Share

Terjerat Deduksi Detektif Kejam
Terjerat Deduksi Detektif Kejam
Author: Elytra12

Bab 1 - Pernikahan paksaan

Seorang gadis menyeret kaki di atas tanah yang becek. Di bawah hujan rintik yang membasahi gaunnya gadis itu seolah tidak peduli.

Linda menghentikan langkahnya di bawah pohon rindang tempat dia biasa bermain. Usianya 25 tahun, dia baru lulus kuliah dan sedang dalam fase mencari pekerjaan, namun sesuatu yang tidak disangka-sangka menghapus jalannya.

Di tempat persembunyiannya, Linda duduk seraya memeluk kedua lutut kakinya. Berharap mengenang masa masa indah sebagai anak polos.

Anehnya, Linda malah menangis. Dia tidak rela, tidak rela menjadi barang gadai untuk melunasi hutang kedua orang tuanya.

Linda meraba pohon dan berbicara pada sang rindang. "Aku tidak bisa menjalani hidup dengan paksaan. Aku ingin hidup bebas, menikahi pria baik dan pengertian lalu memiliki 2 anak. Apa mimpi itu terlalu indah untukku dambakan?"

Sang rindang tidak bisa membalas ucapan Linda, dia ada untuk mempercantik dunia bukan mengabulkan harapan gadis yang menderita.

Begitu sakit hati Linda saat ini tatkala mendengar langkah kaki dari belakang pohon.

Pria bersetelan hitam itu adalah calon suaminya. Dia tampak normal. Sorot matanya yang lembut membuat Linda tidak tahan menatapnya.

"Aku tahu kamu ada disini. Jejakmu selalu mengarah ke pohon besar ini." Ucap Erik seraya tersenyum tipis menatap pohon pinus kesayangan Linda.

Erik mengulurkan tangannya namun Linda menepisnya.

"Jangan sentuh aku! Kita bukan suami istri!"

Erik mengusap tangannya. Begitu kuat pukulan Linda hingga tangan Erik kebas.

Dengan tatapan kecut Linda melanjutkan kalimatnya. "Bahkan meskipun kita sudah sah, aku tidak sudi disentuh olehmu. Kau dan ayahmu yang kejam memaksaku menerima pernikahan ini!"

Linda melempar segenggam tanah ke baju Erik. Sontak karisma Erik dalam setelan pengantin pun menurun.

Dengan wajah ketus Erik meninggalkan Linda yang keras kepala lalu membawa orang tua Linda untuk membujuk Linda kembali ke pesta pernikahan.

Sang ibu sangat khawatir karena anaknya yang cantik menghilang dari ruang rias, beruntung Erik bisa menemukan dan membujuknya untuk kembali.

Bagi Linda kebaikan Erik lebih seperti rantai yang membelenggu lehernya. Linda segera diseret ke pernikahan oleh kedua orang tuanya.

Erik sempat memiliki masalah dengan bajunya, namun dia memutuskan untuk tetap memakainya dengan alasan tidak ada baju ganti yang lebih pas dari jas yang dia pakai saat ini.

Erik hanya tersenyum cerah setiap kali berhadapan dengan Linda yang memasang ekspresi kecut.

Sekali lagi, Linda menolak menggandeng tangan Erik. Namun apalah daya, pendapatnya tidak lebih besar dari keinginan orang tuanya yang gila harta.

Sebenarnya orang tua Linda cukup kaya. Akan tetapi, mereka memiliki hutang atas properti yang terbakar saat menjalankan proyek. Properti itu milik keluarga Bayroad. Keluarga calon suami Linda.

Linda berusaha untuk tersenyum selama pesta pernikahan. Hatinya bergetar saat Erik memasang cincin pernikahan di jari manisnya.

"Momen ini, harusnya bukan dengan dia ... " Usaha Linda menahan tangis mencapai titik maksimal di momen ini.

Berbanding terbalik dengan mempelai wanita, yang menelan pil pahit di hari pernikahannya, Erik Bayroad justru menerima Linda sepenuh hati.

Setelah menerima cincin dan memotong kue pernikahan, keduanya duduk di pelaminan. Momen yang tidak akan pernah keduanya lupakan.

Linda menjadi bagian keluarga Bayroad. Namanya diganti jadi Linda Bayroad mengikuti nama suaminya.

Hari pertama Linda sebagai istri Erik. Erik membangunkan Linda yang tertidur dengan baju pengantinnya. Sentuhan tangan Erik sangat lembut, tidak seperti yang Linda bayangkan.

"Bangun Lin. Kamu tidak akan kesiangan di hari pertama pernikahan kita kan?"

Linda mengusap matanya yang berair karena menangis. Dia tidak bisa tidur seranjang dengan pria jahat.

"Kamu menangis?" tanya Erik dengan nada terkejut.

"Kenapa sih mas? Kamu perhatian banget ke aku? Aku sudah bilang tidak sudi jadi istri kamu."

Linda kembali menangis.

Melihat keadaan Linda Erik pun tidak ambil pusing dan memilih meninggalkannya.

Erik berpikir. "Ini masih hari pertama. Dia pasti akan membuka hatinya kalau aku terus bersikap baik padanya."

Erik teringat awal mula perjodohannya dengan Linda. Erik tidak mengerti apa yang kurang dari dirinya selain pekerjaan yang terkadang memburukkan citranya di mata masyarakat.

Erik bekerja sebagai detektif di kantor swasta. Dia terkenal kejam dan tegas.Namun, di mata keluarga dia adalah pria sempurna yang tidak seharusnya mengalami kesulitan dalam pernikahan dan percintaan.

Erik juga cukup menyukai Linda. Baginya Linda tidak hanya cantik, tetapi juga berprestasi. Ditambah, Linda memiliki pesona keibuan yang kuat. Erik menyukai wanita yang dewasa secara mental dan psikis seperti Linda.

Erik sebenarnya orang baik. Dia hanya kejam kepada kriminal tapi orang-orang sudah terlanjur menyebarkan rumor buruk tentangnya.

Kembali ke Linda. Linda menilai dirinya sebagai wanita muda yang tidak layak mendapat kesulitan hidup. Dia memiliki seorang kekasih berusia sama yang menurutnya tidak kalah sempurna dari suaminya.

Sayangnya perkara hutang membuatnya terjerat kontrak pernikahan. Linda masih tidak rela tinggal serumah dengan pria asing. Hatinya penuh akan kebencian, perasaan itu membuatnya ingin muntah. Linda tidak tahan lagi, dia ingin kabur dari rumah besar itu dan menemui kekasihnya yang sebenarnya.

Linda keluar dari kamar Erik. Matanya terbelalak ketika menyadari kemegahan rumah yang dia masuki kemarin malam.

Ornamen serba putih dan granit yang menutupi rumah ini sangat cantik. Bahkan ada beberapa pembantu, wanita muda, yang mengenakan seragam putih serasi.

Linda meminta bantuan ke salah satu pembantu yang sedang mengerjakan pekerjaan rumah. "Maaf, permisi, dimana pintu depan rumah ini?"

"Selamat pagi Nyonya. Anda benar-benar tidak tahu?" Pembantu itu bertanya balik karena merasa aneh dengan Linda.

Linda menggeleng, wajahnya tampak sangat polos. Tidak tega melihat istri majikannya kebingungan pembantu itu membantunya tanpa tahu Linda ingin melarikan diri.

Saat Linda melihat jalan keluar, dia langsung berlari tanpa memperdulikan si pembantu yang berteriak kepadanya. Konyolnya, lantai di depan pintu masih basah sehingga Linda terpeleset lalu membentur lantai dengan cukup keras.

Darah membanjiri ubun-ubunnya. Rasa sakit itu melengkapi penderitaan hatinya, seperti sepasang merpati yang melambangkan penderitaan.

"Nona! Kepala anda berdarah!"

"TOLONG BANTU KAMI!!"

Para pembantu menggotong Linda ke kamar Erik, merawat lukanya lalu meminta Linda tetap di kamar.

"Mereka sangat sigap. Pasti penghuni rumah ini betah kalau ada mereka. Mereka juga cantik, lantas kenapa pria itu menikahiku padahal di rumahnya ada banyak pembantu cantik?" Gumam Linda dalam hati.

"Aku tidak mau sekamar dengan pria kejam itu! Apa yang bisa aku-"

Erik datang membawa obat pereda rasa sakit. Linda menolak minum obat pemberian Erik, dengan alasan obat itu terlalu pahit.

Erik menarik nafas panjang.

"Maafkan kecerobohan pembantuku. Tapi kau juga salah, berlari seperti dikejar anjing di dalam rumah."

Linda hanya menatap kosong ke arah dinding. Kesabaran Erik diuji setiap kali berhadapan dengan Linda. Sifat keras kepalanya terkadang membuat Erik muak.

"Aku tahu, kamu tidak menyukai keputusan ini. Tapi bisakah kamu menunjukkan sedikit saja rasa suka terhadapku?"

"Contohnya seperti apa?" Linda akhirnya merespon ucapan Erik meskipun dia bertanya balik.

Erik berpikir sejenak. "Misalnya ... Temani aku mandi."

Erik memperhatikan reaksi Linda. Meski wajahnya menghadap ke tembok Erik bisa melihat ekspresi kecut di wajahnya.

"Bagaimana, kamu mau melakukannya?"

Linda menjawab dengan ragu-ragu. "Kamu tahu kan, aku menikah karena dipaksa. Aku ... Tidak ingin melakukan hubungan suami istri ataupun mandi bersama."

Tiba-tiba Erik harus mengangkat telepon. Kasus baru diterima oleh karyawan di kantornya.

"Kita lanjutkan pembicaraan ini nanti!"

Di depan pintu kamar Erik mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya pada Linda. "Lin, aku ... Aku mencintaimu dengan tulus meskipun pernikahan paksaan lah yang mempertemukan kita."

"Tolong jangan pergi dari rumah ini sampai aku kembali. Masih ada banyak hal yang belum kamu ketahui tentangku, yang mungkin bisa mengubah keputusanmu."

Linda duduk di pojok kamar, di atas lantai yang hangat, menunggu suami sahnya kembali.

Linda tidak habis pikir. Erik terlalu lembut untuk seseorang yang dijuluki detektif kejam. Entah sejak kapan rumor itu berkembang, yang jelas Erik pernah menunjukkan kekejamannya satu kali. Dan itu adalah saat Erik menikahinya dan menyeret Linda ke rumah besar itu.

"Omong kosong. Apa kamu terlalu sibuk bekerja sehingga tidak memiliki teman? Atau kamu terlalu kejam sehingga rekan kerjamu takut padamu? Bagiku kamu hanyalah pria brengsek!"

Linda merogoh saku celana di balik gaunnya. Rumah itu seperti penjara. Linda merasa takut. Sangat takut, seperti tahanan perang.

Dengan gemetar Linda menekan satu-persatu aplikasi di hp nya lalu menelepon ibunya.

"Halo ... Ibu. Bisakah ibu datang ke rumah keluarga Bayroad?"

Bibir Linda bergetar hebat sampai giginya berbenturan, dia seperti orang kedinginan. Linda tidak mampu melanjutkan telepon itu syok akibat terbentur menyebabkan dia sakit kepala ekstrem dan akhirnya jatuh pingsan.

Pembantu yang menjaga Linda terkejut, mendapati Linda tumbang di pojok ruangan. Mereka pun bergegas menaikkannya ke ranjang.

Kepala Linda masih berdarah walaupun sudah diperban, seorang pembantu senior menyuruh juniornya untuk menjaga Linda.

"Sebaiknya kamu tetap disini, mbak Tari. Biar kakak yang mengerjakan bagianmu selama kamu menjaga Nyonya." ucap pembantu perempuan yang usianya 4 tahun lebih tua dari Mbak Tari.

"Iya, memang sebaiknya begitu." Tambah pembantu lainnya.

Tari perlahan meletakkan alat pel supaya Linda tidak terganggu, kemudian duduk di pojok ruangan yang paling bersih.

Keesokan harinya Erik datang dengan membawa hadiah. Hadiah itu tidak lain ditujukan untuk Linda.

Tiba-tiba terdengar suara barang pecah dari kamar Erik dan Linda.

"Oh tidak! di kamarku ada keramik peninggalan kakek, kuharap Linda tidak memecahkannya!"

Saking terburu-burunya, Erik sampai menendang pintu kamar. Alangkah terkejutnya Erik mendapati Linda memegang vas keramik yang berlumuran darah. Sementara Tari berbaring dengan dahi terluka seperti Linda.

Apakah kejadiannya sesuai dengan yang dipikirkan Erik Bayroad?

Apa yang terjadi pada Linda dan Tari?

Keadaan ini jauh lebih buruk dari yang Erik bayangkan. Tidak ingin Linda makin tertekan, Erik memerintahkan pembantu lain mengantar Tari ke asrama yang berada di belakang rumah. Kemudian Erik mengajak Linda bicara empat mata.

"Lin, kamu kenapa memukul Mbak Tari? Apa dia melakukan hal yang kurang ajar?"

Linda memainkan jarinya, tidak tahu bagaimana cara memberitahu suaminya, bahwa ada kejadian lain di kamar mereka.

"Bagaimana ini? Aku harus bilang apa? Aku sangat takut pada kecoak sampai tidak sadar memukul pembantu itu." Linda memulai percakapan dengan dirinya sendiri, lalu dia mulai berteriak menyesal dalam hati.

Erik memperhatikan gerak-gerik Linda. Insting tajam Erik bangkit begitu melihat seekor kecoa melintas di antara dia dan Linda.

"Tidak! Deduksi itu terlalu konyol. Tidak mungkin Linda begini karena kecoa. Tapi akan lebih baik jika kecoa yang jadi alasan."

Ketajaman insting Erik dibuktikan melalui tindakannya selama 12 tahun bekerja sebagai detektif swasta. Tidak ada kasus yang gagal dia selesaikan.

Erik menatap dalam mata Linda. Linda membalas dengan tatapan marah.

"Apa dia akan mengamuk? Syukurlah kalau begitu, lebih baik kami berkelahi dan bercerai." Harap Linda dalam hatinya.

"Anu, Erik, kalau boleh aku mau telepon ayah dan ibu dulu?"

"Untuk apa dulu?"

"Cuma mau tahu berapa lama kontrak kita berlangsung."

"Hah? Kamu masih menganggap pernikahan kita pernikahan kontrak?"

Linda menjawab dengan bingung. "Kan memang seperti itu? Ayahku memiliki hutang yang sangat besar, karena itulah dia menjualku padamu."

Erik mengetahui semua itu, tetapi ada yang berbeda. Sejalan dengan perasaannya yang berubah saat bertemu Linda. Erik memantapkan hatinya untuk serius menikahi Linda. Artinya kontrak itu sudah dibatalkan.

"Apa yang ayah lakukan pada perjanjian itu?"

"Aku juga tidak tahu," Linda menggeleng.

Setidaknya sekarang Linda mau bicara dengan Erik. Erik sedikit senang, namun masalah yang lebih besar muncul. Erik duduk di samping Linda seraya menggenggam tangan Linda, menahannya dari menjauhkan diri.

Erik tidak tahu bagaimana harus memulai, dia ingin mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya, tetapi hasrat ingin memiliki Linda lebih besar ketimbang rasa cinta murni.

Laki-laki itu mulai menggila. Hasratnya menggelora, namun, di satu sisi tidak ingin memaksa istrinya melakukan hal yang tidak dia setujui.

Erik mendorong badan Linda hingga terbaring di atas kasur, lalu dengan cepat menahan kedua tangannya.

Posisi itu sangat memalukan untuk Linda, Erik tidak mendengarkan teriakan Linda dan terus menahannya dalam posisi itu. Tidak ada lagi senyum di wajahnya, yang ada hanya kemarahan yang menggebu.

"Aku sudah membatalkan kontrak itu, dan aku akan mencari pria yang membuatmu tergila gila, wahai istri cantikku."

Terkejut dengan pernyataan Erik, Linda pun berseru. "Apa maksudmu?! Kamu tahu aku tidak mencintaimu dan kontrak pernikahan itu masih berlaku!"

Harapan Linda untuk menjauhi laki-laki itu pupus. Erik benar-benar mencintainya dan dia bersumpah akan menemukan kekasih Linda.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status