Home / Romansa / Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO / Janji yang Akhirnya Ditepati

Share

Janji yang Akhirnya Ditepati

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-06-04 13:07:45

"Ke mana lagi kau akan membawa Patra? Ini sudah lebih dari jam 9 malam! Bukankah jam malamnya hanya sampai jam 9 malam?"

Herdi memprotes Nero saat mereka baru saja pulang ke rumah.

"Bukankah kemarin aku sudah meminta ijin untuk 2 malam, kemarin dan malam ini saja, ijinkan aku membawa Patra pergi dan melewatkan sisa hari ulang tahun ini bersamanya ...," pinta Nero.

Herdi memicingkan matanya, sedangkan Patra hanya mengulum senyumnya menunggu titah dari sang ayah.

"Ck, besok Patra bekerja, jangan memulangkannya terlalu malam, dan ingat, hanya hari ini saja! Besok tidak lagi!" seru Herdi sebelum masuk ke rumah meninggalkan Nero dan Patra di luar rumah.

Nero pun tertawa senang. "Terima kasih, Ayah! Terima kasih!" teriak Nero melunjak.

"Hush, Ayah! Ayah! Tadi kan hanya keceplosan! Kalau sekarang kau memanggilnya Ayah lagi, belum tentu dia mau mengakuimu!" celetuk Patrick yang masih berdiri di depan pintu.

"Haha, justru aku harus sering-sering memanggilnya Ayah, agar dia terbiasa denga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Wedding Day

    Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Nero & Patra" terpasang di depan pintu masuk sebuah hotel mewah. Taman hotel berbintang itu dijadikan venue acara pernikahan Nero dan Patra hari ini. Awalnya Nero sudah membayangkan akan menikah di gedung ballroom dengan kapasitas banyak sekali orang, namun karena acara itu hanya sederhana, akhirnya mereka memilih taman belakang hotel yang tidak terlalu besar. Taman itu menyambung dengan ruang VIP yang memang biasanya dijadikan tempat acara private. Dekorasinya begitu indah dengan pagar bunga hidup dan dekorasi lain yang menunjukkan kesan mewah dan elegan. Beberapa foto pre wedding pun terpajang di sana, foto pre wedding yang sederhana, namun begitu indah, menunjukkan tawa dan tatapan penuh cinta dari keduanya. Suasana di tempat acara pun begitu sakral namun membuat merinding karena tidak lama lagi, tempat ini akan menjadi saksi bersatunya pasangan cinta sejati. Sementara di sebuah kamar VIP, Nero baru saja selesai bersiap bersama Juan da

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Menikahlah Denganku!

    Patra masih mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman dan perlahan napasnya pun mulai normal. Tadinya napas Patra yang terasa tersengal karena kenangan buruk itu perlahan mulai normal dan Patra merasa baik-baik saja sekarang. Nero benar! Terlalu banyak kenangan indah di sini yang tidak seharusnya dihilangkan begitu saja. Bukankah Patra juga sudah bertekad menjadi wanita yang lebih kuat? Lebih kuat berarti siap menghadapi ketakutan. Nero juga benar bahwa ketakutan itu untuk dihadapi bukan dihindari. Patra pun mengangguk dan perlahan tersenyum."Kau benar, Nero! Kau benar! Aku tidak boleh kalah oleh ingatanku! Aku tidak boleh kalah dan terpuruk hanya karena kenangan buruk yang ada di ingatanku!""Masih begitu banyak kenangan indah dan aku akan hidup untuk terus membuat kenangan yang indah, bukannya terus terbelenggu pada kenangan buruk itu," ucap Patra akhirnya dengan penuh tekad. Nero yang mendengarnya pun bernapas lega. Tadinya ia berpikir akan sangat sulit mengendalikan Patr

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Janji yang Akhirnya Ditepati

    "Ke mana lagi kau akan membawa Patra? Ini sudah lebih dari jam 9 malam! Bukankah jam malamnya hanya sampai jam 9 malam?"Herdi memprotes Nero saat mereka baru saja pulang ke rumah. "Bukankah kemarin aku sudah meminta ijin untuk 2 malam, kemarin dan malam ini saja, ijinkan aku membawa Patra pergi dan melewatkan sisa hari ulang tahun ini bersamanya ...," pinta Nero. Herdi memicingkan matanya, sedangkan Patra hanya mengulum senyumnya menunggu titah dari sang ayah. "Ck, besok Patra bekerja, jangan memulangkannya terlalu malam, dan ingat, hanya hari ini saja! Besok tidak lagi!" seru Herdi sebelum masuk ke rumah meninggalkan Nero dan Patra di luar rumah. Nero pun tertawa senang. "Terima kasih, Ayah! Terima kasih!" teriak Nero melunjak. "Hush, Ayah! Ayah! Tadi kan hanya keceplosan! Kalau sekarang kau memanggilnya Ayah lagi, belum tentu dia mau mengakuimu!" celetuk Patrick yang masih berdiri di depan pintu. "Haha, justru aku harus sering-sering memanggilnya Ayah, agar dia terbiasa denga

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Restu Tersirat

    Beberapa hari setelah Bik Asih dan Herdi saling bermaafan, Nerisa juga datang ke sana dan bertemu langsung dengan Herdi serta Patrick. "Aku benar-benar minta maaf atas semua yang sudah terjadi. Maaf baru ke sini sekarang. Aku benar-benar malu karena semua harta benda tidak ada artinya dibandingkan dengan sebuah ketulusan." "Maafkan aku, Patrick. Maafkan aku, Pak Herdi. Maafkan aku, Patra." Nerisa menunduk dengan tulus sampai Patra pun langsung memeluk Nerisa dengan hangat. Nerisa membalasnya dengan tawa yang merekah. Semua gengsi luntur sudah, berganti perasaan yang tidak bisa mereka ungkapkan. "Mari kita memulai semuanya dengan lebih baik sebagai keluarga, Pak Herdi. Aku mohon ... restuilah Nero dan Patra." Patra tidak bisa mempercayai pendengarannya, tapi Nerisa meminta restu dari Herdi. Nerisa sudah cukup mendengar semua yang Nero perjuangkan demi Patra dan tidak ada lagi yang bisa Nerisa harapkan selain restu agar kakaknya itu bahagia. Herdi tidak menjawab, tapi ia juga tid

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Damai untuk Semua

    "Sebenarnya pekerjaan apa yang sedang kau lakukan, Kak? Mengapa banyak sekali komputer?" Patra dan Patrick berkunjung ke rumah Nero siang itu. Mereka pun melihat semua peralatan canggih yang Nero pasang di rumahnya. "Haha, kau kepo sekali, Patrick! Bagaimana pekerjaanmu sendiri, hah?" "Ah, jangan dibahas! Sejak aku mengantar Ayah ke rumah Tante Una, aku sudah sering cuti, mereka akhirnya memecatku. Kemarin aku mendapat pekerjaan di pameran, tapi mereka memberhentikan aku begitu saja tanpa alasan. Padahal aku sudah bekerja dengan sepenuh hati! Aku pengangguran, tapi awas saja kalau kau dan adik sialanmu itu menghinaku!" Nero tertawa mendengarnya. "Ssstt, tidak semua hal buruk berakhir buruk, Patrick. Kau dipecat itu berarti keberuntungan untukmu karena hari ini kau mendapatkan pekerjaan barumu.""Heh? Pekerjaan baru apa?""Bekerjalah bersamaku, Patrick! Kau kuliah di jurusan IT kan? Aku sedang butuh orang IT sekarang. Sangat butuh! Dan aku punya proyek yang pasti akan membuatmu an

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Hidup yang Lebih Indah

    "N-Nero, apa yang kau lakukan di sini?" pekik Patrick kaget. "Halo, Patrick? Aku tinggal di sini." "Sejak kapan?" "Sejak hari ini, aku tetangga baru kalian." "Heh? Lalu ... motor itu?" "Itu sepeda motorku." "Mana mobilmu?" "Ah, aku sudah meninggalkan semuanya, bahkan aku sudah mengundurkan diri dari Nero Company." Semua orang membelalak kaget, bahkan Herdi sampai tidak tahu harus berkata apa. Nero sendiri terus tersenyum sampai ia melihat kantong buah yang ada di tangan Patra. "Apa buah itu untukku? Kalian baik sekali menyambut tetangga baru seperti ini! Terima kasih ya! Aku pasti akan betah tinggal di sini!" seru Nero yang langsung mengambil kantong buahnya. Tidak ada yang bicara lagi karena akhirnya Herdi memilih pulang saja bersama Patrick, sedangkan Patra masih tetap berdiri di depan Nero sambil menatap tidak percaya. "Kali ini apa lagi yang kau lakukan, Nero?" "Apa, Sayang?" "Menjadi tetangga baruku?" "Haha, iya itu kenyataan." "Dan mengundurkan diri dari Nero Comp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status