94*Grup Iring-iringan Pengantin* Yanuar : Gaes, sudah jalan? Zulfi : Yes. Sedang menuju gerbang kompleks utama. Alvaro : @Zulfi, Wirya ke mana? Zulfi : Dia ikut rombongan motor besar. Dibonceng Hisyam. Alvaro : Banyakkah yang pakai motor?Zulfi : Ya, sekitar 30-an motor. Alvaro : Berarti orangnya 60.Zulfi : Enggak. Yang boncengan cuma Wirya, Hisyam, Zein, Rupert, Dedi, Harwill, Rangga, Cayden, Aditya, Geoff, Harper, Harun, Gilbert, Beni, Paul, Nanang, dan tim Spanyol. Bos PG bawa motor sendirian. Yanuar : @Bakti, siapkan area khusus motor. Bakti : Siap, Komandan! Alvaro : Aku nelepon Yusuf, nggak diangkat. Yoga : Yusuf lagi jadi sopir mobil pengantin. Alvaro : Bukannya itu tugas Yono? Andri : Dia lagi sakit perut. Mobilnya jadi penutup konvoi. Haikal : Yono pasti sakit perut gara-gara sambal bakso kemarin malam. Aswin : Yups. Isi mangkuknya, cabe semua. Mardi : Aku lihat kuahnya, merinding. Jaka : Aku sempat nyobain. Sudahlah pedas, asem pula. Hamid : Yono lagi ngid
93Acara siraman Jauhari berlangsung penuh haru. Hampir semua orang turut menitikkan air mata, kala Ishwar dan Pujiyanti memandikan putra sulung mereka yang tengah terisak-isak. Kedua Nenek Jauhari, dituntun anak masing-masing untuk menyirami sang cucu. Kemudian giliran para Paman dan Bibi yang bergantian memandikan calon pengantin tersebut. Selanjutnya, giliran para tetua dari bos PG dan PC, yang dekat dengan Jauhari. Dimulai dari Sultan, Gustavo, Mediawan, Frederick, Kakek Edmundo, Babeh Aziz, Harsaya Kartawinata, Qianfan Vong, Frans, Finley, dan Ayah Zulfi. Para bos PG yang sangat dekat dengan Jauhari juga mendapatkan kesempatan untuk menyirami sang calon pengantin. Dimulai dari Baskara, Dante, Heru, Benigno, Ivan, Hadrian, Anto, Samudra, Harry, dan Ethan. Dilanjutkan dengan para pengawal lapis satu, yang diwakili Hamid, Haikal, Idris, Ilyas, Rusli, Darma dan Hans. Wirya menjadi pemimpin Power Rangers. Pria berbaju koko putih itu memeluk asisten kesayangannya sembari melafazka
92Rabu sore, tepat seusai asar, kediaman Ishwar dipenuhi ratusan orang. Mereka berkumpul di pekarangan depan yang telah ditutupi tenda biru.Jauhari mendatangi para tamu untuk beramah-tamah. Dia mendengarkan berbagai petuah tentang pernikahan, dari tetua keluarga dan para sahabat orang tuanya. Bila ada yang berpamitan, maka Jauhari akan memberikan tas berisikan souvenir pernikahan, nasi kotak dan aneka kue. Khusus untuk para bocah, Jauhari memberikan amplop berwarna-warni berisikan uang yang jumlahnya sama, yaitu 20 ribu per orang. Itu merupakan salah satu nazar Jauhari, yakni berbagi rezeki pada anak-anak, baik dari keluarga maupun warga sekitar. Tepat sebelum azan magrib, acara selamatan itu berakhir. Jauhari memasuki kamarnya untuk berganti pakaian, lalu mengambil wudu. Matahari sudah gelap sepenuhnya, kala belasan mobil berbagai tipe melaju keluar dari kompleks kediaman Ishwar. Seunit mobil van operasional PBK yang dipinjam Jauhari untuk mengangkut banyak makanan, melaju me
91Sekelompok orang tengah mengamati pasangan calon pengantin baru, yang sedang diarahkan Said, agar pengambilan fotonya bagus. Avreen yang sudah terbiasa menjadi model, tampak santai dan sangat luwes. Sementara Jauhari, masih harus sering diarahkan agar bisa mengimbangi calon istrinya. Berbeda dengan banyak foto pre wedding yang biasanya pasangan calon pengantin akan berdempetan, Jauhari dan Avreen nyaris tidak bersentuhan. Said sengaja mengatur angle yang sopan, karena khawatir akan diprotes para tetua keluarga Gahyaka, yang memang lebih kaku daripada keluarga Pramudya. Jauhari dan Avreen baru berdekatan serta berpegangan tangan, saat syuting video. Keduanya mengikuti arahan Said sampai tuntas. Kemudian Jauhari meminta bergaya bebas. Laura, Kyle, Aisyah, Tyas dan Viviane serta Jasmine yang menonton sesi itu dari dalam restoran, tergelak ketika para sahabat Jauhari memulai adegan yang telah mereka rancang sejak semalam. Hisyam, Qadry, Chairil dan Harun, mengangkat Jauhari, lalu
90Sang surya menyinari bumi dengan separuh kekuatannya. Angin sepoi-srpoi berembus dan menggoyangkan dedaunan di dahan pohon-pohon. Ratusan orang memenuhi seputar masjid di dekat kediaman Ishwar. Mereka menunaikan salat Iedul Fitri, lalu mendengarkan khotbah yang cukup panjang, dan dilanjutkan dengan pembacaan doa. Puluhan menit terlewati. Jauhari telah berada di rumahnya dan sedang bersimpuh di lutut kedua orang tuanya. Lelaki berlesung pipi tersebut, nyaris tidak bisa mengucapkan apa pun. Jauhari sesenggukan, karena merasa sangat bersalah pada Ishwar dan Pujiyanti. Ishwar mengusap rambut putra sulungnya sambil berusaha menenangkan Jauhari. Sementara Pujiyanti sibuk mengusap lelehan air di wajahnya dengan gumpalan tisu. Setelah Jauhari menjauh, giliran Jasmine dan Jariz yang memohon ampunan pada orang tua mereka. Meskipun tidak sesenggukan seperti Jauhari, tetapi Jasmine juga terisak-isak. Jariz yang terlihat lebih tegar daripada kedua kakaknya, menyambangi Jauhari dan menyala
89Acara sahur di kediaman Jauhari, subuh itu sangat meriah. Semua pengawal yang tinggal di cluster yang sama, datang sejak jam setengah 4. Mereka bekerjasama menghamparkan karpet dan tikar di pekarangan rumah Hisyam serta Jauhari, yang memang dibuat tanpa sekat. Selain kedua rumah itu, empat rumah lainnya yang berderet juga tidak ada pembatas, dan hanya memiliki pagar depan.Para pemiliknya telah meminta seperti itu pada pengembangnya, yaitu perusahaan milik Tio, Baskara, Dante, Heru, Ivan, Hadrian dan Tristan, yang bernama BHANDIT.Tepat jam 4, acara sahur dimulai. Ishwar ikut bergabung dengan teman-teman anaknya di halaman. Sementara Pujiyanti, Jasmine dan para istri pengawal muda, berada di ruang tamu kediaman Jauhari. Renze Zyaire, anak Hisyam dan Utari, sibuk jalan ke sana ke sini sambil membawa apa pun yang dicomotnya dari piring para Om di area depan. Bayi yang usianya hampir setahun tersebut, menjadi rebutan banyak orang, karena pipinya yang tembam, dan tingkahnya yang meng
88Hari yang dinantikan pun tiba. Jauhari begitu antusias untuk segera tiba di Indonesia. Namun, Jauhari harus bersabar menunggu hingga pesawat mendarat di Bandara internasional Soekarno-Hatta. Jauhari dan seluruh anggota tim dari Indonesia, menumpangi pesawat milik Sultan yang dikerahkan untuk menjemput mereka. Sedangkan sisanya, berada di pesawat pribadi milik Timothy. Pukul 15.30 WIB, kedua pesawat mendarat di landasan. Para pilot mengarahkan kendaraan masing-masing menuju tempat pemberhentian khusus pesawat pribadi. Seusai pintu terbuka, Dedi menjadi orang yang pertama turun dari pesawat pertama. Sementara dari pesawat kedua, Taylor keluar terlebih dahulu. Jauhari sengaja turun paling akhir. Dia menyalami semua kru pesawat, lalu berdiri di dekat pintu untuk mengamati sekitar, seraya tersenyum. Pria bersetelan safari hitam, menuruni undakan tangga. Dia meneruskan berjalan menuju ruang tunggu, sambil memvideokan sekeliling menggunakan kamera digital beresolusi tinggi miliknya.
87*Grup pengawas pengawal dan pengawas sekuriti area Australia* Nadhif : Welcome, Ladies and Gentleman. Jauhari : Loh, ada grup baru? Nadhif : Yang lama, namanya diganti, Bang @Ari. Dedi : Anggota di grup lama pada nggak mau keluar.Chatur : Sudah di-kick pun, ehh, masuk lagi. Jauhari : Aku baru ngeh, fotonya, lucu. Yusuf : Foto siapa itu? Hisyam : Aku kayak pernah lihat, tapi lupa di mana. Nanang : Kayak foto Teh Aruna. Jeffrey : Bukan, itu foto Katley waktu umur setahunan. Ibrahim : Katley rambutnya cokelat. Ini, rada hitam. Fawwaz : Katley juga lebih putih. Wirya : Kalian ini. Matanya payah! Chairil : Foto siapa itu? @Bang W. Wirya : Foto Avreen itu. Jauhari : Aku nggak ngeh! Kurt : Aku salah tebak. Kupikir itu fotonya Kak May. Alvaro : Ya, May dan Avreen, waktu kecilnya memang mirip. Yanuar : Gedenya juga tetap mirip. Beda di mata, bibir dan dagu. Mata Avreen agak sendu. Kalau May, matanya tajam.Yoga : Plus tinggi badan. Avreen lebih menjulang. Haryono : Berap
86Selama beberapa hari berikutnya, Khairani gelisah. Dia memikirkan perkataan Harzan, yang telah menyentil egonya. Setelah berdebat dalam hati, akhirnya Khairani memutuskan untuk menelepon Jauhari. Dia mengirimkan pesan terlebih dahulu, untuk memastikan jika pria tersebut sedang tidak sibuk. Akan tetapi, bukan balasan pesan yang diterima Khairani, melainkan panggilan dari Jauhari-lah yang masuk ke ponselnya. "Waalaikumsalam," tukas Khairani menjawab salam lelaki, yang namanya masih terukir dalam hati gadis tersebut. "Sehat, Ran?" tanya Jauhari. "Ya. Abang, gimana?" "Alhamdulillah. Aku sangat sehat." "Ehm, lagi nyantai?" "Ya." Jauhari terdiam sejenak, kemudian dia berkata, "Ran, bentar lagi bulan puasa. Aku mau minta maaf, jika selama kita bersahabat, ada kata-kata atau sikapku yang salah." Khairani menggeleng, lupa bila tidak sedang berhadapan dengan Jauhari. "Abang nggak ada salah. Justru aku yang sering banget ngerepotin Abang." "Aku nggak merasa direpotkan." "Iyekan jak