadna berdiri terpaku di pintu kamarnya, masih mengenakan piyama dan rambut bergelombang acak-acakan, yang entah bagaimana tidak mengurangi kecantikan parasnya. "Ayah mengirimmu jauh-jauh ke Sydney bukan untuk bercanda kan?"
"Saya tidak bercanda, nona Ari." Ronald menarik nafas, tak sampai hati mengulang kabar yang ia bawa, “Anda harus pulang untuk menikah."
Ariadna menyipitkan mata, menatap asisten pribadi ayahnya yang pernah ia taksir semasa puber itu. “Aku masih ngantuk atau kamu barusan bilang aku... disuruh menikah?”
“Tidak salah dengar.”
“Dengan siapa?”
“Vernando Maheswara.”
“Veri siapa? Anak siapa?”
“Hmm....Anda tahu agensi Angels? Atau girlband Espo….” sang asisten tak sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Ariadna memekik tertahan
“Vernando…!! Si bosnya klub-klub malam kelas atas di Jakarta !? AH ! Bahkan beberapa klub malamnya ada di Las Vegas dan Qatar! CEO perusahaan agensi Angels ??? Yang masuk daftar forbes under 40 ?! Vernando yang itu!?!”
Ronald tersenyum melihat reaksi Ariadna. Baguslah, sepertinya nonanya kagum pada si calon suami. Memang, wanita tidak bisa menolak pria yang sukses. “Benar, Nona. Jadi….”
“TIDAK MAU !!!”
“Eh?”
“Kau pikir aku bodoh? Tidak tahu dunia? Aku juga tahu bahwa di balik bisnis legalnya itu dia mafia jaringan internasonal! Bahkan agensinya terang-terangan mengorbitkan gadis di bawah umur !”
“Ini darurat….”
“Enggaaaakkk !!!! Kenapa aku?” serunya panik. “Aku jauh-jauh kuliah ke Sydney tiba-tiba disuruh nikah !?"
Ronald menghela napas. “Anda sungguh tidak dengar berita apapun dari Indonesia?”
Ariadna mendengus. “Ron, aku bahkan gak sempat balas chat pacarku selama dua minggu ini, apalagi nonton berita. Tugas akhirku hampir membunuhku. Presentasi taman kota ramah perempuan di pinggir sungai Parramatta, itu yang sekarang penting bagiku. Bukan malah nikah-nikahan”
Ronald mengeluarkan ponselnya. “Anda perlu lihat ini.”
Ia memutar sebuah video, Klip Breaking news. Suara wartawan bersahutan. Terlihat Damian Wiratama Santosa, ayah Ariadna, berdesakan dengan kamera dan mikrofon.
“Pak Damian, apa isi koper yang dibawa bodyguard Anda?”
“Pak, tolong jelaskan foto pertemuan anda dengan Vernando Maheswara !”
“Benarkah Anda menerima suap proyek Klub Malam Kalijaring?”
“Apakah benar Anda melindungi kasus eksploitasi grup idol?”
“Pak Damian, tolong tanggapannya!"
Dalam video, nampak Pak Damian yang terpisah dari bodyguardnya, tersudut hampir ke tembok gedung. Matanya melihat ke kanan kiri dengan liar. Mulutnya gemetar. Dan entah bagaimana akhirnya bersuara keras ;
“Koper itu... itu... koper mahar! Untuk lamaran anak saya! Bukan suap! Enak saja ! Itu...itu uang cinta!”
Video berhenti.
Ariadna ternganga. “Oh. My. God.”
“APAAN?! Jadi karena rahang ayahku asal gerak begitu, aku harus menikah!?”
Ronald menunduk.
“Biasanya kan gampang! Menutup dan membungkam media kemudian mengalihkan dengan berita lain, itu kan kerjaan tim PRnya ayah! Ngapain aja mereka !?” Ariadna frustasi.
“Kali ini tidak semudah itu, Nona. Partai oposisi sedang mengincar celah untuk menjatuhkan posisi Bapak. Beliau sedang tidak bisa sembarangan bergerak.”
Ariadna menatap Ronald marah. “Terus aku yang harus bayar? Aku!? Harus nikah sama mafia untuk menutupi kebodohan politik ayahku?!”
“Tidak ada pilihan lain, Nona.”
“Ada. Aku gak ikut. Titik.”
Ronald menarik napas kesekian kalinya, memencet earpiece kecil di telinganya. Ariadna tahu jelas gerakan itu.
Ariadna mundur selangkah. “Jangan bilang...”
“Maaf, Ari.” Ronald menunduk, memanggil namanya seperti ketika mereka dekat, dahulu sekali.. Suaranya penuh penyesalan.
Ariadna berbalik cepat ke dalam kamar, hendak menutup pintu, tapi gagang pintu ditahan oleh Ronald yang lebih gesit.
“Tolong Ari, kamu tahu ini tidak ada gunanya.”
“Ronald, please…” Ariadna hampir menangis
“Ini di luar kuasaku. Kami harus membawamu pulang sekarang.”
Ariadna terdiam. Kecewa. Marah. Dan sangat muak. Lift yang berada beberapa meter dari pintu kamar Ariadna terbuka,. Dua pria berjas hitam yang dipanggil melalui earpiece tadi keluar, Siap membawa paksa Ariadna.
Tanpa sempat mengepak banyak, hanya satu koper pakaian dan satu koper penuh tekanan batin, Ariadna dibawa ke bandara. Tiket pulang: satu arah. Tanpa negosiasi.
_________________________________
Di Jakarta, lantai tertinggi gedung Angels, seorang pria duduk di kursi kulit hitam. Wajahnya tampan untuk ukuran bukan selebriti, dengan hidung mancung dan alis tebal serta rahang yang kokoh, menambah kesan berwibawanya. Di hadapannya, layar LED besar menayangkan ulang siaran berita: wajah Damian, Menteri Perumahan dan Pembangunan Perkotaan dengan statement “uang cinta”.
Vernando Maheswara memejamkan matanya sejenak, kemudian membukanya lagi untuk menatap sebuah foto lama yang tergeletak di atas meja kerjanya.
Foto itu memperlihatkan seorang anak kecil—Ariadna—memegang bola, terlihat dari samping. Di depannya, seorang wanita dewasa dengan rambut cokelat panjang bergelombang membungkuk sambil tersenyum ke arah anak kecil itu.
Foto itu diambil dari jauh, dan jelas terlihat diambil tanpa ijin.
Vernando menatap foto itu dengan ekspresi berpikir jauh. Beberapa lama, dipejamkannya kembali matanya.
Menyadari Vernando sedikit goyah, gadis itu semakin agresif memainkan lidahnya di tekinga pria itu. Vernando tak mengelak, dan mulai menikmati. Tangannya yang semula memegang lengan gadis itu untuk mendorongnya turun, tanpa sadar bergerak menyusup ke baju Lysandra yang memang berleher rendah, memperlihatkan belahan dadanya. Ketika tangan Vernando meremas dada Lysandra, gadis itu mendesah pelan di telinganya “Kulum, nando…” rengeknya manja. Vernando, bagaimanapun adalah pria biasa yang sudah lama tidak dihibur wanita. Kesibukan serta kehidupan ranjangnya bersama Ariadna yang tidak pernah terjadi membuatnya sedikit stress juga. Mendengar desahan Lysandra yang memang mantannya, instingnya berjalan duluan daripada logikanya. Ditariknya kepala gadis itu dengan kasar, dan diciumnya Lysandra dengan buas seolah hilang akal.Sambil mengulum bibir Lysandra, disentakkannya blouse gadis itu hingga setengah telanjang membuat Vernando semakin leluasa meremas dan menyentuh tubuhnya. Setelah puas
Vernando sedang menerima sejumlah berkas dari Sebastian ketika Lysandra menerobos maduk ke kantornya di lantai teratas Angels. “Nona Lysandra! Sudah lama tidak….” “Diam kau ular. Pergi dari sini aku mau bicara dengan tuanmu!” Lysandra melewati Sebastian berjalan ke meja Vernando Sebastian, masih dengan senyum lebar dan tangan merentang yang diabaikan,, melirik kepada Bosnya. Vernando memijit pelipisnya, kemudian mengibaskan tangannya pada Sebastian. “Baik. Saya ada di depan jika dibutuhkan.” kata Sebatian mundur ke arah pintu dan menutupnya.Keheningan menguasai ruangan selepas Sebastian meninggalkan mereka berdua. Vernando tahu, dengan sifat keras kepala dan ego yang begitu tinggi dari Lysandra, mau tak mau ia harus memulai percakapan. "Tak usah begitu galak padanya. Dulu kalian kan sangat dekat." Vernando berkata, melihat ke arah Sebastian pergi"Hah! Jangan kau pikir aku tidak tahu soal bagaimana dia berperan penting dalam setuap keputusanmu, termasuk pada pembatalan pe
Ariadna menatap Vernando dengan pandangan tercengang. Tidak menyangka kata-kata semanis “rindu” bisa keluar juga dari bibir itu.“......Mungkin dia rindu” kata-kata itu menggema di kepalanya yang membuatnya menunduk sedikit, menyembunyikan ekspresi yang bahkan ia sendiri belum sempat pahami. Vernando mencondongkan badan lebih dekat, menatap Ariadna “Kenapa? Apa kau terganggu?” Ariadna tak menjawab. “Atau cemburu?”Ariadna berkedip, tapi dia masih diam.Vernando menyeringai tipis, memundurkan tubuhnya, bersandar ke sofa. “Jawaban diam yang cukup nyaring.”Ariadna menahan napas sejenak, lalu berkata ringan, “Cemburu adalah reaksi atas ancaman. Dan aku tidak menganggap perempuan yang berteriak dan mencakar sebagai ancaman.”Vernando tertawa kecil. “Jawaban diplomatis. Apa semua putri pejabat punya les pribadi bermain kata seperti ini?”“Aku juga heran, apa semua mafia juga bisa mengatakan istilah perasaan semacam “rindu” sepertimu?” “Mungkin agak berbeda artinya dengan kalian tapi kam
Vernando duduk diam di kursi belakang mobil, wajahnya tenang, tapi jari-jarinya mengetuk lututnya dengan ritme cepat—tanda bahwa pikirannya jauh dari damai."Lebih cepat," ucapnya pelan pada sopir, tanpa menoleh.Beberapa menit lalu, saat masih di kantor, ia menerima pesan itu. Cukup satu baris, tapi dampaknya langsung terasa.“Maaf, Pak. Nona Lysandra datang. Beliau memaksa masuk. Kami tak kuasa menghentikan.”Vernando langsung berdiri dari kursinya saat itu juga, menyuruh staf menyiapkan mobil tanpa basa-basi.Sekarang, di dalam mobil yang melaju menembus jalanan kota, ia memejamkan mata.Lysandra memang selalu seperti itu—impulsif, tak kenal waktu, dan suka membuat kekacauan yang harus dia sendiri yang bereskan.Beberapa menit kemudian, mobil berhenti tepat di depan mansion Maheswara. Vernando turun tanpa banyak bicara, langkahnya panjang dan mantap saat memasuki rumah. Ia membuka pintu utama—dan langsung disambut pemandangan yang membuatnya terkejut.Beberapa kursi ruang tamu terba
Jemarinya turun perlahan, menyusuri garis rahang gadis itu, turun ke dagu… dan akhirnya berhenti di bibirnya. Ia menekan pelan, membuka bibir lemb,ut gadis itu, kemudian menunduk.Bibir Vernando menyentuh bibir Ariadna, pertama pelan, kemudian melumatnya dengan cara yang membuat tubuh Ariadna mendadak panas, penuh kuasa. Tangan Vernando turun, menyentuh lehernya, lalu turun lagi—menemukan dadanya. Diremasnya dada gadis itu yang sudah mengeras karena hasrat. Dengan sekali gerakan, satu kancing baju Ariadna terlepas.Disusul yang kedua, hingga setengahnya terbuka, memperlihatkan kulit putih halus dibaliknya.Ariadna bergidik ketika udara dingin kamar menyentuh kulitnya, namun Vernando tidak memberi waktu untuk berpikir. Ia mendorong tubuh Ariadna perlahan ke belakang, membuat gadis itu rebah di atas kasur, lalu menindihnya. Tubuhnya hangat, aroma khas tembakau mahal dan tubuh pria dewasa menguar dekat sekali di antara mereka. Jemari Vernando menjalar dari dada menelusuri pinggangnya, l
Tiga hari sejak penculikan Ariadna, Vernando duduk di ruang kerjanya—dengan balutan jas hitam, wajah dingin, dan sebatang rokok yang bahkan takut terbakar terlalu cepat. Saingan bisnisnya banyak, tapi tidak sulit untuk langsung mengetahui kelompok yang berani menyentuh Ariadna kemarin. Apalagi selevel preman kelas bawah. Baik yang menembak dirinya dan yang menculik Ariadna adalah suruhan Owell, pengusaha beberapa tempat hiburan permainan yang sebenarnya adalah tempat judi dan transaksi obat terlarang. Kebetulan, dia memang ingin melenyapkan usaha itu sejak didengarnya Owell mulai melakukan jual beli wanita yang digelapkan dari luar negeri. “Sebastian.” panggil Vernando, pelan tapi dalam. “Perintah, Pak. ” jawab Sebastian sigap. Vernando bangkit, berdiri membelakanginya, menghadap jendela besar kantornya yang ada di lantai 20 itu. “Serang.Terbuka.” Sebastian mengangkat kepala. Tidak perlu bertanya untuk tau perintah itu ditargetkan untuk siapa. "Baik, Pak. Serang versi frontal
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen