Share

Tak Berkutik

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 20:08:11

Elisha di giring ke mobil polisi. Dia di paksa masuk ke dalam dengan tangan di borgol ke depan. Wanita itu tidak banyak bicara dan terus menunduk. Otaknya terus bekerja memikirkan cara untuk bisa menelfon Dikta. Sementara hatinya harus kuat dengan tidak menengok ke arah Qila yang memanggil namanya.

'Aku harus cari cara supaya bisa telfon Dikta. Aku nggak mau masuk penjara. Aku nggak mau mendekam di sana.'

Perempuan itu menatap jalanan di depannya. Ia benar-benar tak bisa berkutik karena diapit oleh dua petugas kepolisian. 'Seenggaknya, kalau aku emang harus jadi tersangka, Dikta harus bantuin aku cari pengacara terbaik. Pokoknya aku harus bebas.'

Selama 30 menit perjalanan, Elisha tidak banyak berbicara. Dia sibuk berpikir untuk meloloskan diri. Sampai akhirnya...

"Pak!"

"Kenapa?"

"P-perut saya sakit banget. Kita boleh nggak mampir ke toilet dulu?"

"Toilet? Enggak-enggak! Pasti itu alasan kamu aja kan supaya bisa cari cela buat kabur?"

Elisha masih berusaha tenang meskipun rencananya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Tega Gak Tega

    Udara masih sangat sejuk saat keluarga kecil itu bersiap. Matahari baru saja muncul dari balik bukit, menyebarkan cahaya hangat ke halaman rumah Bu Mala. Burung-burung terdengar bersahut-sahutan, seolah ikut menyemangati hari pertama Qila di sekolah barunya.Qila mengenakan seragam barunya—kemeja putih bersih dan rok kotak-kotak merah yang masih terlihat kaku. Rambutnya dikepang rapi dua sisi dan dihias jepit rambut pink, dan sepasang sepatu barunya berkilau di bawah sinar pagi.Di punggungnya, tas biru muda yang kemarin ia pilih dengan semangat tampak pas melekat, siap menemani petualangan barunya.“Deg-degan nggak, Sayang?” tanya Jean sambil membetulkan kerah baju Qila.“Sedikit,” jawab Qila jujur, “Tapi aku juga gak sabar pengen cepet-cepet ketemu temen baru!”Jean tersenyum, lalu mencium kening putrinya. “Itu semangat yang bagus."Mereka berangkat bersama dengan mobil, Bu Mala ikut mengantar. Di sepanjang perjalanan, Qila sibuk membolak-balik jadwal sekolahnya sambil sesekali bert

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Persiapan Ke Bandung

    Jean tersenyum kecil, lalu mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arah Qila. Ia mengangkat satu jari, seolah menyampaikan aturan penting. “Papa setuju kamu ikut program itu, Qila… asal— kamu pilih salah satu dari dua syarat ini,” ucapnya dengan nada tegas tapi penuh kasih. Qila menatap ayahnya dengan mata membulat penasaran, menanti lanjutannya dengan penuh semangat. “Satu,” Jean mengangkat jari telunjuknya, “kamu harus dijemput dan diantar setiap hari oleh Papa, atau kalau Papa nggak bisa, Pak Surya yang antar." Qila sempat mengangguk kecil, mencoba membayangkan hari-harinya di tempat baru dengan Papa atau Pak Surya menjemputnya. Tapi sebelum dia sempat menjawab, Jean mengangkat jari kedua. “Dua... kalau kamu harus nginep di sana, maka Mama atau Oma akan ikut tinggal nemenin kamu di sana selama program itu berlangsung. Minimal sampai kamu betul-betul nyaman.” Wajah Qila langsung berbinar. “Beneran, Pa?” serunya. "Jadi Papa ngijinin Qila pergi dengan syarat itu?" Jean menganggu

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kepikiran Qila

    Setelah Qila tertidur lelap, ditemani boneka kelinci pink dan selimut bergambar karakter kartun kesayangannya, Nilam menutup pintu kamar pelan-pelan. Ia berjalan menuju kamar utama, namun tak menemukan Jean di dalam. Lampu tidur menyala temaram, menambah kesan sepi di ruangan itu. Suara angin malam terdengar samar dari arah balkon. Nilam melangkah ke sana, dan benar saja—Jean sedang berdiri membelakangi pintu, kedua tangannya bersandar di pagar balkon, menatap langit yang malam itu bertabur bintang. Tanpa berkata-kata, Nilam mendekat lalu memeluk punggung suaminya dengan lembut. Jean sedikit tersentak, lalu tersenyum tipis dan menyentuh tangan Nilam yang melingkar di perutnya. “Ngapain ngelamun di sini?” bisik Nilam, suaranya pelan, nyaris seperti angin. "Udaranya dingin banget loh." Jean diam sebentar sebelum menjawab, “Aku kepikiran soal Qila…” Nilam memiringkan wajahnya, menempelkan pipi ke punggung Jean. “Masih soal program pertukaran pelajar itu?” Jean mengangguk pelan. “Iy

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Kumpul Bertiga

    Sore telah berganti malam ketika Nilam, Jean dan Qila berkumpul di apartemen baru mereka. Apartemen yang terletak di pusat kota itu terasa hangat dengan aroma masakan yang khas: semur ayam, sayur asem, dan sambal goreng kentang yang selalu jadi favorit Nilam sejak kecil.Di ruang makan, Qila sudah duduk manis sambil mengaduk-aduk nasi di piringnya. Rambutnya di kepang dua dan diberi jepit lucu berbentuk apel. Terdapat boneka kelinci pink yang mengisi kursi kosong di sebelahnya.“Qila sayang, kamu mau tambah?" tanya Nilam disertai dengan senyum lembutnya.“Enggak deh Ma. Udah kenyang.""Kamu sayang?" Pandangan Nilam bergulir ke arah Jean yang juga makan dengan begitu lahap di hadapan."Boleh deh. Dikit aja tapi."Dengan segera, Nilam bangkit dari duduknya mengambilkan nasi dan lauk sesuai permintaan sang suami. "Segini cukup?""Cukup sayang. Makasih," balas Jean seraya mengambil alih piring di tangan istrinya.Mereka kembali makan bersama, obrolan ringan mengalir di sela makan malam ya

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Pekerjaan Baru Dikta

    Dikta memperlambat langkahnya. Instingnya menuntunnya untuk berhenti.“Butuh bantuan, Pak?” tanyanya sopan.Lelaki berjas dengan rambut beruban yang ditata rapi meski sedikit acak karena angin—menoleh cepat. “Kamu ngerti mesin mobil?”“Sedikit. Boleh saya coba lihat?” tawar Dikta.Lelaki itu mengangguk dan minggir memberi ruang. Dikta menggulung lengan bajunya, lalu menunduk memeriksa bagian dalam mesin. Tak butuh waktu lama sebelum ia menemukan selang bahan bakar yang lepas.“Ini longgar, Pak. Harusnya bisa nyala setelah dipasang dan dikencengin,” katanya, lalu mengambil obeng kecil dari rak alat darurat di dalam mobil dan mulai bekerja.Setelah lima menit, ia mengangguk. “Coba nyalakan, Pak.”Lelaki itu masuk ke dalam mobil, memutar kunci—dan suara mesin pun menyala.“Wah! Beneran bisa! Hebat juga kamu!” serunya sambil turun dan menutup kap mesin.Dikta hanya tersenyum tipis, menepuk tangannya yang kotor. “Cuma kebetulan, Pak.”Mata lelaki itu menatap Dikta dengan saksama. “Omong-om

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Sibuk Melarikan Diri

    Tiba-tiba ponselnya bergetar...Dikta merogoh saku celananya, menatap layar sebentar, lalu menelan ludah pelan."Mama?" Ia membatin.Dikta lalu menarik napas sejenak sebelum menggeser ikon hijau.“Halo, Ma…”[“Dikta?”] suara lembut tapi penuh kekhawatiran terdengar dari seberang. ["Kamu di mana sekarang, Nak?”]Dikta mengusap wajahnya yang berkeringat. “Aku lagi kerja, Ma. Ada apa?"[“Tapi kamu belum juga kasih kabar dari kemarin-kemarin, belum lagi kamu bilang ke Mama kalau bakal ngajak Mama pindah ke sana. Tapi sampai sekarang belum ada kepastian. Jujur Mama khawatir.”] Suara Bu Sinta terdengar makin cemas. [“Kamu makan teratur nggak? Tidur di mana, Nak? Kamu baik-baik aja kan?"]“Iya, Ma. Aku makan dengan baik kok, jangan khawatir,” jawab Dikta pelan. Ia tidak ingin membuat ibunya semakin panik, meski dalam kenyataan, perutnya belum benar-benar terisi sejak pagi.[“Kamu nggak bohong, kan?”]Dikta terdiam sejenak. Lalu menjawab, “Enggak, Ma. Aku baik-baik aja.”Ada hening sebentar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status