BAB 2. PERTEMUANRuang tamu rumah Damian terasa seperti ruang interogasi. Sunyi, tegang, dan panas meski AC menyala penuh.Pak Damian mondar-mandir gelisah. “Dia belum sampai?”“Baru mendarat,” jawab Istrinya pelan, duduk dengan tangan mengatup di pangkuan.Vernando Maheswara duduk tenang. Jas hitam, dasi rapi, jam tangan mahal. Ia tak bicara, tak bertanya. Hanya menunggu, matanya tajam menatap ke depan.Pak Damian meliriknya, gugup. “Pak Vernando… saya betul-betul minta maaf karena… keadaan ini terlalu mendadak. Saya seharusnya tidak… tidak sembarangan bicara saat itu. Tapi saya sangat menghargai kesediaan Anda…”Vernando tidak menjawab. Hanya anggukan tipis.“Saya tahu ini tidak ideal,” lanjut Damian gugup. “Tapi kami sangat… sangat berterima kasih karena Anda bersedia membantu menutupi kesalahan saya. Ariadna mungkin keras kepala, tapi dia anak baik, dan… saya jamin dia tidak akan merepotkan.”Vernando menurunkan cangkir, lalu menyandarkan tubuhnya. “Saya tidak tertarik pada anak
Last Updated : 2025-04-24 Read more