Share

Terjerat Gairah Suami Kontrak
Terjerat Gairah Suami Kontrak
Penulis: Tya Priya

1. Permintaan Hendra

"Tolong bantu Kakak, Sasi," pinta Hendra, kedua tangannya menggenggam jemari Saskia dengan erat. Wajahnya pucat pasi dan jemarinya terasa dingin.

"Tolonglah kakakmu, Nduk. Dia yang membayar biaya kuliahmu setelah Ayah tiada. Sekarang bantulah dia." Ibu ikut bersuara untuk membujuk Saskia.

"Kakak bilang, Kakak melakukannya untuk menutup hutang-hutang yang dibuat oleh Kak Dea. Kenapa aku yang harus dikorbankan untuk membantu Kakak?" tukas Saskia kesal. 

Saskia membayangkan wajah kakak iparnya yang hobi berfoya-foya sehingga menyebabkan Hendra terlibat masalah. Hendra menggelapkan dana perusahaan untuk menutup semua hutang yang dibuat oleh istrinya. Jumlahnya mencapai ratusan juta rupiah. Hendra sudah menjual mobilnya yang belum lunas, tapi tetap kurang banyak untuk menutup hutang itu. 

Selain berfoya-foya liburan ala-ala selebgram, kakak iparnya menggunakan uang itu untuk memulai sebuah bisnis skin care dengan dua orang temannya. Namun produk mereka tidak laku. Kedua temannya menghilang meninggalkan setumpuk hutang yang harus dibayar jika tidak ingin diperkarakan melalui jalur hukum.

"Dia sangat menyesali perbuatannya. Dia menangis dan bersujud meminta maaf kepadaku, dan berjanji tidak akan membuat masalah lagi. Berilah dia kesempatan, Sasi." Hendra terus mengiba.

"Kakak percaya sama ucapannya?" Saskia kembali menukas.

"Kakak percaya kita harus memberi kesempatan pada orang yang sudah bertobat, Sasi. Coba pikirkan, jika perusahaan melaporkanku ke polisi, bagaimana nasib istri dan anakku? Kamu tega Kakak meringkuk di penjara dan keponakanmu tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah?" Suara Hendra bergetar saat menyebut-nyebut keponakan yang sangat disayangi Saskia.

Saskia terpaku. Terbayang wajah bocah kecil tampan menggemaskan itu.

'Bagaimana bisa aku membiarkan ayahnya dipenjara sementara aku bisa mencegahnya?' pikir Saskia galau.

"Tapi aku tak mau menikah dengan lelaki asing yang tak kukenal!" seru Saskia frustasi.

Perusahaan tambang tempat Hendra bekerja mengajukan kesepakatan untuk tidak menempuh jalur hukum atas penggelapan dana yang dilakukan oleh Hendra. Syarat yang mereka minta adalah agar Saskia bersedia menikah dengan CEO perusahaan itu, seorang pria yang berusia 14 tahun lebih tua dariku.

Saat ini Saskia baru saja lulus kuliah S1 Manajemen Bisnis. Usianya 21 tahun. Jika CEO itu lebih tua 14 tahun dari Saskia, maka dia sudah berusia 35 tahun.

'Kenapa orang seperti itu tidak menikah? Harta pasti bukanlah masalah baginya. Apa karena penampilannya, atau jangan-jangan dia mempunyai orientasi seks yang menyimpang?' Saskia membatin. Gadis itu bergidik membayangkan kemungkinan yang melintas di benaknya.

"Nduk, Ibu tidak pernah melihatmu dekat dengan lelaki setelah kepergian Andry," gumam Ibu pelan, namun menyayat hati Saskia. Luka lamanya kembali terbuka. 

Saskia memalingkan wajah, menyembunyikan air mata yang mendadak berkumpul di kedua sudut matanya. Sosok bernama Andry itu hadir di hidup Saskia empat tahun yang lalu, namun ingatan tentangnya tak pernah gagal membuat Saskia menangis di malam-malam insomnianya kambuh.

Andry adalah cinta pertama yang sampai saat ini tak tergantikan bagi Saskia.

Entah sudah berapa banyak teman kuliah ataupun kenalan yang mendekati Saskia, akan tetapi gadis itu sudah tak punya hati untuk diberikan kepada lelaki lain. 

"Pak Alvaro hanya akan menikahimu setahun untuk memenuhi permintaan dari kakeknya yang sudah renta dan sakit-sakitan. Beliau sangat ingin melihat cucunya menikah. Setelah setahun kamu bisa bercerai," kata Hendra. 

"Aku akan jadi janda di usia 22 tahun?! Apa kata orang?! Itu sangat buruk, Kak!" Saskia memekik kaget. Baginya kesepakatan Hendra dan CEO itu sungguh di luar nalar.

"Tolong pikirkan lagi, Sasi. Besok Kakak harus memberi jawaban, kamu setuju menikah dengan Pak Alvaro atau Kakak masuk penjara. Maafkan Kakak telah melibatkanmu dalam hal ini." Hendra menghembuskan napas panjang. Matanya berkaca-kaca.

Saskia menatap lelaki yang telah membiayai kehidupannya dan ibunya setelah ayahnya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas tiga tahun yang lalu. Semua beban keluarga langsung berpindah ke bahu Hendra, padahal saat itu dia baru saja menikah dan mulai menata rumah tangganya. Namun Hendra tak pernah mengeluh. 

Sebenarnya Saskia mempunyai satu kakak perempuan yang berusia empat tahun lebih tua, namun dia pergi meninggalkan keluarganya setelah bersuamikan seorang bule yang dikenalnya di hotel tempatnya bekerja. Dia ikut ke negara suaminya di Norwegia. Mereka kesulitan berkomunikasi sejak saat itu.

Saskia masuk ke kamarnya dan berguling-guling di ranjang dengan gelisah. Tak lama pintu kamar diketuk beberapa kali lalu Ibu masuk. 

Ibu duduk di tepi ranjang, tangannya membelai kepala Saskia yang terasa panas.

"Nduk, sebenarnya Ibu ingin menanyakan suatu hal yang sudah lama Ibu pendam. Maafkan Ibu kalau pertanyaan Ibu akan menyinggung perasaanmu."

"Apa yang mau Ibu tanyakan?" Saskia mengambil posisi duduk. Ibu menghela napas beberapa kali.

"Mmm ... apa kamu dan Andry ..."

Saskia membuang muka.

"Jangan lagi membahas dia, Bu. Aku sudah memutuskan untuk menerima kesepakatan ini. Paling tidak aku bisa menjadi orang yang berguna di keluarga kita," potong Saskia. Nadanya sinis.

Ibu kembali menghela napas, lalu keluar dari kamar. Saskia tahu ibunya kecewa mendengar kalimatnya yang sinis itu, akan tetapi bagaimana dengan perasaannya? Kenapa tak ada yang memikirkannya?

Persiapan pernikahan dilakukan dengan cepat. Tiga hari kemudian, pada hari Jumat pagi Saskia mendapati dirinya di depan cermin setinggi tubuh orang dewasa sedang mengenakan kebaya dan kerudung putih yang cantik. 

"Kakak cantik banget," komentar MUA yang merias Saskia. Dia manatap Saskia dengan puas. Hasil make up-nya bagus, natural tapi membuat Saskia terlihat mempesona.

Saskia menatap pantulannya di cermin. Mungkin benar wajahnya cantik, namun sorot matanya terlihat redup. Tidak ada binar kebahagiaan seperti umumnya calon pengantin yang akan mengikat janji suci.

Sebuah mobil Alphard dikirim oleh Alvaro untuk menjemput keluarga Saskia. Di dalam mobil, Deakakak iparnyaberulang kali meminta maaf karena membuat Saskia  menanggung perbuatannya. Saskia memaafkannya. Toh semua sudah terlanjur.

Tak berapa lama Saskia dan keluarganya sampai di halaman masjid termegah di kota ini. Masjid yang didominasi warna putih dan emas itu tampak sangat aging dan sakral. Saskia tiba-tiba merasa gugup lalu menggandeng lengan Hendra yang akan menjadi wali nikahnya.

Di dalam masjid telah menunggu penghulu dan Alvaro beserta keluarganya. Seorang Kakek duduk di kursi roda, pastinya beliau adalah Kakek Orlando.

Baru kali itu Saskia bertemu dengan Alvaro. Saat Alvaro datang melamar dua hari yang lalu, Saskia pergi dengan alasan pekerjaan. Pekerjaan Saskia adalah guru les privat bahasa Inggris untuk anak-anak dan remaja.

Saskia mencuri pandang kepada Alvaro. Lelaki itu tampan, hidungnya mancung, sorot matanya tajam dan rahangnya tegas. Kulitnya cerah dan bersih, tubuhnya bagus. Dia terlihat seperri berusia 25 tahun.

Seketika ingatan Saskia melayang pada wajah lain yang juga berusia 25 tahun saat bersamanya. Namun, Saskia segera menepisnya sebelum air mata mulai mengalir.

Alvaro menatap Saskia tanpa berkedip sampai gadis itu duduk di sebelahnya. Kemudian Alvaro menjabat tangan Hendra untuk mengucapkan Ijab Kabul.

"Saudara Alvaro Revanda Baroto bin Djendro Baroto saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Saskia Melati binti Hasbi Alamsyah dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat, uang satu miliar dan satu unit mobil Range Rover dibayar tunai," ucap Hendra dengan suara bergetar. Matanya berkaca-kaca karena haru yang menguasainya.

Saskia tersentak mendengar maskawin yang disebutkan karena gadis itu tidak meminta apapun kepada Alvaro.

"Saya terima nikah dan kawinnya Saskia Melati binti Hasbi Alamsyah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Alvaro berkata dengan tegas.

"Bagaimana?"

"Sah! Sah!" jawab para saksi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status