Share

Aku adalah Wanita Kuat

Author: Mommykai22
last update Huling Na-update: 2025-03-24 11:46:55

"Bersihkan lantainya dan juga sepatuku! SEKARANG!"

Untuk sesaat, Patra hanya terdiam mendengar perintah tegas Nero, seolah mempertimbangkan haruskah ia menurutinya atau tidak. 

Di hatinya, ia terus mengingatkan dirinya kalau ia bukan Patra yang dulu lagi, Patra yang bisa ditindas dan direndahkan. 

Walaupun Patra tadi memang menangis, tapi tangisan itu hanyalah ungkapan emosi dan rasa kagetnya mendengar apa yang sudah dilakukan oleh Nero. 

Ya, Patra menangis bukan karena ia lemah. 

Patra sudah bukan gadis remaja lagi yang begitu naif dan begitu halu membayangkan cinta yang menggebu.

Patra yang sekarang adalah Patra yang sudah sadar hidup itu tidak akan berjalan seindah drama-drama yang sering ia tonton, yang membuatnya menangis semalaman namun terus tersenyum sendiri keesokan harinya. 

Karena pada kenyataannya hidup itu kejam. Dalam hidup, selalu akan ada pilihan yang harus dipilih, walaupun pilihannya sama-sama tidak menyenangkan. 

Kesadaran itu juga yang membuat Patra sama sekali tidak membantah tuduhan Nero barusan. 

Untuk apa? Pembelaan diri Patra hanya akan membuat situasi makin rumit. Haruskah Patra mengatakan kalau ia tidak mengambil uang itu? Haruskah Patra mengatakan kalau ibu Nero menyuruh orang menodai dirinya dengan begitu keji?

Lalu apa yang Patra harapkan dengan semua itu? Apa Patra berharap Nero akan percaya lalu bersimpati padanya?

Tidak! Terlepas dari apa pun kebenarannya, semuanya tidak penting lagi untuk Patra. 

Menjelaskan semuanya hanya akan membuat ikatan baru di antara mereka yang mungkin akan kembali berakhir tragis seperti 6 tahun yang lalu. 

Dan bukan itu yang Patra inginkan. Patra hanya ingin menghilang selamanya dari hidup Nero dan keluarganya. Seandainya ada tombol delete, bahkan Patra ingin menghapus semuanya tentang Nero dari hidupnya.

Bagi Patra, kisah cinta Nero dan Patra sudah tidak ada lagi dan tidak akan pernah ada lagi. 

Patra menelan salivanya dan mengangguk. Dengan kedua tangannya, ia segera menghapus semua air matanya habis tanpa sisa. 

"Baiklah, Pak Nero!" jawab Patra akhirnya setelah terdiam cukup lama. 

Patra pun bergegas keluar dari ruangan Nero dan kembali lagi dengan lap dan kain pel. 

"Bisakah Anda membuka sepatu? Aku akan membersihkannya dulu." Patra menatap Nero dengan berani seolah barusan tidak terjadi apa-apa di antara mereka. 

Dan kali ini Nero yang terdiam, bahkan Nero memicingkan matanya menatap Patra yang sudah berdiri di hadapannya. 

Mengapa Patra nampak baik-baik saja dan menjalankan perintahnya begitu saja?

Bukankah tadi Patra sempat menangis? Seharusnya saat ini Patra makin mengamuk, memaki Nero, memukul, berteriak, atau apa pun itu. 

Baiklah, bukannya Nero menyukai drama seperti itu, tapi melihat Patra yang terpuruk akan menjadi kesenangan tersendiri bagi Nero. 

Tapi mengapa Patra tidak melakukan apapun sekarang?

Nero terus berkutat dengan pikirannya sendiri dan Patra yang tidak mendapat jawaban pun kembali bertanya dengan sopan. 

"Maaf, bisakah Anda melepas sepatunya dulu, Pak Nero? Aku harus membersihkannya," ulang Patra.

Dan Nero pun mengedipkan matanya. Ini tidak seperti yang ia bayangkan dan ia tidak menyukainya. 

"Aku tidak akan melepas sepatuku! Berjongkoklah dan bersihkan sepatuku seperti ini saja!"

Dengan santai satu tangan Nero berpegangan pada kursi dan ia mengangkat kakinya agar Patra bisa membersihkan sepatunya. 

Patra pun melirik sepatu Nero dengan tatapan yang kembali goyah. 

Kali ini ia benar-benar direndahkan harus membersihkan sepatu Nero seperti ini, seperti bersimpuh di kaki Nero. 

Tapi baiklah! Tidak akan ada drama, tidak boleh ada tangisan, Patra adalah wanita kuat!

Ya, wanita yang sudah melalui begitu banyak hal untuk bertahan hidup sama sekali bukanlah wanita biasa.

"Baiklah, kalau itu yang Anda mau, aku akan membersihkannya." Patra tersenyum singkat, sebelum ia berjongkok di depan kaki Nero. 

Dengan cekatan, Patra menahan kaki Nero lalu mengelap sepatu itu sampai kering dan kembali mengkilap. 

Patra menurunkan kembali kaki Nero dan membersihkan lantainya dengan begitu cepat agar ia tidak harus berdua lebih lama lagi bersama Nero. 

Sedangkan Nero hanya terus menatap wanita yang sedang berjongkok di bawahnya itu. 

Tentu saja Nero puas sudah berhasil memberikan pelajaran pertama untuk Patra walaupun semuanya terasa aneh. Mengapa rasa puasnya tidak seperti yang ia bayangkan?

"Sudah, Pak Nero! Aku permisi!" Patra bangkit berdiri dan berpamitan sambil tetap tersenyum singkat. 

Tanpa menunggu jawaban Nero, Patra pun langsung melesat keluar dari ruangan, sedangkan Nero hanya bisa memandangi pintu yang tertutup itu seperti orang bodoh. 

**

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO (END)

    "Oek ... oek ...."Setelah sembilan bulan kehamilan yang luar biasa dengan Oliver yang sedang manja-manjanya, berhasil dilalui oleh Patra, akhirnya lahirlah juga pelengkap kebahagiaan dalam keluarga Nero. Seorang bayi perempuan mungil yang sangat cantik yang dinamai Persia Hadiwijaya. Seluruh anggota keluarga pun bersorak senang menyambut kehadiran anggota baru dalam keluarga mereka itu, terutama Nero yang memang selalu lebay sejak Patra hamil anak kedua. "Lihatlah, Juan! Yang ini sangat mirip denganku! Oh, dia cantik sekali, Juan! Putriku! Putriku!" pekik Nero lebay saat menatap putri cantiknya dari kaca di ruangan inkubator."Sayang, kau lihat kan, Oliver? Itu adikmu! Dia cantik sekali! Besok saat kau besar, kau harus bisa menjaga adikmu, jangan sampai adikmu didekati oleh para pria hidung belang itu, kau mengerti kan?" Nero terus menatap Oliver yang sedang ada dalam gendongannya seolah Oliver mengerti apa maksudnya. Sampai Juan yang berdiri di samping Nero pun tertawa gemas. "D

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kebahagiaan yang Sempurna

    Menjadi orang tua baru sama sekali bukan hal yang mudah. Nero dan Patra pun banyak belajar dalam satu bulan pertama yang sama sekali tidak mudah. Bayinya menangis dengan kencang di pagi maupun di malam hari dan menyusu dengan begitu kuat. Awalnya Patra kembali mendapat masalah saat ASI-nya tidak mau keluar dan Patra sangat frustasi. "Ternyata seorang wanita itu perjuangannya tidak ada habisnya. Saat baru menikah, wanita akan tertekan kalau belum hamil juga. Saat hamil, wanita juga akan mengalami morning sickness yang menyiksa, ditambah sakit pinggang dan sakit kaki saat perut mulai membesar, ditambah rasa sakit yang luar biasa saat melahirkan.""Kupikir setelah melahirkan, maka perjuangan selesai. Ternyata masalah ASI adalah masalah yang baru lagi. Rasanya sakit sekali karena dia menyedot dengan begitu kencang tapi ASI-nya tidak bisa keluar juga."Patra begitu stres saat awal ia melahirkan. Bukannya bermaksud mengeluh, tapi rasa stres dan frustasi membuat hatinya lelah. Bahkan te

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Lahirnya sang Jagoan

    Patra tidak pernah tahu ternyata rasanya hamil sangat nano-nano. Di awal kehamilan, Patra mengalami mual yang sangat parah. Patra lelah, tidak bisa makan, hidung sensitif, dan berat badan berkurang. Namun, saat itulah, ia merasakan kepedulian yang begitu besar dari semua orang. Bahkan, keluarga Axel dan Juan juga menunjukkan kepeduliannya sampai Patra merasa sangat dimanja. Esty, ibu Axel cukup sering datang berkunjung membawakan buah-buahan untuk Patra dan ia begitu antusias dengan kehamilan Patra. "Makan buah baik untuk kehamilan, selain itu nanti kulit bayinya bisa bagus. Ah, Tante ikut senang sekali! Anak-anak Tante belum ada yang menikah, Patra. Tapi Tante sudah merasa seperti akan punya cucu.""Terima kasih, Tante!" "Jangan sungkan, Patra! Kalau kau menginginkan sesuatu, telepon Tante saja! Nanti Tante akan membantu menyiapkannya!" seru Esty antuasias. Bukan hanya Esty, tapi Ruth, ibunya Juan juga ternyata sama antusiasnya. Beberapa kali Ruth datang membawakan makanan samb

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Berkah Tiada Akhir

    Kepercayaan diri Patra melambung setelah berhasil menyempurnakan pernikahan dengan suaminya. Walaupun ia melakukannya setengah sadar di bawah pengaruh obat, tapi keberhasilan membuatnya sangat bahagia. Hubungan keduanya yang sudah mesra pun menjadi makin mesra dan Patra menjadi bersemangat untuk terus mencoba dan mencoba. "Ayo kita lakukan lagi!" seru Patra malam itu. Nero sampai menganga tidak percaya melihat istrinya yang agresif. "Kau yakin, Sayang?""Yakin! Sebentar aku minum obat dulu.""Hei, jangan pakai obat!" "Tapi aku takut tidak bisa, Nero!" "Pelan-pelan, Sayang. Kita akan melakukannya pelan-pelan sampai kau bisa menerimanya secara alami." Nero begitu sabar membimbing Patra. Percobaan pertama, Patra gagal. Percobaan kedua, Patra kembali memakai obat agar bisa memuaskan suaminya. Percobaan ketiga tanpa obat lagi. Mereka terus mencobanya tanpa lelah. Nero terus sabar dan Patra terus menahan dirinya dan mensugesti dirinya. Hingga akhirnya traumanya benar-benar sembuh

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Menyempurnakan Pernikahan

    "Ah, ini indah sekali, Nero!" Nero mengajak Patra berbulan madu sekaligus mengajak Herdi dan Patrick jalan-jalan keliling dunia. Awalnya, Herdi terus menolak dengan mengatakan ia sudah tidak kuat bepergian, tapi Nero dan Patra memaksanya. Dan di sinilah mereka, berlibur bersama dengan bahagia"Ayo kita foto, Ayah, Patrick!" Patra memeluk Herdi dan Patrick dengan tawa sumringahnya, lalu mereka berfoto bersama. Begitu banyak foto yang mereka ambil dan kenangan itu begitu berharga. "Ah, Ayah sudah tidak kuat jalan! Kalian saja! Jalan berdua saja! Patrick, temani Ayah di sini!" Sekalipun berlibur bersama, tapi sebisa mungkin Herdi dan Patrick memberikan waktu untuk pasangan pengantin baru itu berdua saja. Nero dan Patra pun berjalan bergandengan tangan, sedangkan Patrick menemani Herdi. "Ini namanya bahagia! Ayah bahagia sekali!" "Aku juga, Ayah. Kak Patra akhirnya mendapatkan kebahagiaannya." "Ya, Ayah sangat puas dengan ending ini, puas sekali!" ucap Herdi penuh haru. Patrick

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Rumah Kita, Istana Kita

    Saat malam pertama pernikahan biasanya diisi dengan hubungan ranjang yang intim, tidak begitu dengan Nero dan Patra. Patra belum siap dan Nero sendiri juga sangat mengerti istrinya. Walaupun Nero sangat menginginkan Patra, tapi mereka punya waktu seumur hidup untuk mencobanya. Trauma tidak akan semudah itu hilang. Sekalipun Patra sudah mencoba terapi dan konsultasi dengan psikolog sebelum menikah, Patra tetap belum siap. "Maafkan aku, Nero!" "Tidak apa, Sayang. Memilikimu bersamaku itu sudah sangat membahagiakan untukku. Kita akan mencobanya pelan-pelan, Sayang. Semua karena aku dan aku janji akan membantumu sembuh." Malam itu, Nero dan Patra berciuman dan berpelukan mesra, menghabiskan malam pertama mereka dengan berbagi cerita, kehangatan pelukan, dan tawa bahagia yang tidak berhenti merekah di wajah keduanya. Beberapa hari setelah pernikahan, akhirnya mereka bisa pulang ke rumah Tante Una, mereka sempat menginap di sana dan berkumpul bersama keluarga Patra.Para anggota kelua

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status