Share

Lakukan Tugas Pertamamu

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-03-24 11:35:48

Suara Nero disertai hembusan napas pria itu di belakang telinga Patra alih-alih membuat tubuh Patra meremang malah membuatnya bergidik ketakutan. 

Jantung Patra berdebar tidak karuan dan Patra benar-benar syok dengan apa yang diucapkan oleh Nero. 

"Jadi ... kau yang membuatku ditolak di 18 perusahaan sebelumnya?" 

Suara Patra bergetar, tapi ia tetap berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan, tidak peduli ke mana pun pergerakan Nero saat ini. 

"Yap! Seperti yang sudah kau dengar tadi, aku yang melakukannya." 

Tatapan Patra goyah dan air matanya sudah berkumpul di pelupuk matanya saat ini. 

"Lalu ... apa yang akan terjadi kalau aku melamar kerja di tempat lain lagi dan bukan di Nero Company?"

"Kau akan tetap berakhir ditolak. Tidak akan ada perusahaan yang menerimamu bekerja selain Nero Company. Hanya aku yang boleh menjadi bosmu. Aku sudah mengaturnya dengan sempurna." 

Nero mulai melangkah ke depan Patra dan berdiri menghadapnya lagi. 

Seketika semua rasa simpati yang tadinya Patra rasakan pun lenyap tak bersisa. 

Mengapa? Mengapa kejadian seperti ini harus terulang lagi?

Patra pikir setelah harga dirinya dihancurkan oleh ibu Nero, setelah Patra akhirnya setuju untuk pergi dari hidup Nero, ia pun akan terbebas dari semua ini, menjalani hidup barunya tanpa ada bayang-bayang Nero sama sekali dan menghapus pria itu selamanya dari ingatannya. 

Walaupun sulit, tapi Patra yakin Patra bisa dan nyatanya ia juga hidup baik-baik saja selama beberapa tahun ini. 

Tapi ternyata Patra salah. Lepas dari ibu Nero tidak lantas membuatnya lepas dari Nero. 

"Mengapa kau harus melakukan itu padaku, Nero?" lirih Patra bertepatan dengan air matanya yang juga jatuh. 

Nero pun memicingkan mata menatap wajah sendu itu, tapi Nero tidak akan kasihan pada wanita itu. 

"Kau masih berani bertanya mengapa? Mengapa kau juga tidak menanyakan perasaanku waktu itu, Patra? Waktu kau meninggalkan aku tanpa kejelasan!"

"Atau baiklah, kalau kau bertanya mengapa, aku akan menjawab, tapi aku mau mendengarkan jawabanmu dulu."

Nero mendekatkan wajahnya. "Bagaimana rasanya tidur dengan anak orang kaya lalu dibayar dengan begitu mahal?" 

"Tubuhmu dihargai dengan begitu mahal oleh Ibuku kan?" hina Nero dengan sarkastik sambil melirik tubuh Patra mencemooh. 

Dan Patra pun langsung menatap Nero dengan nanar. Hatinya begitu sakit mendengar ucapan Nero. 

Jadi, Nero mengetahui tentang ibunya yang memberikan uang dan Nero baik-baik saja dengan semua itu. 

Patra pun hanya bisa menggelengkan kepala tidak percaya, apakah ia sudah salah menilai Nero waktu itu? Apakah pertanggungjawaban yang dimaksud Nero adalah uang? Jadi janji untuk menikahinya waktu itu juga palsu?

Entahlah, Patra tidak bisa berpikir sekarang, namun Patra benar-benar tidak bisa menerima ucapan Nero.

"Bagaimana perasaanku? Mungkin itu sama dengan perasaanmu yang begitu mudahnya tidur dengan seorang wanita dan membayar untuk servisnya!" sahut Patra akhirnya dengan hati yang sangat terluka. 

Tapi Nero sudah tidak bisa menangkap luka tersirat itu karena ia pun merasakan luka yang sama. 

Nero pun tertawa dengan gaya yang tetap merendahkan. "Baiklah, kuakui bagi pria, itu adalah hal yang biasa. Tapi terus terang aku masih penasaran, apa yang "orang kaya baru" lakukan dengan uang sebanyak itu, hah?"

"Menjalani kehidupan jetset? Berfoya-foya? Merasakan menjadi orang kaya hanya dalam sekejap mata? Bagaimana kau menghabiskan uang sebanyak itu begitu cepat sampai kau kembali hidup mengenaskan seperti ini, hah?"

Patra menelan salivanya. Mau tidak mau pikirannya pun melayang pada selembar cek dengan nominal yang sangat banyak waktu itu. 

Kalau saja ... kalau saja Patra menerima uang itu, mungkin kehidupannya tidak akan sesulit ini. Kalau saja ia rela merendahkan harga dirinya dan membawa saja cek itu, mungkin dirinya tidak akan direndahkan lagi oleh Nero seperti ini. 

Tapi pada kenyataannya, Patra terlalu bodoh. Ya, hanya orang bodoh yang menolak uang yang begitu banyak dan pergi hanya dengan luka di hati dan tubuhnya. 

Patra meletakkan cek itu di meja rumahnya, sebelum ia dan keluarganya pergi dari sana. 

Entah siapa yang akhirnya menemukan cek itu, anggap saja orang itu beruntung, tapi Patra tidak peduli lagi. 

Patra pun tertawa nanar dan kembali menatap Nero. "Kau tidak akan mau tahu apa saja yang kulakukan, Nero ...."

"Pak Nero!" sela Nero mengingatkan. "Sejak tadi aku terus membiarkanmu memanggil namaku, tapi aku harus mengingatkanmu kalau sekarang aku adalah bosmu!"

Lagi-lagi Patra menelan salivanya dan hanya mengangguk. "Pak Nero!" ulangnya singkat. 

Nero menyeringai. "Bagus! Aku memang tidak peduli lagi. Aku hanya terkejut ternyata di balik penampilan polosmu, tersembunyi kemampuan yang sangat menakjubkan dalam hal menghabiskan uang!"

"Ah, tapi sebenarnya kalau kau butuh uang, kau tidak perlu susah-susah mencari kerja kan? Kau tinggal mencari pria kaya dan tidur dengannya! Bukankah cara itu mudah dan sama-sama enak, hmm?" Nero pun tertawa keras dengan cara yang sangat merendahkan Patra. 

Setengah mati Patra menahan dirinya untuk tidak melawan dan ia pun terus menghapus air matanya yang tidak mau berhenti mengalir itu. 

Baiklah, Patra mengerti sekarang! Patra mengerti dengan jelas maksud Nero yang ingin membalaskan rasa sakit hatinya pada dirinya. 

Dan tentu saja dalam kondisi seperti ini, apa pun pembelaan diri yang akan dikatakan Patra juga tidak akan mungkin mengubah pandangan Nero. 

"Terserah! Terserah apa katamu dan terserah bagaimana kau mau memandangku, Pak Nero!" Patra berusaha mengucapkannya dengan begitu tegar. 

Nero mengangguk. "Tentu saja semua terserah padaku! Aku juga tidak mau bicara panjang lebar lagi denganmu! Dan karena kau sudah memilih bekerja sebagai cleaning service, jadi ... mulai lakukanlah tugas pertamamu!" 

Patra sedikit mengernyit mendengar kata "tugas pertamanya" apalagi saat perlahan Nero melangkah mundur menjauh darinya. 

Dengan sengaja, Nero menumpahkan wine di gelasnya ke lantai sampai cairan itu memercik ke lantai dan ke sepatu mengkilap milik pria itu. 

Patra sendiri hanya bisa menatap nanar pada apa yang dilakukan Nero karena sedetik kemudian, tugas pertamanya pun diberikan. 

"Bersihkan lantainya dan juga sepatuku! SEKARANG!"

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Aku adalah Wanita Kuat

    "Bersihkan lantainya dan juga sepatuku! SEKARANG!"Untuk sesaat, Patra hanya terdiam mendengar perintah tegas Nero, seolah mempertimbangkan haruskah ia menurutinya atau tidak. Di hatinya, ia terus mengingatkan dirinya kalau ia bukan Patra yang dulu lagi, Patra yang bisa ditindas dan direndahkan. Walaupun Patra tadi memang menangis, tapi tangisan itu hanyalah ungkapan emosi dan rasa kagetnya mendengar apa yang sudah dilakukan oleh Nero. Ya, Patra menangis bukan karena ia lemah. Patra sudah bukan gadis remaja lagi yang begitu naif dan begitu halu membayangkan cinta yang menggebu.Patra yang sekarang adalah Patra yang sudah sadar hidup itu tidak akan berjalan seindah drama-drama yang sering ia tonton, yang membuatnya menangis semalaman namun terus tersenyum sendiri keesokan harinya. Karena pada kenyataannya hidup itu kejam. Dalam hidup, selalu akan ada pilihan yang harus dipilih, walaupun pilihannya sama-sama tidak menyenangkan. Kesadaran itu juga yang membuat Patra sama sekali tid

    Last Updated : 2025-03-24
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Menatapnya dari Kejauhan

    "Ceritakan padaku, Patra! Apa CEO-nya galak? Apa dia cerewet? Banyak permintaan? Kau tahu kan biasanya kebanyakan orang kaya begitu ribet? Mereka tidak bisa melihat sebutir debu pun!" Selly terus mengomel saat mereka sudah duduk berdua di kantin perusahaan. Tapi Patra malah tersenyum mendengarnya. Sungguh, di saat seperti ini, mendapat teman seperti Selly benar-benar keberuntungan baginya. "Selly, terima kasih kau sudah sangat mempedulikanku, tapi aku baik-baik saja." Patra menangkup tangan Selly. "Astaga, berterima kasih untuk apa? Kau temanku, Patra! Lagipula baik-baik saja bagaimana? Seharusnya tadi kau menolaknya saja, Patra! Kepintaranmu terlalu berharga kalau hanya untuk menjadi cleaning service di sini. Dasar perusahaan gila! Di mana lagi mereka bisa mendapatkan karyawan sepintar kau, Patra!" Patra tetap tersenyum, namun ia terdiam sejenak. Sebenarnya pekerjaan cleaning servicenya masih bisa ia jalani, ia hanya keberatan bertemu dengan Nero lagi. Tapi Nero sendiri sudah m

    Last Updated : 2025-04-04
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Hati yang Kacau

    Patra berdiri di depan sebuah rumah sederhana malam itu, rumah kontrakan kecil yang sudah ia tinggali selama dua bulan ini bersama adik laki-lakinya dan ayahnya sejak ia pulang kembali ke kota ini.Sambil memasang senyum terbaiknya, Patra pun merapikan kemeja dan rok span yang ia pakai tadi sewaktu berangkat kerja. "Ya, biarkan seperti ini saja! Mereka tidak perlu tahu apa yang aku kerjakan, yang penting halal dan aku mampu menjalaninya."Senyuman Patra pun makin lebar, sebelum ia masuk ke rumahnya. "Aku pulang!" teriak Patra yang memang sudah biasa ia lakukan agar ayah dan adiknya mengetahui kalau ia sudah pulang. "Eh, Kak Patra sudah pulang, Ayah!" Patrick, adik Patra yang sedang menyiapkan makan malam langsung melongokkan kepalanya ke arah kamar dan berteriak pada ayahnya. "Hmm, makanan apa yang kau siapkan, Patrick? Mengapa baunya harum sekali?" Patra terlihat bersemangat dan langsung menghampiri meja makan yang malam ini begitu penuh dengan makanan. "Eh, cuci tanganmu dulu,

    Last Updated : 2025-04-05
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Insiden Tidak Terduga

    "Aku berangkat dulu, Ayah!" Patra berpamitan pada ayahnya pagi itu, sebelum ia buru-buru berangkat karena takut ketinggalan bus. "Hati-hati, Nak!" sahut Herdi, ayah Patra. Herdi pun menatap Patra yang sudah mulai menjauh dari halaman rumahnya dengan perasaan yang tidak karuan. Andai saja ia tidak sakit-sakitan, mungkin ia yang bekerja keras untuk Patra dan Patrick, bukan membebankan tanggung jawab yang begitu besar pada anaknya itu. Herdi tidak pernah berhenti merasa bersalah karena sudah membawa banyak kesulitan dalam hidup Patra, terutama karena majikannya dulu. Sementara di perusahaan, Nero sudah berdiri di balkon lantai dua. Dari posisi ini, ia bisa melihat ke lobby, reseptionis, sekaligus ke pintu masuk. Dan Juan yang menemani Nero pun terus bertanya-tanya tentang keanehan sikap sahabatnya itu. "Kau datang begitu pagi hanya untuk berdiri di sini sejak tadi, Nero? Sebenarnya apa yang kau lihat? Apa kau mau memeriksa absensi juga? Melihat apakah semua karyawanmu datang tepat

    Last Updated : 2025-04-06
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kau Harus Dihukum

    Tiga orang wanita cantik berpenampilan seksi nampak duduk bersama di sebuah meja di sudut kantin karyawan. Dua di antaranya adalah karyawan baru yang juga diterima bekerja bersama Patra, tapi salah satunya adalah karyawan senior di sana. "Hei, itu dia wanita yang kemarin melamar kerja bersama kita kan?" tanya salah satu wanita saat ia melihat Patra duduk bersama Selly. "Ah, benar. Dia membuatku insecure karena katanya dia lulusan terbaik di kampusnya itu. Cih, kupikir dia akan diterima kerja setingkat manager, ternyata hanya cleaning service!" sahut wanita lain mencemooh. Karyawan senior bernama Maya pun langsung memicingkan matanya. "Siapa yang bilang lulusan terbaik bisa jadi manager? Kalau dia berakhir hanya menjadi cleaning service ya berarti memang sampai di sana saja kemampuannya!""Ah, bukan begitu, Bu, tapi kami hanya tidak tahan melihat tampang sok polosnya! Saat dia duduk menunggu bersama kami itu beberapa orang terus bergos

    Last Updated : 2025-04-07
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Terjebak Perasaan

    Patra menahan napasnya saat akhirnya Nero menyentak kasar kemejanya hingga terbuka dan mempertontonkan tubuh bagian atas pria itu yang begitu sempurna. Tubuh kurus Nero yang dulu sudah berubah menjadi tubuh dewasa yang begitu kokoh dengan otot yang menyembul di bagian yang tepat. Bahkan, perut itu sudah membentuk kotak-kotak yang begitu sempurna, sampai Patra yang melihatnya pun mendadak memalingkan wajahnya malu. Sungguh, Patra tidak bisa berkata apa pun saat jantungnya sudah memacu begitu kencang seperti sekarang. Apalagi saat Nero melangkah perlahan mendekatinya hingga pria itu berdiri tepat di hadapan Patra dan begitu dekat. "Mengapa kau memalingkan wajahmu, Patra? Apa kau malu? Bukankah kau sudah pernah melihat tubuhku sebelumnya?"Suara Nero itu alih-alih seruan tajam seperti biasanya, malah terdengar seperti sebuah bisikan yang sebenarnya tidak terlalu lembut, namun juga tidak kasar. Dan bisikan itu membuat jantung Patra makin tidak karuan. Patra yang sangat tidak nyaman de

    Last Updated : 2025-04-08
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Percayailah yang Mau Kau Percaya

    Debaran jantung Nero dan Patra masih saling berkejaran dengan tatapan yang saling terkunci satu sama lain. Tatapan itu saling bertaut begitu dalam tanpa ada yang berniat menyudahinya sama sekali. Perlahan kenangan demi kenangan indah saat mereka bersama pun terputar dengan sendirinya di otak mereka. Saat pertama kali mereka bertatapan waktu Ayah Patra memperkenalkan Patra pada Nero, anak dari majikannya. "Nero, perkenalkan ini anak pertama Pak Herdi namanya Patra, kakaknya Patrick. Umurnya masih 10 tahun, 3 tahun lebih muda daripada Nero," kata Herdi waktu itu."Halo, aku Nero!" Nero kecil mengulurkan tangannya pada Patra sambil tersenyum ramah. Patra kecil pun hanya tersenyum malu waktu itu sebelum ia menyambut uluran tangan Nero. "Patra," sahutnya singkat. Dan di sanalah semuanya berawal.Dari satu tatapan, satu senyuman, satu tautan tangan, lambat laun membentuk perasaan yang begitu kuat dalam diri Nero dan Patra. Bahkan, hubungan persahabatan itu terus terjalin sampai mere

    Last Updated : 2025-04-08
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Benar-Benar Ingin Pergi

    Benar atau salah?Pertanyaan itu terus berputar di otak Patra saat ia sudah keluar dari ruang kerja Nero. Di satu sisi, ada keinginan yang sangat besar untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Nero. Bahwa Patra sama sekali tidak seperti yang Nero pikirkan atau yang Nero dengarkan dari siapa pun dan tadi adalah kesempatan bagus yang sudah Patra sia-siakan. Namun di sisi lain, keinginan untuk pergi dari hidup Nero juga sangat besar. Biarkan saja Nero dengan semua pikirannya. Itu tidak penting selama mereka bisa menjalani kehidupan mereka masing-masing. Susah payah Patra bangkit dari keterpurukannya enam tahun lalu dan Patra tidak sanggup kalau harus melaluinya lagi. Untung saja Nero tidak sempat menciumnya tadi atau mungkin pertahanan diri Patra juga akan runtuh.Patra pasti akan mengungkapkan perasaannya dan menceritakan kebenarannya agar Nero kembali padanya karena Patra juga masih menyimpan perasaan yang besar pada pria itu. Namun, Patra masih cukup waras untuk tidak ber

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Ingin Tahu Kehidupan Pribadinya

    Kania sadar pertanyaannya begitu absurd, rasanya tidak mungkin Patra ke apartemen Nero. Namun, entah mengapa rasa penasarannya seperti bom yang akan meledak. Semakin Kania mengingatnya, wanita itu memang mirip dengan Patra, walaupun baju wanita tadi tidak mirip dengan baju Patra sekarang. Nero dan Patra sendiri langsung menegang mendengar pertanyaan Kania sampai tidak ada yang bicara selain mematung. Untungnya, Axel menyahuti lebih cepat. "Bu Kania, Anda benar-benar absurd ya! Anda membuat asistenku takut."Axel terus tertawa seolah pertanyaan Kania adalah hal yang sangat lucu. "Tidak mungkin Patra ada di apartemen Pak Nero! Kurasa di mana apartemen Pak Nero saja dia tidak tahu, bukankah begitu, Patra? Anda pasti salah orang, Bu Kania."Kania yang melihat Axel tertawa pun akhirnya ikut tertawa. "Ah, aku sudah menduganya! Kalian pasti mengira aku absurd kan? Tadi aku sedang menelepon dan mendadak berpapasan dengan seorang wanita yang tampak belakangnya mirip sekali dengan Patra."

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pertanyaan Mengejutkan

    Kania pulang lebih cepat pagi itu dari luar kota. Ia sudah merindukan Neronya dan ia pun membawa sarapan untuk dinikmati bersama dengan Nero. Namun, saat ia melangkah di lobby sambil menelepon, mendadak ia melihat seorang wanita familiar yang berjalan dengan cepat melewatinya. "Patra?" gumam Kania antara yakin dan tidak. Kania pun masih terdiam sampai lawan bicaranya memanggilnya dan ia pun tersentak kaget. "Ah, iya, maaf! Sampai di mana kita?" Kania mengerjapkan mata sambil tersenyum lalu meneruskan mengobrolnya sambil melangkah naik ke apartemen Nero. Nero sendiri yang ditinggalkan oleh Patra masih mematung di tempatnya dan sama sekali belum beranjak walaupun sudah cukup lama Patra pergi. Nero masih berharap Patra kembali, sampai saat bel pintu apartemen berbunyi, tawa sumringah pun mengembang di wajah Nero. Dengan bersemangat, Nero membuka pintu apartemennya, berharap melihat Patra di sana, namun seketika tawanya menghilang saat alih-alih Patra, ia malah melihat Kania, tuna

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Wanita yang Familiar

    Nero mengerut dalam tidurnya. Rasanya ia baru saja mengalami tidur panjang dan ia sangat lelap.Nero pun mulai menggerakkan tubuhnya sambil perlahan membuka matanya dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah cantik Patra yang sedang tertidur lelap di sampingnya. Entah bagaimana gerakan mereka saat tidur kemarin, namun saat ini Nero sedang memeluk lengan Patra yang sedang tertidur pulas tepat di sampingnya. Mereka sama-sama tidur menyamping dan saling berhadapan. Nero pun hanya bisa tertegun menatap wajah cantik itu dan ia baru ingat bagaimana wanita itu merawatnya kemarin malam. Entah jam berapa sekarang namun belum terlihat cahaya sama sekali dari jendela, mungkin masih subuh, tapi untungnya Nero sudah merasa lebih baik, jauh lebih baik. "Kau menepati janjimu, Patra. Tidak meninggalkanku saat aku tertidur."Dengan hati-hati, Nero membelai pipi Patra dengan punggung tangannya. Nero pun menyingkirkan helaian rambut di sisi wajah wanita itu dan terus tersenyum. Baru saja Nero mem

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Menemanimu Sepanjang Malam

    Patra langsung mematung mendengar ucapan Nero. Untuk sesaat, semua rasa dalam dirinya melonjak mendengar Nero mengatakan mencintainya. Siapa yang tidak senang mendengar pria yang masih dicintainya ternyata juga merasakan hal yang sama. Namun sedetik kemudian, kesadaran pun menyentak Patra. Tidak! Apa yang Nero katakan barusan? Nero masih mencintainya?Tidak! Semua ini salah. Tidak seharusnya Nero berkata begitu. Ya, ini salah dan yang namanya kesalahan harus segera dibenarkan atau Patra akan menjadi ikut-ikutan salah."Nero ... lepaskan! Kau sudah makin ngawur! Lepaskan aku, Nero! Lepaskan!""Tidak, Patra! Aku tidak ngawur! Aku masih sadar!"Patra mulai memberontak lagi dan Nero bertahan, namun rasa sakit di tubuhnya akhirnya membuatnya menyerah dan melepaskan Patra. Patra pun berlari menjauh dari Nero. "Kau sedang sakit, Nero! Otakmu tidak bisa berpikir dengan baik dan kau mengingau! Ingat itu, kau meracau! Kau hanya meracau!" ucap Patra berulang kali seolah berharap sugesti itu

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Aku Mau Mencintaimu Saja

    Nero masih tersenyum menunggu Patra-nya yang sedang ada di ruang wardrobe, tapi wanitanya tidak kunjung kembali.Sambil meringis, ia pun melangkah ke arah ruang wardrobe dan sungguh lantai kamarnya terasa dingin di telapak kaki Nero. Nero pun terus meringis dan mempercepat langkahnya, namun mendadak ia berhenti saat ia sudah sampai di ruang wardrobe. Nero tertegun sejenak menatap punggung Patra. Wanita itu sedang berdiri di depan lemarinya sambil memegang kaos berwarna biru muda dan tentu saja Nero langsung mengenali kaos apa itu. Kaos kenangan mereka. Nero membelinya agar mereka bisa memakai kaos couple, tapi sayangnya mereka tidak pernah bisa memakainya karena tidak lama kemudian mereka berpisah. Nero pun akhirnya tidak pernah memakai kaos itu sampai sekarang dan hanya menyimpannya. Bagi Nero, kaos couple itu harus dipakai bersama Patra. Untuk sesaat, Nero hanya berdiri diam. Bahkan Nero tidak mempedulikan lagi telapak kakinya yang terasa dingin karena mendadak ia melow menging

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kenangan Masa Lalu

    Suara Nero terdengar lirih dan penuh harap sampai Patra yang mendengarnya pun hanya bisa tetap diam di tempatnya sambil masih berdiri mematung memunggungi Nero. "Kumohon ... jangan tinggalkan aku ...," ulang Nero lagi. Patra pun menahan napasnya. Ada sebagian dari dirinya yang merasa ini salah, berdua saja dengan Nero. Namun, sebagian lagi merasa lega karena Nero memintanya tinggal. Setidaknya ia punya alasan untuk tinggal karena ia sendiri tidak tega melihat kondisi nero.Sambil berdehem, Patra pun membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Nero."Jadi kau sakit kan? Mengapa kau tidak menelepon seseorang untuk membantumu daripada kau sendirian di sini sampai malam? Bagaimana kalau aku tidak ke sini? Bukankah tidak ada yang menolongmu?" Kata-kata Patra meluncur begitu saja dari mulutnya menyiratkan kepedulian."Bukankah akhirnya kau datang, Patra? Itu yang penting!" Nero tertawa lemas. Patra sendiri tidak menanggapinya lagi. Ia langsung melangkah mendekati Nero sambil menyambar gelas

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Jangan Tinggalkan Aku

    Ucapan Patra terus berputar di otak Juan sampai Juan begitu gelisah malam itu. "Aku yakin pasti ada yang Patra sembunyikan. Dia bukan wanita seperti itu, tapi bagaimana membuktikan hal yang sudah lama berlalu, apalagi saat itu semua bukti pencairan uang ke rekening Patra juga sudah jelas.""Ah, membuatku pusing saja! Ck, tapi kurasa benar, kenyataan tidak akan mengubah apa pun jadi tidak perlu ditanyakan lagi!""Kalau begitu lebih baik aku membantu Patra saja. Daripada harus kehilangan karyawan kompeten, lebih baik aku membantunya bekerja saja! Aku akan memberinya proyek agar dia makin bersinar!" Mendadak Juan pun menjadi bersemangat membantu Patra. Sementara itu, Nero juga masih gelisah di apartemennya sendiri.Semakin Kania memakluminya, Nero semakin galau. Kania selalu bersikap positif, memakluminya, memahaminya, bersabar padanya, tapi sikap itu membuat Nero makin berasa bersalah. "Sial! Mengapa Kania harus bersikap seperti itu? Mengapa seolah dia tidak mempunyai emosi sama seka

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Bantuan yang Diminta

    Patra tidak bisa menyelesaikan laporannya hari itu, pertemuan dengan Nero benar-benar membuat fokusnya terbelah dan ia merasa tidak enak hati pada Axel. Untungnya, Axel sangat pengertian. Malahan Axel yang ingin melapor pada Nero bahwa laporannya belum selesai, tapi Patra mencegahnya karena tidak mau Nero melampiaskan sakit hatinya pada Axel. Dan di sinilah Patra, berdiri di depan Nero dengan sangat malu, padahal tadi ia sudah percaya diri bisa menyelesaikan laporannya. Nero sendiri sudah percaya diri melihat Patra mencarinya. Otak Nero sudah melayang jauh memikirkan Patra yang bersedia menjadi wanitanya, tapi kenyataannya tidak seperti yang ia pikir. "Bukankah tadi kau begitu percaya diri untuk menyelesaikan laporannya, Patra?""Tolong beri aku waktu sedikit lagi." Nero hanya mengangguk, sejenak menatap Patra seolah mempertimbangkan sesuatu, sebelum ia bangkit dari kursinya dan melangkah mendekati Patra. Patra sedikit tegang saat Nero melangkah ke arahnya sampai Patra langsung m

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Desakan Menikah

    "Aku yakin Patra dipaksa meninggalkan Pak Nero waktu itu. Bukankah biasanya orang kaya selalu merendahkan orang miskin? Apalagi Patra hanyalah anak sopir waktu itu. Melihat Patra menangis begitu sedih pasti ada sebuah kejadian yang benar-benar menyakitkan di sana sampai dia memutuskan pergi begitu saja. Kau juga berpikiran seperti itu kan, Selly?" desak Greedy berapi-api. Selly dan Greedy sudah keluar dari ruang kerja Patra karena para karyawan sudah kembali ke posisinya. Mereka pun akhirnya masuk ke toilet untuk menenangkan pikiran mereka yang masih syok dan juga membersihkan sisa air mata di wajah mereka. Namun, mendadak Greedy merasa sangat kasihan pada Patra. "Entahlah, Greedy! Aku tidak berani memikirkan apa pun. Tapi Patra sudah bilang kan kalau dia berusaha bangkit dari kenangan buruk, berarti itu memang buruk. Selama aku mengenal Patra, dia sangat positif. Tapi aku mulai berpikir bahwa mungkin di posisi Pak Nero juga menyakitkan. Ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya .

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status