Share

Terjerat Gairah Suami Kontrak
Terjerat Gairah Suami Kontrak
Penulis: Tya Priya

1. Permintaan Hendra

Penulis: Tya Priya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-09 23:21:59

"Tolong bantu Kakak, Sasi," pinta Hendra, kedua tangannya menggenggam jemari Saskia dengan erat. Wajahnya pucat pasi dan jemarinya terasa dingin.

"Tolonglah kakakmu, Nduk. Dia yang membayar biaya kuliahmu setelah Ayah tiada. Sekarang bantulah dia." Ibu ikut bersuara untuk membujuk Saskia.

"Kakak bilang, Kakak melakukannya untuk menutup hutang-hutang yang dibuat oleh Kak Dea. Kenapa aku yang harus dikorbankan untuk membantu Kakak?" tukas Saskia kesal. 

Saskia membayangkan wajah kakak iparnya yang hobi berfoya-foya sehingga menyebabkan Hendra terlibat masalah. Hendra menggelapkan dana perusahaan untuk menutup semua hutang yang dibuat oleh istrinya. Jumlahnya mencapai ratusan juta rupiah. Hendra sudah menjual mobilnya yang belum lunas, tapi tetap kurang banyak untuk menutup hutang itu. 

Selain berfoya-foya liburan ala-ala selebgram, kakak iparnya menggunakan uang itu untuk memulai sebuah bisnis skin care dengan dua orang temannya. Namun produk mereka tidak laku. Kedua temannya menghilang meninggalkan setumpuk hutang yang harus dibayar jika tidak ingin diperkarakan melalui jalur hukum.

"Dia sangat menyesali perbuatannya. Dia menangis dan bersujud meminta maaf kepadaku, dan berjanji tidak akan membuat masalah lagi. Berilah dia kesempatan, Sasi." Hendra terus mengiba.

"Kakak percaya sama ucapannya?" Saskia kembali menukas.

"Kakak percaya kita harus memberi kesempatan pada orang yang sudah bertobat, Sasi. Coba pikirkan, jika perusahaan melaporkanku ke polisi, bagaimana nasib istri dan anakku? Kamu tega Kakak meringkuk di penjara dan keponakanmu tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah?" Suara Hendra bergetar saat menyebut-nyebut keponakan yang sangat disayangi Saskia.

Saskia terpaku. Terbayang wajah bocah kecil tampan menggemaskan itu.

'Bagaimana bisa aku membiarkan ayahnya dipenjara sementara aku bisa mencegahnya?' pikir Saskia galau.

"Tapi aku tak mau menikah dengan lelaki asing yang tak kukenal!" seru Saskia frustasi.

Perusahaan tambang tempat Hendra bekerja mengajukan kesepakatan untuk tidak menempuh jalur hukum atas penggelapan dana yang dilakukan oleh Hendra. Syarat yang mereka minta adalah agar Saskia bersedia menikah dengan CEO perusahaan itu, seorang pria yang berusia 14 tahun lebih tua dariku.

Saat ini Saskia baru saja lulus kuliah S1 Manajemen Bisnis. Usianya 21 tahun. Jika CEO itu lebih tua 14 tahun dari Saskia, maka dia sudah berusia 35 tahun.

'Kenapa orang seperti itu tidak menikah? Harta pasti bukanlah masalah baginya. Apa karena penampilannya, atau jangan-jangan dia mempunyai orientasi seks yang menyimpang?' Saskia membatin. Gadis itu bergidik membayangkan kemungkinan yang melintas di benaknya.

"Nduk, Ibu tidak pernah melihatmu dekat dengan lelaki setelah kepergian Andry," gumam Ibu pelan, namun menyayat hati Saskia. Luka lamanya kembali terbuka. 

Saskia memalingkan wajah, menyembunyikan air mata yang mendadak berkumpul di kedua sudut matanya. Sosok bernama Andry itu hadir di hidup Saskia empat tahun yang lalu, namun ingatan tentangnya tak pernah gagal membuat Saskia menangis di malam-malam insomnianya kambuh.

Andry adalah cinta pertama yang sampai saat ini tak tergantikan bagi Saskia.

Entah sudah berapa banyak teman kuliah ataupun kenalan yang mendekati Saskia, akan tetapi gadis itu sudah tak punya hati untuk diberikan kepada lelaki lain. 

"Pak Alvaro hanya akan menikahimu setahun untuk memenuhi permintaan dari kakeknya yang sudah renta dan sakit-sakitan. Beliau sangat ingin melihat cucunya menikah. Setelah setahun kamu bisa bercerai," kata Hendra. 

"Aku akan jadi janda di usia 22 tahun?! Apa kata orang?! Itu sangat buruk, Kak!" Saskia memekik kaget. Baginya kesepakatan Hendra dan CEO itu sungguh di luar nalar.

"Tolong pikirkan lagi, Sasi. Besok Kakak harus memberi jawaban, kamu setuju menikah dengan Pak Alvaro atau Kakak masuk penjara. Maafkan Kakak telah melibatkanmu dalam hal ini." Hendra menghembuskan napas panjang. Matanya berkaca-kaca.

Saskia menatap lelaki yang telah membiayai kehidupannya dan ibunya setelah ayahnya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas tiga tahun yang lalu. Semua beban keluarga langsung berpindah ke bahu Hendra, padahal saat itu dia baru saja menikah dan mulai menata rumah tangganya. Namun Hendra tak pernah mengeluh. 

Sebenarnya Saskia mempunyai satu kakak perempuan yang berusia empat tahun lebih tua, namun dia pergi meninggalkan keluarganya setelah bersuamikan seorang bule yang dikenalnya di hotel tempatnya bekerja. Dia ikut ke negara suaminya di Norwegia. Mereka kesulitan berkomunikasi sejak saat itu.

Saskia masuk ke kamarnya dan berguling-guling di ranjang dengan gelisah. Tak lama pintu kamar diketuk beberapa kali lalu Ibu masuk. 

Ibu duduk di tepi ranjang, tangannya membelai kepala Saskia yang terasa panas.

"Nduk, sebenarnya Ibu ingin menanyakan suatu hal yang sudah lama Ibu pendam. Maafkan Ibu kalau pertanyaan Ibu akan menyinggung perasaanmu."

"Apa yang mau Ibu tanyakan?" Saskia mengambil posisi duduk. Ibu menghela napas beberapa kali.

"Mmm ... apa kamu dan Andry ..."

Saskia membuang muka.

"Jangan lagi membahas dia, Bu. Aku sudah memutuskan untuk menerima kesepakatan ini. Paling tidak aku bisa menjadi orang yang berguna di keluarga kita," potong Saskia. Nadanya sinis.

Ibu kembali menghela napas, lalu keluar dari kamar. Saskia tahu ibunya kecewa mendengar kalimatnya yang sinis itu, akan tetapi bagaimana dengan perasaannya? Kenapa tak ada yang memikirkannya?

Persiapan pernikahan dilakukan dengan cepat. Tiga hari kemudian, pada hari Jumat pagi Saskia mendapati dirinya di depan cermin setinggi tubuh orang dewasa sedang mengenakan kebaya dan kerudung putih yang cantik. 

"Kakak cantik banget," komentar MUA yang merias Saskia. Dia manatap Saskia dengan puas. Hasil make up-nya bagus, natural tapi membuat Saskia terlihat mempesona.

Saskia menatap pantulannya di cermin. Mungkin benar wajahnya cantik, namun sorot matanya terlihat redup. Tidak ada binar kebahagiaan seperti umumnya calon pengantin yang akan mengikat janji suci.

Sebuah mobil Alphard dikirim oleh Alvaro untuk menjemput keluarga Saskia. Di dalam mobil, Deakakak iparnyaberulang kali meminta maaf karena membuat Saskia  menanggung perbuatannya. Saskia memaafkannya. Toh semua sudah terlanjur.

Tak berapa lama Saskia dan keluarganya sampai di halaman masjid termegah di kota ini. Masjid yang didominasi warna putih dan emas itu tampak sangat aging dan sakral. Saskia tiba-tiba merasa gugup lalu menggandeng lengan Hendra yang akan menjadi wali nikahnya.

Di dalam masjid telah menunggu penghulu dan Alvaro beserta keluarganya. Seorang Kakek duduk di kursi roda, pastinya beliau adalah Kakek Orlando.

Baru kali itu Saskia bertemu dengan Alvaro. Saat Alvaro datang melamar dua hari yang lalu, Saskia pergi dengan alasan pekerjaan. Pekerjaan Saskia adalah guru les privat bahasa Inggris untuk anak-anak dan remaja.

Saskia mencuri pandang kepada Alvaro. Lelaki itu tampan, hidungnya mancung, sorot matanya tajam dan rahangnya tegas. Kulitnya cerah dan bersih, tubuhnya bagus. Dia terlihat seperri berusia 25 tahun.

Seketika ingatan Saskia melayang pada wajah lain yang juga berusia 25 tahun saat bersamanya. Namun, Saskia segera menepisnya sebelum air mata mulai mengalir.

Alvaro menatap Saskia tanpa berkedip sampai gadis itu duduk di sebelahnya. Kemudian Alvaro menjabat tangan Hendra untuk mengucapkan Ijab Kabul.

"Saudara Alvaro Revanda Baroto bin Djendro Baroto saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Saskia Melati binti Hasbi Alamsyah dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat, uang satu miliar dan satu unit mobil Range Rover dibayar tunai," ucap Hendra dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca karena haru yang menguasainya.

Saskia tersentak mendengar maskawin yang disebutkan karena gadis itu tidak meminta apapun kepada Alvaro.

"Saya terima nikah dan kawinnya Saskia Melati binti Hasbi Alamsyah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Alvaro berkata dengan tegas.

"Bagaimana?"

"Sah! Sah!" jawab para saksi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   111. Bukan Akhir

    Alvaro berdehem sambil menarik kursi di seberang Andry, lalu duduk."Apa yang kamu lakukan?" tanya Alvaro."Aku menu*uk perut ba*ingan yang mencelakai Saskia. Aku akan bertanggungjawab.""Apa kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik? Aku akan mengirim pengacara terhebat di negara ini untuk membebaskanmu.""Aku tak memerlukannya. Pengacaraku akan membereskan semuanya. Kamu tak perlu ikut campur," tolak Andry tanpa ekspresi."Kamu keras kepala," kata Alvaro."Pergi. Jaga Saskia dan keponakanku baik-baik." Kali ini Andry berkata sambil memandang lurus pada manik biru Alvaro.Di bawah lampu ruangan yang tidak terlalu Terang, Alvaro melihat kalau mata Andry memerah dan kedua sudutnya basah. Andry membuang muka, menghindari tatapan Alvaro.Terdengar ketukan di pintu, menadakan waktunya telah habis. Alvaro berdiri, memindai sekali lagi adiknya yang akan mendekam lama di penjara. Andry masih membuang muka ke arah lain."Jaga dirimu baik-baik. Kami akan mengunjungimu," ucap Alvaro.Andry Tak

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   110. Pengakuan

    Alvaro berpikir keras setelah menerima laporan dari Sega. Pria yang mengaku bernama Bramantyo luka parah, apakah karena tertembak olehnya atau anak buahnya? Namun Alvaro tak melihat ceceran darah saat mengejar dua sosok yang melarikan diri ke belakang pondok. Jika Bramantyo tertembak, maka pasti ada jejak darahnya. Hmm ... aneh."Pil, apa kamu melihat orang lain selain kita di sekitar pondok? Drone Sega fokus pada kedatangan polisi dan mencari jalan keluar bagi kita. Dia tidak melihat ada yang lain." Alvaro menegur Pil yang sedang mengemudi."Hanya Tuan dan kedua orang itu yang saya lihat keluar dari pintu belakang. Saya dan anak buah lainnya keluar dari pintu depan. Saya tidak melihat orang lain, Tuan," sahut Pil yakin.Alvaro dan para pengawalnya sampai di rumah menjelang Subuh. Anak buah Pil sudah dilatih untuk tidak membuka mulut jika tertangkap. Mereka akan bilang kalau mereka diajak oleh Ketua geng yang berhasil melarikan diri. Mereka juga tidak membawa identitas diri. Kecuali a

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   109. Bramantyo?

    Sega menerbangkan dronenya di ketinggian, di atas mobil yang hampir sampai di pondok.Seorang pria keluar dari dalam mobil. Sega memperbesar dan mengambil foto wajah pria itu. Seperti yang telah diduga Alvaro, wajah pria bernama Bramantyo lah yang muncul. Jadi benar, Bernard dan Bramantyo adalah orang yang sama. Sega segera mengirimkan hasil fotonya kepada Alvaro.Dua orang lelaki menyambut Bernard. Sega mengenalinya salah satunya. Dia Monte, karyawan yang pergi saat terjadi kebakaran di rumah Alvaro yang lama. Rupanya Monte lah pengkhianat yang membiarkan Bernard masuk ke dalam rumah!Sega kembali mengambil foto dan mengirimkannya pada Alvaro. Sega melihat lelaki yang bersama Bernard dan Monte menatap ke arah dronenya yang terbang di kegelapan malam. Sega segera meninggikan dronenya dan menyembunyikannnya di balik pepohonan sambil berharap agar lelaki yang tampak waspada itu tidak curiga. Jika musuh tahu kedatangan mereka, akan semakin sulit bagi Alvaro untuk meraih kemenangan karena

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   108. Pondok

    Atas permintaan Saskia, Alvaro mengantar Saskia melihat bayi-bayi mereka yang masih berada di inkubator. Alvaro mendorong kursi roda Saskia sampai di depan jendela besar ruang PICU, lalu berdiri di samping sang istri sambil berulang kali meliriknya. Alvaro sangat penasaran dengan reaksi Saskia.Saskia menatap kedua bayinya dengan mimik yang berubah-ubah. Kadang dia mengerutkan kening, kadang wajahnya kosong, kadang pula menggelengkan kepala, di waktu lain dia menggigit bibirnya sendiri.Melihat itu, diam-diam Alvaro menghembuskan napas panjang. Sepertinya Saskia belum mengingat Mimi dan Mimo."Ma, kita kembali ke kamar, yuk. Sebentar lagi jadwal visit dokter." Alvaro mengingatkan."Pa ... aku ... aku ... tak bisa mengingat anak-anak. Kurasa aku gila." Saskia mendongak kepada Alvaro. Air mata menganak sungai di pipinya yang pucat.Alvaro berjongkok di hadapan Saskia, lalu menggenggam kedua tangan istrinya."Mama hanya perlu istirahat. Jangan memaksakan diri, oke?" kata Alvaro lembut. S

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   107. Mengingat

    "Sasi ... Sayang, kembalilah. Aku ingin membesarkan anak-anak kita bersama," ucap Alvaro sambil membelai rambut tebal Saskia. Suaranya serak dan air matanya tak bisa ditahannya lagi. Alvaro membiarkan air mata itu mengalir. Dia sudah tak peduli lagi pada rasa malu karena menangis. Dia tak pernah membiarkan orang lain melihatnya menangis, tetapi saat ini dia tak peduli. Bahkan kehadiran keluarga Saskia di belakangnya pun tak membuatnya berhenti menangisi sang istri.Ibunya Saskia dan Hendra berdiri diam, keduanya juga sibuk dengan air mata masing-masing. Sega dan Miranda sudah pulang karena Sega harus melakukan banyak pekerjaan.Alvaro mengangkat jemari Saskia yang ada dalam genggamannya lalu mengecupnya lama. Mata Alvaro terpejam rapat dan bulir bening terus mengalir di wajah tampannya."Jangan pergi, Sasi. Masih banyak yang ingin aku lakukan bersamamu. Hanya bersamamu aku bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak terpikir olehku. Kamulah Bintang paling terang yang pernah hadir di

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   106. Ayah

    Langkah tiga orang pria berderap ramai, menuju ke sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Dua dari mereka berhenti di depan pintu yang menghalangi, sedangkan satu orang yang paling tampan bergegas masuk ke ruang rawat inap."Sasi!" Teriakan pria itu membangunkan Alvaro yang tertidur kelelahan sambil menggenggam tangan istrinya. Belum sempat Alvaro bangkit, Andry sudah berdiri di sebelahnya. Kedua tangan Andry bertumpu pada sisi ranjang Saskia. Dia memperhatikan Saskia dengan seksama, lalu menoleh pada Alvaro. Wajahnya berang."Apa ini? Kenapa kamu tidak bisa melindunginya?!" maki Andry pada sang kakak yang sudah berdiri dari kursinya.Biasanya Alvaro tidak akan menanggapi nada tinggi seperti itu, namun kali ini kelelahan hatinya sudah sampai pada puncaknya."Kamu yang menyebabkan semua ini terjadi! Berkacalah sebelum menyalahkan orang lain!" bentak Alvaro dingin."Aku?! Aku ada di luar negeri, ribuan kilometer jauhnya! Bagaimana bisa semua ini kesalahanku?" sangkal Andry."Jangan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status