Share

[S2] Kebohongan 01

last update Last Updated: 2025-03-16 20:08:33

Talita mengerjapkan mata, sedikit terkejut. “Iya. Kok kamu tahu?”

Jantung Dikta berdetak lebih cepat. Ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, berusaha tetap tenang. “Dia… kerja di mana sekarang?”

“Oh, dia sekertaris di perusahaan tempat aku kerja juga. Kami lumayan dekat,” jawab Talita santai, tidak menyadari ketegangan yang tiba-tiba muncul di wajah Dikta. “Kenapa? Kamu kenal sama Nilam?”

Dikta menatapnya sejenak sebelum akhirnya menghela napas. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap langit-langit kafe seolah mencari cara terbaik untuk menjelaskan sesuatu yang berat.

"Bukan cuma kenal, Talita," katanya akhirnya. "Nilam adalah salah satu alasan kenapa aku masuk penjara."

Talita terperanjat. "Apa?!"

Dikta menatapnya lekat, memperhatikan bagaimana ekspresi Talita berubah dari bingung menjadi terkejut.

"Mustahil," ujar Talita cepat. "Nilam itu cuma gadis biasa, Dikta. Aku gak mungkin percaya kalau dia ada hubungannya sama kamu, apalagi sampai bikin kamu masuk penjara!"

Di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Persiapan Pindah

    Malam menjelang dengan hening. Hujan yang sejak sore menggantung di langit akhirnya turun perlahan, membasahi jendela kamar tidur Jean dan Nilam. Lampu kamar dinyalakan temaram, menyinari ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut.Jean sedang duduk di ranjang, mengenakan kaus abu-abu dan celana panjang, matanya terpaku pada layar laptop yang diletakkan di pangkuan. Di sampingnya, Nilam menemani sambil nyemil snack yang tadi dia beli sepulang kerja.“Kamu belum selesai?" tanya Nilam yang sudah selesai dengan snacknya dan mulai rebahan di samping suaminya."Tinggal dikit lagi," balas Jean sambil tersenyum ke arah perempuan itu."Kenapa gak dilanjutkan besok aja?""Tanggung sayang, bentar lagi kan selesai."Nilam menganggukkan kepalanya. Susah sih kalau musuhnya si workaholic seperti Jean. "Kamu kenapa gak nulis buku lagi kayak dulu?""Pengennya. Tapi aku gak ada waktu."Nilam menatap suaminya yang masih fokus ke layar laptop. "Emang kamu mau buat cerita apa kalau ada waktu?""Cerita so

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Itu... Dikta...

    “Dikta…” gumam Jean, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulutnya sendiri. Penyidik dan Arman sama-sama menoleh cepat. “Kamu kenal orang ini?” Jean menatap Nilam yang kini terlihat semakin pucat. “Aku gak yakin seratus persen,” katanya pelan. “Tapi dari posturnya, cara berdirinya, bentuk rahangnya… dia mirip banget sama Dikta.” “Apa benar dia? Bukannya dia masih di tahan?” tanya Arman cepat. “Itu dia. Aku juga tidak yakin kalau itu benar-benar dia," jawab Jean. “Tapi kalau itu benar dia, bagaimana mungkin bisa kenal dengan Talita. Dan apa hubungan mereka?" "Itu yang jadi misteri." Arman mengusap dagunya. "Tapi nanti aku akan coba cari info soal Dikta di lapas tempat dia di tahan." "Kalau disambung sama kejadian akhir-akhir ini sedikit masuk akal kalau seandainya itu memang Dikta," ucap Jean pada penyidik. "Sebelum meninggal Talita sempat ingin mengatakan hal penting padaku. Dan jika itu orang lain atau sekedar masalah percintaan biasa, mana mungkin Talita ma

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Memeriksa CCTV

    Pagi itu, mentari belum sepenuhnya naik. Embun masih menggantung di daun-daun, dan udara masih terasa dingin.Jean terbangun karena silau cahaya matahari. Ia mengerjapkan mata, mengusap wajah perlahan, lalu menoleh ke samping. Kosong. Tidak ada Nilam di sana.Keningnya berkerut. “Sayang?” panggilnya pelan, tapi tak ada jawaban.Ia duduk, menyibakkan selimut, dan melihat ke arah pintu kamar yang masih tertutup. Kamar mandi juga sepertinya kosong."Nilam sayang kamu di ma..." Ucapan Jean terputus ketika mendengar suara angin lembut mengayun gorden, dan sinar jingga tipis dari arah balkon terlihat menyelinap masuk ke dalam ruangan.Rasa penasaran membuatnya segera bangkit. Ia melangkah pelan, lalu berdiri di ambang pintu balkon. Di sana, berdiri sosok yang sangat ia kenal. Nilam.Tubuhnya dibalut piyama biru lembut yang sama seperti semalam, rambutnya diikat asal dan dibiarkan tergerai ke belakang, wajahnya tenang namun tatapannya kosong mengarah ke langit yang mulai cerah."Sayang..."

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Jangan Terlalu Dipikirkan

    Namun ketika Dikta membuka pintu kontrakan dan melangkah keluar menuju teras, langkahnya terhenti seketika.“Dikta?”Suara itu membuat jantungnya mencelos. Ia menoleh cepat. Di sana, berdiri Bu Sinta—ibunya—dengan daster bunga-bumga dan wajah penuh curiga. Rambutnya yang sebagian memutih digulung seadanya, dan mata tuanya menatap ke arah ransel besar yang tersampir di punggung anak satu-satunya itu.“Lho… kamu bawa-bawa tas segede itu, mau ke mana?” tanyanya dengan nada cemas.Dikta menghela napas dalam dan mencoba tersenyum, meski wajahnya masih terlihat tegang. “Aku… mau pergi, Ma. Temen ngajakin kerja di luar kota. Katanya ada lowongan di pabrik, gajinya lumayan…”“Lho! Kok mendadak banget?” Bu Sinta maju beberapa langkah. “Kamu enggak cerita apa-apa sebelumnya.""Kan aku udah bilang kalah ini dadakan, Ma.""Tapi ini udah malem loh Dikta," Bu Sinta mendekati Dikta. Ekspresi cemas tergambar di wajahnya. "Kamu mau kerja di mana?""Ma aku juga belum tau di mana pastinya. Tapi yang jel

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Menyesal

    Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki cepat di belakang mereka, disusul dengan suara yang familiar, memanggil dengan nada cemas. “Nilam!” Nilam menoleh. Matanya membelalak ketika melihat sosok pria yang berlari kecil menembus kerumunan warga dan garis polisi yang sudah dipadati petugas. Jean. “Sayang...” gumam Nilam pelan sebelum akhirnya tubuhnya larut dalam pelukan suaminya. Seluruh kesedihannya meledak saat itu juga. Ia menangis keras-keras, menggenggam kemeja Jean erat-erat, seolah takut akan kehilangan pegangan hidupnya. Jean langsung memeluknya erat. Tangannya mengelus kepala istrinya yang menangis sesenggukan, dan wajahnya pun sudah basah oleh air mata yang tak sanggup lagi ditahan. “Tenangin diri kamu Nilam sayang!" bisiknya berulang-ulang, mencoba menenangkan sang istri. "Sayang, Mba Talita... Harusnya hari itu kita bisa nemuin dia, tapi—" tangis Nilam pecah, suaranya penuh sesal, penuh luka yang mendalam. "tapi kita malah pergi." Jean tidak menjawab. Ia hanya memeluk

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kabar Buruk

    "Gimana kalau—"Suara Rina menggantung di udara karena tiba-tiba Dani, salah satu staf kantor, datang tergopoh-gopoh menghampiri mereka di kantin. Nafasnya ngos-ngosan, wajahnya pucat, dan tangannya bergetar saat memegang ponselnya. Semua orang yang berada di meja makan langsung menoleh ke arah Dani, yang tampak begitu panik seperti baru saja melihat sesuatu yang sangat mengerikan.“Nilam… Mba Rina… kalian harus lihat ini!” katanya terbata, matanya membelalak. “Ada berita heboh! Dan ini tuh gila banget.... ini bener-bener gak masuk akal.”Nilam mengernyit, reflek berdiri dari kursinya. “Ada apa sih Dan? Ada berita apa emangnya?"Dani tidak langsung menjawab. Ia hanya menyodorkan ponselnya ke arah Nilam dengan tangan yang masih gemetar. Di layar terpampang foto-foto yang langsung membuat dunia seolah berhenti berputar untuk sesaat.Satu foto menunjukkan rumah kontrakan sederhana yang tidak asing di mata Nilam. Halaman luas dengan banyak daun berguguran. Debu di banyak area dan yang pa

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Mulai Kerja Lagi

    "Hai Mbaaa...""Hai Nilam, akhirnya kamu masuk kerja juga.""Iya nih.""Kita kangen banget sama kamu, Nilam.""Sama Mba, aku juga kangen banget ama Mba Rina."Jean mengangkat sedikit alisnya. Ia agak canggung berada di antara Nilam dan beberapa karyawannya yang hebohnya bukan main. Saat tiba di kantor, Rina dan langsung menyambut Nilam dengan pelukan. Mereka juga saling bertanya kabar sampai lupa kalau ada Jean di belakang Nilam— yang sibuk membawa tiga totebag besar berisi oleh-oleh."Jujur kita kangen banget ama kamu, Nilam," ujar Rina setelah melepaskan pelukannya."Aku juga kangen pengen gibah ama kalian.""Gimana liburannya di Bali? Seru gak?""Wah— seru ba—""Ehem."Mereka langsung menoleh ke sumber suara barusan. Di mana ada Jean yang sudah memasang tampang lelah."Eh, Pak Jean." Rina langsung menatap sungkan ke arah Bos mereka. Nilam juga cuma bisa meringis karena sudah mengabaikan suaminya."Maaf ya Pak, kita gak ngeh kalo ada bapak karena terlalu girang," ucap Rina."Iya Pak

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] kena Omel

    "Aduuuh, tuan putri baru bangun."Nilam baru saja tiba di dapur ketika sama apa penyebutnya dengan kalimat sindiran seperti itu. Moodnya seketika anjlok gara-gara kata-kata Bu Mala barusan."Apa sih Ma? Kan ini masih jam 7," balas Nilam sambil mengerucutkan bibirnya. Ia mendekati sang mama yang sedang sibuk menyiangi sayuran di temani bibi ART."Oh iya juga sih. Biasanya kan kamu bangun jam 8. Apalagi kalo libur, tengah bolong kamu baru bangun," sarkas Bu Mala.Nilam duduk di depan sang Mama dengan wajah cemberut. Ini masih pagi banget loh tapi Bu Mala sudah ngomel-ngomel."Aduh Ma. Sekarang kan hari minggu. Nyantai dikit gak sih Ma?" Nilam mencoba mencoba untuk membujuk sang Mama agar berhenti marah-marah. Tapi bukannya stop ngomel, Bu Mala justru melata kan sayuran yang tadi dia kupas di atas meja, lalu memandang putrinya dengan wajah sangar. "Inget Nilam, kamu ini udah jadi ibu rumah tangga loh. Kamu mau punya tanggung jawab sebagai ibu dan juga seorang istri."Nilam mengatupkan b

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Mau Bereksperimen 21+

    Setelah selesai menikmati makan malam yang lezat, Nilam dan Jean kembali ke hotel dengan perut kenyang dan senyum bahagia. Namun, begitu sampai di kamar hotel, Nilam, yang masih mengenakan gaun pendeknya, memilih untuk tidak langsung mengganti baju. Ia memilih untuk melanjutkan momen santai dan kenyamanan dengan berbaring di ranjang. Sorot matanya mencerminkan kepuasan setelah santap malam, dan suasana hangat di kamar mereka menambah kenyamanan."Kamu ga ganti baju dulu, sayang?" tanya Jean. Ia melihat istrinya yang memejamkan mata di kasur. Sementara kakinya dibiarkan menjuntai setengah di lantai."Bentar sayang, aku kekenyangan.""Ya ampun," Jean menggelengkan kepalanya. "Minimal cuci muka sayang. Nanti kalau jerawatan malah aku yang kena omel.""Tapi aku beneran mager. Mau langsung tidur aja," rengek Nilam.Jean mendesah pelan. Ia memilih untuk mengganti bajunya lebih dulu dan membiarkan Nilam bersantai. Jean langsung ke kamar mandi dan cuci muka dan baru keluar setelah gosok gigi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status