Share

Manager Proyek yang Baru

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-04-19 16:17:18

Nero masih menggeram kesal di ruang kerjanya saat lagi-lagi Patra meninggalkannya begitu saja.

"Sial! Mengapa dia terus meninggalkan aku? Bukankah seharusnya aku yang meninggalkannya? Aku yang tidak menginginkan dia bukan sebaliknya! Sial!"

Nero memejamkan matanya frustasi dan seketika makin frustasi saat bayangan Patra muncul di otaknya.

Nero pun berakhir dengan menggebrak mejanya keras-keras sampai Juan yang baru saja masuk pun nampak kaget.

"Hei hei, ada apa, Pak CEO? Tadi waktu datang bersamaku, kau masih baik-baik saja tapi sekarang kau sudah marah-marah lagi. Apa yang membuatmu marah, hah?" tanya Juan sambil melangkah santai dan duduk di kursi di hadapan Nero.

"Tidak ada, Juan! Bagaimana Axel?"

"Axel sedang ke toilet. Kami sudah berkeliling, tapi masih sepi jadi aku tidak melanjutkannya lagi. Tunggu semua orang mulai beraktivitas baru aku bisa menjelaskan lebih padanya."

Nero mengangguk. "Jadi kapan dia mau mulai bekerja?"

"Haha, kapan mau mulai? Bahkan mau bekerja atau tida
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pria yang Berjongkok di Depannya

    "Manager proyek yang baru?""Benar, namanya Axel.""Wah, namanya keren sekali! Apa orangnya tampan, Patra? Jangan bilang seperti Pak Timo lagi! Melihat wajahnya saja membuatku muak, apalagi tingkahnya yang begitu sok tampan padahal ... huwek ...." Selly bergaya seperti orang yang mau muntah. "Selly, jangan menyebutkan nama itu lagi! Aku benci sekali pada pria itu! Tapi yang ini berbeda. Dia masih muda dan sangat tampan.""Benarkah, Patra? Oh, aku jadi tidak sabar melihatnya. Kapan dia akan mulai bekerja, Patra?""Katanya sih besok.""Wah, aku jadi makin tidak sabar lagi menunggu besok." Selly memekik kegirangan!""Dia juga sangat ramah, Selly. Aku yakin dia akan menjadi idola baru di kantor ini." Patra dan Selly pun terkikik bersama. Mereka pun makan siang bersama di kantin karyawan, sebelum kembali melanjutkan pekerjaan mereka. Di sisi lain, Nero juga mengajak Axel makan siang bersama di luar kantor, sebelum akhirnya ia sendiri yang mengajak Axel berkeliling dan menjelaskan pekerj

    Last Updated : 2025-04-19
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Hati yang Panas

    Axel terus tersenyum sambil berlari kecil menuruni tangga besar menuju ke lobby.Ia pun segera berlari ke ruangan cleaning service dan mendapati beberapa orang cleaning service di sana. "Eh, maaf, yang mana sandal milik Patra ya?""Oh, ini, Pak," jawab seorang wanita sambil menunjuk sepasang sandal berwarna coklat muda."Ah, terima kasih!" seru Axel sambil langsung meraih sepasang sandal itu. Axel pun langsung berlari kembali ke atas, tempat Patra sudah menunggunya dan Axel begitu senang melihat Patra masih duduk di sana dengan patuh. "Patra!" sapa Axel sambil berlari kecil menghampiri Patra. Patra pun menoleh dan tersenyum ke arah Axel. "Axel!""Aku membawa sandalnya," seru Axel yang langsung berjongkok begitu sampai di depan Patra sampai Patra pun langsung kaget."Astaga, apa yang kau lakukan, Axel? Bangunlah!""Ayo bukalah sepatumu, pakai sandal saja!" kata Axel yang berusaha meraih kaki Patra untuk membukakan sepatunya. "Eh, aku bisa membukanya sendiri, Axel!" sahut Patra sam

    Last Updated : 2025-04-20
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pria yang Setia

    "Maafkan aku, Axel! Aku berpikiran terlalu jauh. Lain kali tidak usah terlalu dekat dengan cleaning service seperti itu, Axel! Apalagi sampai berjongkok di depannya seperti tadi. Itu tidak perlu. Menolong ya menolong tapi mengambilkan sandal untuknya saja itu sudah lebih dari cukup."Axel hanya mengangguk tanpa menyahuti Nero lagi dan mereka pun akhirnya membahas tentang pekerjaan, walaupun sepanjang pembicaraan dengan Axel, otak Nero terus memikirkan hal yang lain. "Kak Nero, kita makan malam di mall saja nanti karena ada yang mau kubeli di sana," kata Axel saat ia dan Nero baru saja keluar dari lift dan melangkah di lobby malam itu. "Baiklah, nanti aku dan Kania akan menyusul, kita bertemu di mall.""Oke! Nanti akan kutelepon Kak Juan juga!""Baiklah!" Nero mengangguk. Mereka pun masih berjalan berdua dengan santai saat tiba-tiba Patra yang baru saja menyelesaikan lemburnya nampak berlari kecil dengan sandal jepitnya ke arah pintu masuk. "Astaga, Patrick pasti sudah menunggu lam

    Last Updated : 2025-04-20
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Terpergok

    Nero tidak banyak bicara saat Kania mengajaknya berjalan, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah toko sepatu. "Mengapa kita ke sini?" tanya Nero sambil mengernyit. "Barusan Axel mengirimiku pesan kalau dia ada di sini," sahut Karina sambil mengutik ponselnya. Nero tertawa pelan. "Jadi benar dia mencari sesuatu untuk wanita?""Tentu saja, Nero! Aku tidak pernah salah! Ayo masuk!" Kania kembali mengamit lengan Nero dan menariknya masuk, namun Nero menahan langkahnya. "Tunggu tunggu, mengapa kita ikut masuk?""Nero, ini toko sepatu wanita dan wanita sangat suka shopping jadi temani aku melihat-lihat sebentar, oke?"Tanpa banyak bicara lagi, Kania pun menarik Nero masuk dan Nero pun hanya bisa mengikuti Kania. Kania langsung melesat memilih sepatu dengan begitu bersemangat sementara Nero seperti biasa sama sekali tidak tertarik. Baru saja Nero bermaksud keluar dari toko dan menunggu di luar, namun mendadak pandangannya menangkap sebuah flat shoes yang sangat cantik terpajang di sana

    Last Updated : 2025-04-20
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Salah Sangka

    "Axel, apa menurutmu yang ini tidak bagus? Aku sangat menyukainya." Kania menunjukkan foto sepatu di ponselnya saat mereka sudah duduk di restoran. "Bagus! Tapi yang kau beli tadi lebih bagus.""Tapi aku menyukainya. Apa aku membelinya juga saja ya? Daripada nanti malam aku tidak bisa tidur memikirkan sepatu itu.""Astaga, Kak! Aku membawa 3 kotak sepatu dan milikku hanya 1, yang 2 adalah milikmu, apa kau masih perlu membeli lagi?" sahut Axel tak percaya."Eh, mengapa kau punya 1? Itu kan sepatu wanita!" celetuk Juan tiba-tiba. "Untuk calon kekasihnya." Kania terkikik saat mengatakannya. "Ah, dasar! Baru 2 hari di Indonesia tapi kau sudah punya calon kekasih ya. Benar-benar playboy sejati!" Juan memicingkan mata menatap Axel. "Haha, bukan calon kekasih! Haha, kami masih teman." Axel pun tertawa sendiri. "Teman? Di mana kalian bertemu, hah? Wanita seperti apa dia? Apa dia punya teman yang cantik juga? Aku baru saja putus dengan kekasihku, kenalkan satu padaku!" Juan menyenggol len

    Last Updated : 2025-04-21
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Terpaksa Berbohong

    "Dia adalah pria terbaik di dunia ini dan aku sangat mencintainya." Kania terus memuji Nero setinggi langit saat mereka akhirnya berkumpul kembali ke restoran. Dengan bangga, Kania menunjukkan sepatunya dan menunjukkan bagaimana ia sangat menyukai pemberian Nero itu. "Haha, aku ikut senang, Kak. Sering-seringlah membuat Kak Kania bahagia!" pesan Axel pada Nero. "Hei, kau anak kecil bicara apa? Tentu saja Nero selalu membuatku bahagia! Tapi sepatu ini membuatku makin bahagia. Rasanya seperti ada Nero di setiap langkahku. Astaga, maafkan kalau aku berlebihan! Aku pasti hanya terlalu bahagia sekarang!" Kania mengipasi wajahnya sambil terus tertawa bahagia. Kania pun menoleh ke arah Nero dan kembali memeluk lengan Nero. "Sekali lagi terima kasih, Calon Suamiku! Aku mencintaimu, Nero." Kania menatap Nero dengan binar-binar penuh cinta di matanya. Axel dan Juan nampak saling melirik dan ikut bahagia melihatnya.Sementara ekspresi Nero saat ini benar-benar tidak terbaca. Bukannya ia t

    Last Updated : 2025-04-21
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pendekatan yang Berjalan Lancar

    Saat perasaan hati Nero tetap tidak baik sampai keesokan harinya, perasaan Axel justru sedang berbunga-bunga. Hari pertamanya bekerja berjalan begitu lancar. Para karyawan menyambutnya dengan antusias dan semua orang sangat ramah kepadanya. Axel sendiri pun begitu antusias karena selain bekerja, ia juga punya rencana lain yaitu memberikan sepatu untuk Patra. Hanya saja, sejak pagi mencari Patra ke ruang cleaning service, Axel belum juga menemukannya. Dan siang ini, setelah berkeliling cukup lama, akhirnya Axel pun menemukan Patra di ruang fotokopi di divisinya. Karena para karyawan yang lain sudah turun untuk makan siang, Axel pun berani membawa kotak sepatunya untuk diberikan pada Patra. "Apa ini, Axel?" tanya Patra tidak yakin."Terimalah dan bukalah, Patra!" Axel tersenyum, sedangkan Patra nampak ragu, namun Patra tetap menerima dan membuka kotaknya. "Astaga, Axel, sepatu? Untukku?" Patra membelalak kaget. Kemarin malam ia sudah membeli sepatu bersama Patrick dan ia sudah

    Last Updated : 2025-04-21
  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Tetaplah di Sini

    Hati Nero terus gelisah sejak kemarin malam bahkan sampai pagi ini. Rasanya ia begitu ingin membelikan Patra sepatu baru, namun karena niatnya itu belum terlaksana, maka perasaannya tidak kunjung baik. Nero pun tidak bisa berkonsentrasi bekerja sepanjang pagi itu hingga siang harinya, ia memutuskan pergi ke toko sepatu di mall yang kemarin. "Nero, kau tidak ikut makan siang bersamaku dan Axel?" tanya Juan yang melihat Nero mengemasi berkasnya. "Tidak! Kalian makan sendiri saja! Ada hal penting yang harus kuurus, aku pergi dulu!""Eh? Kau mau ke mana, Nero?" teriak Juan saat Nero sudah melesat keluar dari ruang kerjanya. "Ckckck, sikapnya itu makin lama makin aneh!" gerutu Juan yang akhirnya pergi makan berdua saja dengan Axel. Sementara Nero begitu cepat sudah sampai ke toko sepatu yang sama di mall. "Maaf, kau mengingatku kan, Nona? Aku mau membeli sepatu dengan ukuran yang sama seperti yang kubeli kemarin.""Oh iya, aku mengingat Anda, Pak Bukankah kemarin Anda membeli ukuran

    Last Updated : 2025-04-22

Latest chapter

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Ingin Tahu Kehidupan Pribadinya

    Kania sadar pertanyaannya begitu absurd, rasanya tidak mungkin Patra ke apartemen Nero. Namun, entah mengapa rasa penasarannya seperti bom yang akan meledak. Semakin Kania mengingatnya, wanita itu memang mirip dengan Patra, walaupun baju wanita tadi tidak mirip dengan baju Patra sekarang. Nero dan Patra sendiri langsung menegang mendengar pertanyaan Kania sampai tidak ada yang bicara selain mematung. Untungnya, Axel menyahuti lebih cepat. "Bu Kania, Anda benar-benar absurd ya! Anda membuat asistenku takut."Axel terus tertawa seolah pertanyaan Kania adalah hal yang sangat lucu. "Tidak mungkin Patra ada di apartemen Pak Nero! Kurasa di mana apartemen Pak Nero saja dia tidak tahu, bukankah begitu, Patra? Anda pasti salah orang, Bu Kania."Kania yang melihat Axel tertawa pun akhirnya ikut tertawa. "Ah, aku sudah menduganya! Kalian pasti mengira aku absurd kan? Tadi aku sedang menelepon dan mendadak berpapasan dengan seorang wanita yang tampak belakangnya mirip sekali dengan Patra."

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pertanyaan Mengejutkan

    Kania pulang lebih cepat pagi itu dari luar kota. Ia sudah merindukan Neronya dan ia pun membawa sarapan untuk dinikmati bersama dengan Nero. Namun, saat ia melangkah di lobby sambil menelepon, mendadak ia melihat seorang wanita familiar yang berjalan dengan cepat melewatinya. "Patra?" gumam Kania antara yakin dan tidak. Kania pun masih terdiam sampai lawan bicaranya memanggilnya dan ia pun tersentak kaget. "Ah, iya, maaf! Sampai di mana kita?" Kania mengerjapkan mata sambil tersenyum lalu meneruskan mengobrolnya sambil melangkah naik ke apartemen Nero. Nero sendiri yang ditinggalkan oleh Patra masih mematung di tempatnya dan sama sekali belum beranjak walaupun sudah cukup lama Patra pergi. Nero masih berharap Patra kembali, sampai saat bel pintu apartemen berbunyi, tawa sumringah pun mengembang di wajah Nero. Dengan bersemangat, Nero membuka pintu apartemennya, berharap melihat Patra di sana, namun seketika tawanya menghilang saat alih-alih Patra, ia malah melihat Kania, tuna

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Wanita yang Familiar

    Nero mengerut dalam tidurnya. Rasanya ia baru saja mengalami tidur panjang dan ia sangat lelap.Nero pun mulai menggerakkan tubuhnya sambil perlahan membuka matanya dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah cantik Patra yang sedang tertidur lelap di sampingnya. Entah bagaimana gerakan mereka saat tidur kemarin, namun saat ini Nero sedang memeluk lengan Patra yang sedang tertidur pulas tepat di sampingnya. Mereka sama-sama tidur menyamping dan saling berhadapan. Nero pun hanya bisa tertegun menatap wajah cantik itu dan ia baru ingat bagaimana wanita itu merawatnya kemarin malam. Entah jam berapa sekarang namun belum terlihat cahaya sama sekali dari jendela, mungkin masih subuh, tapi untungnya Nero sudah merasa lebih baik, jauh lebih baik. "Kau menepati janjimu, Patra. Tidak meninggalkanku saat aku tertidur."Dengan hati-hati, Nero membelai pipi Patra dengan punggung tangannya. Nero pun menyingkirkan helaian rambut di sisi wajah wanita itu dan terus tersenyum. Baru saja Nero mem

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Menemanimu Sepanjang Malam

    Patra langsung mematung mendengar ucapan Nero. Untuk sesaat, semua rasa dalam dirinya melonjak mendengar Nero mengatakan mencintainya. Siapa yang tidak senang mendengar pria yang masih dicintainya ternyata juga merasakan hal yang sama. Namun sedetik kemudian, kesadaran pun menyentak Patra. Tidak! Apa yang Nero katakan barusan? Nero masih mencintainya?Tidak! Semua ini salah. Tidak seharusnya Nero berkata begitu. Ya, ini salah dan yang namanya kesalahan harus segera dibenarkan atau Patra akan menjadi ikut-ikutan salah."Nero ... lepaskan! Kau sudah makin ngawur! Lepaskan aku, Nero! Lepaskan!""Tidak, Patra! Aku tidak ngawur! Aku masih sadar!"Patra mulai memberontak lagi dan Nero bertahan, namun rasa sakit di tubuhnya akhirnya membuatnya menyerah dan melepaskan Patra. Patra pun berlari menjauh dari Nero. "Kau sedang sakit, Nero! Otakmu tidak bisa berpikir dengan baik dan kau mengingau! Ingat itu, kau meracau! Kau hanya meracau!" ucap Patra berulang kali seolah berharap sugesti itu

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Aku Mau Mencintaimu Saja

    Nero masih tersenyum menunggu Patra-nya yang sedang ada di ruang wardrobe, tapi wanitanya tidak kunjung kembali.Sambil meringis, ia pun melangkah ke arah ruang wardrobe dan sungguh lantai kamarnya terasa dingin di telapak kaki Nero. Nero pun terus meringis dan mempercepat langkahnya, namun mendadak ia berhenti saat ia sudah sampai di ruang wardrobe. Nero tertegun sejenak menatap punggung Patra. Wanita itu sedang berdiri di depan lemarinya sambil memegang kaos berwarna biru muda dan tentu saja Nero langsung mengenali kaos apa itu. Kaos kenangan mereka. Nero membelinya agar mereka bisa memakai kaos couple, tapi sayangnya mereka tidak pernah bisa memakainya karena tidak lama kemudian mereka berpisah. Nero pun akhirnya tidak pernah memakai kaos itu sampai sekarang dan hanya menyimpannya. Bagi Nero, kaos couple itu harus dipakai bersama Patra. Untuk sesaat, Nero hanya berdiri diam. Bahkan Nero tidak mempedulikan lagi telapak kakinya yang terasa dingin karena mendadak ia melow menging

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kenangan Masa Lalu

    Suara Nero terdengar lirih dan penuh harap sampai Patra yang mendengarnya pun hanya bisa tetap diam di tempatnya sambil masih berdiri mematung memunggungi Nero. "Kumohon ... jangan tinggalkan aku ...," ulang Nero lagi. Patra pun menahan napasnya. Ada sebagian dari dirinya yang merasa ini salah, berdua saja dengan Nero. Namun, sebagian lagi merasa lega karena Nero memintanya tinggal. Setidaknya ia punya alasan untuk tinggal karena ia sendiri tidak tega melihat kondisi nero.Sambil berdehem, Patra pun membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Nero."Jadi kau sakit kan? Mengapa kau tidak menelepon seseorang untuk membantumu daripada kau sendirian di sini sampai malam? Bagaimana kalau aku tidak ke sini? Bukankah tidak ada yang menolongmu?" Kata-kata Patra meluncur begitu saja dari mulutnya menyiratkan kepedulian."Bukankah akhirnya kau datang, Patra? Itu yang penting!" Nero tertawa lemas. Patra sendiri tidak menanggapinya lagi. Ia langsung melangkah mendekati Nero sambil menyambar gelas

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Jangan Tinggalkan Aku

    Ucapan Patra terus berputar di otak Juan sampai Juan begitu gelisah malam itu. "Aku yakin pasti ada yang Patra sembunyikan. Dia bukan wanita seperti itu, tapi bagaimana membuktikan hal yang sudah lama berlalu, apalagi saat itu semua bukti pencairan uang ke rekening Patra juga sudah jelas.""Ah, membuatku pusing saja! Ck, tapi kurasa benar, kenyataan tidak akan mengubah apa pun jadi tidak perlu ditanyakan lagi!""Kalau begitu lebih baik aku membantu Patra saja. Daripada harus kehilangan karyawan kompeten, lebih baik aku membantunya bekerja saja! Aku akan memberinya proyek agar dia makin bersinar!" Mendadak Juan pun menjadi bersemangat membantu Patra. Sementara itu, Nero juga masih gelisah di apartemennya sendiri.Semakin Kania memakluminya, Nero semakin galau. Kania selalu bersikap positif, memakluminya, memahaminya, bersabar padanya, tapi sikap itu membuat Nero makin berasa bersalah. "Sial! Mengapa Kania harus bersikap seperti itu? Mengapa seolah dia tidak mempunyai emosi sama seka

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Bantuan yang Diminta

    Patra tidak bisa menyelesaikan laporannya hari itu, pertemuan dengan Nero benar-benar membuat fokusnya terbelah dan ia merasa tidak enak hati pada Axel. Untungnya, Axel sangat pengertian. Malahan Axel yang ingin melapor pada Nero bahwa laporannya belum selesai, tapi Patra mencegahnya karena tidak mau Nero melampiaskan sakit hatinya pada Axel. Dan di sinilah Patra, berdiri di depan Nero dengan sangat malu, padahal tadi ia sudah percaya diri bisa menyelesaikan laporannya. Nero sendiri sudah percaya diri melihat Patra mencarinya. Otak Nero sudah melayang jauh memikirkan Patra yang bersedia menjadi wanitanya, tapi kenyataannya tidak seperti yang ia pikir. "Bukankah tadi kau begitu percaya diri untuk menyelesaikan laporannya, Patra?""Tolong beri aku waktu sedikit lagi." Nero hanya mengangguk, sejenak menatap Patra seolah mempertimbangkan sesuatu, sebelum ia bangkit dari kursinya dan melangkah mendekati Patra. Patra sedikit tegang saat Nero melangkah ke arahnya sampai Patra langsung m

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Desakan Menikah

    "Aku yakin Patra dipaksa meninggalkan Pak Nero waktu itu. Bukankah biasanya orang kaya selalu merendahkan orang miskin? Apalagi Patra hanyalah anak sopir waktu itu. Melihat Patra menangis begitu sedih pasti ada sebuah kejadian yang benar-benar menyakitkan di sana sampai dia memutuskan pergi begitu saja. Kau juga berpikiran seperti itu kan, Selly?" desak Greedy berapi-api. Selly dan Greedy sudah keluar dari ruang kerja Patra karena para karyawan sudah kembali ke posisinya. Mereka pun akhirnya masuk ke toilet untuk menenangkan pikiran mereka yang masih syok dan juga membersihkan sisa air mata di wajah mereka. Namun, mendadak Greedy merasa sangat kasihan pada Patra. "Entahlah, Greedy! Aku tidak berani memikirkan apa pun. Tapi Patra sudah bilang kan kalau dia berusaha bangkit dari kenangan buruk, berarti itu memang buruk. Selama aku mengenal Patra, dia sangat positif. Tapi aku mulai berpikir bahwa mungkin di posisi Pak Nero juga menyakitkan. Ditinggalkan oleh wanita yang dicintainya .

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status