Share

Bab 2 - Malam pertama dan kedua

Erik kembali mengintimidasi Linda dengan mengancam akan melakukan sesuatu pada proyek yang dikerjakan ayahnya.

"Apa maksudmu menyeret ayahku dalam masalah kita mas?"

Erik meletakkan tangannya di daun telinga Linda, lalu menjawab pertanyaannya dengan suara lembut. "Aku bisa saja menyuruh preman untuk merusak apapun yang ayahmu kerjakan. Dengan begitu hutangnya dengan perusahaan kami akan bertambah dan kau tetap jadi milikku."

Setelah mengatakan itu Erik mencium Linda. Linda menampar Erik hingga suara tamparannya didengar oleh pembantu di luar kamar.

Sejak kecil Erik tidak pernah menerima tamparan sekeras itu. Bahaya jika lebam di pipinya sampai terekspos ke media.

Linda menatap tajam ke pipi Erik, dia juga tidak menyangka tamparannya akan membuat wajah suaminya membiru.

"Ma-maaf mas! Itu salah kamu yang tiba-tiba menciumku!!"

Erik meraba pipinya dengan kasar seraya memuji tenaga Linda yang teramat besar. "Aku mencium kamu, lalu kamu menampar aku. Kita sudah impas kan?" Seharusnya Linda menamparnya lebih keras lagi.

Erik terus mempermainkan dirinya. Laki-laki itu mencium disana sini, berusaha mencari titik lemah Linda.

Linda yang tidak punya kekuatan apalagi dukungan hanya bisa pasrah ketika laki-laki itu mulai menyentuhnya. Ancaman Erik membuatnya kehilangan semangat untuk melawan. Erik pun sadar akan hal tersebut. Linda berubah pasif saat mendengar kekasihnya dalam bahaya.

Meskipun menolak untuk bercinta Linda membiarkan Erik meraba tubuhnya sepuasnya. Setiap kali jari-jari kasar Erik menyentuhnya Linda akan berdebar dan jijik. "Silahkan raba aku, tapi jangan ambil keperawananku!"

"Uhuk, teganya kamu menutup aurat di depan suami sah mu."

"Untuk hari ini aku akan mengalah."

Satu persatu baju Linda dilepas dari tubuhnya. Tubuh Linda yang masih muda dan tidak pernah disentuh oleh siapapun sangat menarik minat untuk memainkannya.

Yang Linda duduk di atas ranjang, mematung dan tanpa ekspresi. Rasanya seperti memainkan manekin, sangat hambar jika si wanita tidak melawan.

"Ha ha ha ha! Ekspresi datarmu membuatku semakin semangat!" Erik bertekad akan menjadikan manekin ini wanita yang rela menyerahkan segalanya untuk mendapat cintanya. Tapi bagaimana caranya?

Erik berfantasi bahwa suatu hari nanti Linda akan datang kepadanya dengan penuh sukarela dan cinta. Cintanya belum terbalas untuk saat ini. Karena itulah Erik berniat mencari pria yang disukai Linda.

Ada tamu penting yang baru pertama kali datang ke rumah yang dijuluki emas putih itu.

Linda terkejut mendapati orang tuanya datang bersama orang tua Erik.

"Apa yang ayah dan ibu lakukan?" Tanya Linda penuh selidik.

Beliau bernama Saraswati, ibu kandung Linda. Biasa dipanggil bu Sara.

Bu Sara meletakkan tangan di ubun-ubun Linda, diikuti sang ayah yang turut memeluk Linda dengan erat.

"A-ayah... ada apa ini? "

"Kami datang untuk membahas kontrak pernikahan kalian." Jawab wanita bermantel biru. Seorang model sekaligus ibu angkat Erik.

Jantung Linda berdegup sangat kencang saat ibu Erik membacakan surat putusan yang dia tulis sendiri.

"Seperti yang sudah kita sepakati bersama. Bahwasanya, Linda Bramasta, anak dari pasangan Bagas Bramasta dan Saraswati akan menjadi istri kontrak anak kami yang bernama Erik Bayroad."

"Kontrak ini akan kadaluwarsa setelah satu tahun sejak tanggal pernikahan anak kami dan anak kalian. Sekian, terima kasih."

Ayah Linda bertepuk tangan saking senangnya dengan pernikahan anaknya. Saraswati tersenyum lembut pada Linda. Linda masih memikirkan cara mengatasi ancaman Erik sebelumnya. Entah dia akan memperingatkan kekasihnya atau malah akan kabur dari rumah ini. Segalanya masih perlu diputuskan.

"Bagaimana menurutmu Linda?" Tanya Erik tiba-tiba.

"... ... ."

"...aku senang."

Jawaban penuh keraguan Linda membuat Erik tidak tahan untuk mengganggunya.

Erik merangkul Linda sembari menyentuh dagu lancipnya. Linda berkata dalam hati. "Dia tidak akan protes kan? Keputusan impulsif nya itu tidak berdasar. Bagaimana bisa dia bersikap kekanakan padahal dirinya seorang detektif."

Linda berkata pada Erik. "Kamu dengar isi kontraknya kan? Jangan berpikir untuk memperpanjangnya!"

Linda menatap ayahnya. "Ayah bisa melunasi hutang dalam satu tahun? Kalau tidak bisa, aku akan membantu ayah mengumpulkan uang!"

Erik terdiam mendengar pengakuan Linda. Linda melanjutkan. "Aku akan mencari pekerjaan sampingan dengan menjadi streamer. Dengan wajah cantikku, pasti banyak orang yang tertarik mengikutiku. Dengan begitu uang untuk melunasi hutang akan terkumpul dengan lebih cepat."

Revan Bayroad tidak senang dengan niat Linda. Dia mendahului ayah Linda berbicara lalu mendekati menantunya itu.

"Kau tidak boleh bekerja jika suamimu tidak memberikan izin. Ingat! Istri adalah milik suaminya."

Seperti yang diharapkan oleh Revan, Erik tidak mengizinkan Linda bekerja. "Maaf sayang. Aku menikahimu karena kesepian. Jika kamu juga bekerja, dengan siapa aku harus berkeluh kesah dan bercinta?"

Erik yang kesal menunjukkan taringnya di depan orang tua Linda. Dengan gamblang menjelaskan syarat yang harus dipenuhi Linda selama menjadi istri Erik.

"Selama satu tahun, kamu harus menurut secara penuh padaku. Jangan membangkang apalagi bepergian tanpa memberitahuku. Kalau aku bilang jangan keluar kamar, maka jangan. Kamu juga tidak berhak menolak ajakanku."

Linda mengangguk. Erik belum mengeluarkan senjata rahasianya dan inilah saatnya mengeluarkan itu. "Plus! Kamu tidak boleh berhubungan asmara dengan siapapun. Jadi aku ingin kamu putus dengan pacarmu."

"... ... !"

"Semua mata tertuju pada Linda. Tentu saja orang tuanya tahu ada pria lain, tapi orang tua Erik sama sekali tidak tahu kalau Linda punya pacar.

Sara berbohong soal status Linda dan itu membuat ibu Erik sangat marah.

"APA! KAMU BILANG ANAKMU MASIH SINGLE?!"

Pertemuan hangat itu berubah ricuh saat ibu Erik membanting tas ke meja. Pecahan meja kaca berserakan di kaki Linda, membuatnya ketakutan setengah mati.

"Jangan takut, kalau ada yang akan mampus, itu ibumu bukan kamu." Hibur Erik, atau tidak.

"Tolong tenangkan ibumu! Kumohon!" Linda memohon seraya menarik dasi merah Erik.

Erik pun menunjukkan karismanya dengan menghentikan pertengkaran antar ibunya dan Sara.

"Aku tahu yang ibu khawatirkan. Tidak apa-apa. Aku sudah mengeceknya tadi malam, dia masih rapat kok."

Cindy, ibu Erik mengusap dada dengan lega.

Linda tahu itu bohong. Erik belum pernah menyentuhnya secara intim. Lebih lanjut Erik meminta pada ayah dan ibu Linda untuk memberitahu pacar Linda kalau Linda sudah menikah dan bersuami.

"Pasti. Pasti akan saya beritahu dia!"

"Ah ha ha, tidak perlu terlalu formal ayah. "

Tanpa bicara apapun lagi Erik meminta kedua tamunya pergi. Linda tentu tidak membiarkan mereka pergi begitu saja, Linda menitipkan pesan untuk pacarnya. "Ayah, tolong sampaikan ke mas Rudi. Kami tidak akan bisa berkomunikasi selama satu tahun. Tapi aku berjanji akan menemuinya lagi!"

Bagas mengangguk. "Ingat Linda! Kamu melakukan ini untuk mengurangi 50% beban hutang ayah. Jangan buat tuan Bayroad marah supaya tidak terjadi hal buruk pada kamu!"

Linda mengangguk. Begitulah semuanya dimulai. Tahun yang tidak akan pernah dilupakan Linda.

Malam harinya, untuk pertama kalinya Linda menghadiri makan malam di meja makan.

Keluarga Bayroad yang tersisa di rumah itu hanya Linda dan Erik Bayroad. Untuk beberapa alasan Linda bersyukur hanya ada mereka berdua. Linda tidak bisa membayangkan akan seramai apa rumah ini jika seluruh keluarga Bayroad berkumpul.

Khusus untuk malam itu, Erik sendiri yang memasak hidangan makan malam. Para maid sudah berusaha menggantikannya namun Erik tetap bersikukuh menyiapkan semuanya sendiri.

Erik hanya memasak 3 jenis hidangan untuk Linda dan tidak ketinggalan makanan pokok wajib orang Indonesia. "Kamu suka nasi kan?"

"Iya." sahut Linda seraya mengangkat piring dan Erik menyendok nasi ke piring Linda.

Erik mengatur ruang tengah mereka agar terasa seperti di rumah Linda. Dia sudah menyelidiki wanitanya sangat dalam tanpa bantuan siapapun. Salah satu detail yang ditambahkan adalah keberadaan boneka beruang, teddy bear, di salah satu kursi.

Keberadaan Teddy bear itu mengganggu Linda. Linda pun menanyakan maksud keberadaan boneka itu disana.

"Mas, kenapa kamu menaruh boneka di kursi?"

"Teddy bear itu milik adik laki-lakiku yang paling kecil. Dia selalu makan sambil memegang teddy bear. Aku menaruhnya disana karena merindukannya."

Linda yang polos mempercayai kebohongan Erik. Linda bertanya lagi. "Boleh aku bertanya lagi?"

"Aku yakin kamu penasaran dimana anggota keluarga Bayroad yang lain."

Linda mengangguk, Erik berhasil membaca pikirannya.

"Mereka sedang dalam perjalanan bisnis. Ayah dan ibuku hanya mampir sebentar untuk berpamitan. Sedangkan saudara ku yang berjumlah dua orang masih sekolah. Mereka tidak pulang ke rumah ini kecuali libur musim dingin dan musim panas."

Mengetahui iparnya menempuh pendidikan di sekolah berasrama, kemungkinan sekolah mereka cukup elit.

Linda dan Erik makan dengan tenang. Tidak ada kalimat intimidasi dam ancaman seperti tadi siang. Ketenangan itu terus berlanjut, setidaknya hingga Erik selesai makan.

"Karena sudah makan sekarang saatnya melayani suamimu. Tinggalkan piringnya, biarkan para maid melakukan tugas mereka."

Erik menarik Linda ke kamar. Lebih seperti menyeretnya secara halus. Linda menatap wajah Erik dengan gemetar. Malam itu telah tiba. Malam dimana dia harus merelakan keperawanannya untuk dijamah secara penuh oleh suaminya.

Namun, belum sempat Erik melihat tubuh bugil Linda, bawahannya meneleponnya.

"Permisi sayang,"

Erik memalingkan badan, itulah kesempatan Linda untuk memikirkan alasan supaya tidak ditiduri malam ini.

Tapi sekeras apapun Linda berpikir, tidak ada cara menghindari malam terkutuk ini.

Ah tidak, ada satu cara. Seperti yang kita tahu Linda memiliki phobia terhadap makhluk kecil seperti kecoa. Asalkan bisa menemukan hewan kotor itu, Linda bisa berpura-pura pingsan dan melewati malam dengan tenang.

Tetapi rencana itu memerlukan waktu sementara Erik sudah berada di depannya. Tubuh atletis Erik membuat Linda tergoda sesaat.

"Sekarang semua jalan keluar telah tertutup." Bisik Erik di telinga Linda.

"Tidak, mas, aku belum siap... "

"Aku enggak peduli,"

Bibir mereka bersentuhan, lebih tepatnya Erik yang duluan menyentuh bibir Linda. Pada akhirnya malam terkutuk itu datang dan Linda kehilangan keperawanannya.

Keesokan paginya.

Linda bangun dalam kondisi telanjang. Ingatan tadi malam menjadi momok mengerikan sekaligus pengalaman tak terlupakan. Linda merasa gila saat mengingat aktivitas mereka tadi malam.

Erik sedang menatap ke jendela besar sambil mengenakan handuk tidur warna coklat dan menyeruput teh hangat.

Linda masih menghindari mata Erik, dia berpura-pura tidur hingga sentuhan tangan Erik membuatnya terperanjat. Perlahan dia menjauh, tampangnya sangat puas.

"Aku tidak akan banyak berkomentar. Sebenarnya aku sangat bersyukur kamu masih perawan."

Ada jarak yang membatasi keduanya. Linda tidak merespon ucapan Erik.

"Tidak apa kamu diam. Toh hari ini aku akan mengubahmu selamanya."

Kalimat penuh misteri Erik selalu membuat Linda penasaran. Lebih penasaran lagi kenapa hari ini Erik tidak bekerja.

"Kamu tidak kerja hari ini mas?"

"Aku hanya bekerja saat ada kasus tingkat kuning. Kasus yang diterima agensiku terbagi jadi 4, putih, hijau, kuning, dan merah. Kasus putih dan hijau ditangani oleh anak buahku."

"Ada hal yang ingin aku lakukan, dan kamu harus ikut denganku."

Erik menyinggung aturan pernikahan kontrak mereka. Selama satu tahun Linda harus melakukan apapun yang Erik perintahkan. Perjanjiannya memang mencekik, karena itulah Linda berusaha mencari celah untuk tidak menurut.

"Ha-hari ini aku tidak bisa pergi. Kakiku masih lemas gara-gara tadi malam."

"Gara-gara? Kamu tidak senang dengan 'malam itu'?"

"Tidak! Bukan begitu maksudku! Kakiku kebas karena kamu mainnya terlalu-" Linda menghentikan kata-katanya karena malu.

Setelah itu Linda pergi ke kamar mandi, membersihkan diri, lanjut ke ruang ganti yang berada di sebelah kamarnya.

Para pembantu melayani Linda, mulai dari memakaikan baju hingga merias wajahnya. Semua fasilitas rumah itu untuk Linda. Rasanya seperti menjadi putri yang hanya harus ada untuk pangeran.

Para pembantu tidak diizinkan berbicara kecuali Linda yang mengajak. Mereka tidak menyukai Linda karena kejadian pemukulan hari itu.

Setelah berdandan Linda berjalan cepat ke ruang tengah tempat Erik menunggu. Suaminya itu tengah mempersiapkan senjata secara diam-diam.

Linda tidak mengetahui bahwa suaminya telah menemukan identitas pria yang begitu Linda cintai. Yang pasti bukan Erik Bayroad, pria itu hanya pekerja sipil yang kebetulan bertemu dan jatuh hati pada Linda.

Mereka berdua berangkat ke taman kota dengan mobil pribadi dan dikendarai oleh supir pribadi. Linda merasa memiliki kesempatan untuk bertanya setelah sekian lama.

"Mas, sebenarnya apa yang kamu sukai dariku?" Tanya Linda kepada Erik yang duduk di sampingnya.

"Aku menyukaimu karena kamu cantik dan karena masa lalumu yang menarik." jawab Erik tanpa melihat Linda.

Erik begitu pemilih sehingga harus mengetahui segala hal dari pasangannya, dan masa lalu adalah salah satu faktor yang paling diperhatikan Erik.

Seperti yang Erik katakan. Linda memiliki masa lalu yang menarik bersama keluarga dan kekasihnya. Bisa dibilang kekasihnya adalah orang dibalik kesuksesan Linda dalam bidang akademik.

Tapi ada satu lembar catatan yang mengubah pandangan Erik terhadap Linda.

Mobil mereka berhenti di taman kota. Taman yang dibangun atas inisiatif perdana menteri untuk mengenang jasa pahlawan kemerdekaan yang ke 70.

Tempat itu ramai tidak seperti biasanya. Tiba-tiba Erik mendorong Linda hingga terjatuh.

"Apa yang kamu lakukan?" Seru Linda sambil menyeka lututnya yang kena pasir.

Erik menjawab. "Aku sadar aku tidak bisa mengandalkan ayah dan ibumu. Di salah satu tempat di taman ini ada mantan pacarmu. Temukan dia dan minta dia memutus semua kontak!"

"Waktu kamu satu jam. Jika lewat dari itu kamu masih belum kembali kesini, aku akan mengirim preman untuk memukuli mantan pacarmu."

Horor. Seperti itulah atmoster Erik setiap kali mengancam seseorang. Linda bukan anak rumahan yang tidak pernah bertengkar dengan orang lain, sebelumnya Linda pernah diancam dengan cara serupa.

Tetapi seperti yang dikatakan sebelumnya, ancaman Erik terasa sangat horor. Terutama tatapan dan bahasa tubuhnya yang sedang sengaja memotong lehernya dengan ibu jari.

Linda perlu waktu memahami permainan Erik. Apakah dia tidak bisa minta bantuan orang lain? Mengapa orang-orang hanya melihat dan tidak membantunya?

"Oh ya, satu hal lagi. Semua pengunjung adalah aktor yang kubayar untuk menyulitkanmu, jadi jangan buang waktu dengan meminta pertolongan mereka."

Linda ingin menangis. Hatinya sangat sakit dijadikan pertunjukkan oleh orang yang dia benci. Ditambah lagi dalam waktu sejam Linda harus memutus semua kontak dengan mantan pacarnya.

Linda memulai pencarian ke arah barat, tempat berdirinya Glass House. Akhirnya setelah 27 menit mencari, Linda menemukan pacarnya di atas jembatan taman.

"Mas Rudi!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status