Share

11. Impian Yang Berkeping

Penulis: Tya Priya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-03 20:54:56

Andry mengemudikan mobil dengan ugal-ugalan. Beberapa kali Saskia menahan napas saat mobil yang mereka kendarai hampir menyerempet kendaraan lain. Riuh klakson mobil yang hampir diserempet Andry memekakkan telinga. Beberapa pengendara motor mengacungkan kepalan tangan ke arah mobil yang dikemudikan Andry.

"Kenapa kamu mengemudi secepat ini? Bagaimana kalau kita celaka?" Saskia memberanikan diri bertanya pada lelaki yang sedang marah itu.

"Lebih baik kita mati berdua daripada tidak bisa bersama!" tukas Andry garang.

"Astaghfirullah Andry, hilangkan pikiran gila itu! Kamu tak ingin melihatku lebih lama? Kamu ingin kita segera berpisah lagi?!" seru Saskia dengan rasa takut yang menjalari tubuhnya. Jika Andry nekat dan menabrakkan mobil, Ibunya pasti akan sedih sekali kehilangan putri satu-satunya semuda ini.

Andry menoleh. Wajahnya melunak dan dia mengurangi kecepatan. Diam-diam Saskia menghembuskan napas lega.

"Kita ke Cafe biasanya, ya," pinta Andry, suaranya yang lembut justru membuat dada Saskia terasa sesak. Saskia mengangguk, diulasnya sebuah senyum yang menggetarkan jiwa pria di sebelahnya.

Keduanya duduk berhadapan di Cafe favorit waktu mereka pacaran dulu. Seorang pelayan menghampiri mereka. Saskia belum pernah melihatnya, mungkin dia karyawan baru.

"Frappio untukku dan kopi matcha untuk gadisku." Andry mengucapkan kalimat yang sama persis seperti yang diucapkannya empat tahun yang lalu.

Saskia terharu. Air mata kembali merebak di kedua sudut matanya. Kenangan indah bersama Andry menyeruak di pikirannya, membuat Saskia merasa pusing.

"Makanannya french fries dan cheese burger dobel. Satu cheese cake untuk dessert."

'Ya Tuhan, Andry masih mengingat semuanya!' jerit Saskia dalam hati. Wanita itu menunduk untuk menyembunyikan bulir beningnya. Rasa bersalah menguasainya.

Andaikan ... dia tidak menikah dengan Alvaro, pertemuan ini akan menjadi pertemuan terindah bagi keduanya. Andry akan menjadi yang pertama dan yang terakhir baginya. Tak ada lagi yang diinginkannya selain menjalani hidup bersama cinta pertamanya itu.

Setelah pelayan pergi, Andry menatap Saskia lekat namun tak berkata apa-apa. Yang ditatap menjadi salah tingkah, persis seperti empat tahun yang lalu saat usianya masih 17 tahun.

Pipi putih mulus yang merona merah, bibir ranum yang berwarna pink alami, semua itu adalah candu bagi Andry empat tahun yang lalu. Kini, semua milik lelaki lain. Andry menghembuskan napas kasar.

"Kemana kamu empat tahun ini?" Saskia memecah keheningan.

"Aku yakin kamu sudah dengar berita tentang ledakan yang menyebabkan kebakaran di rig tempat aku bekerja." Andry mulai bercerita.

Saskia mengiyakan.

"Aku dan yang lain melompat ke laut untuk menyelamatkan diri. Aku menemukan sebuah daun pintu besar lalu naik ke atasnya. Aku terombang ambing di laut selama dua hari. Panas matahari sangat menyengat, sedangkan tubuhku menggigil kedinginan. Mataku terbakar karena pantulan cahaya matahari yang sangat silau, membuatku mulai kehilangan kesadaran. Aku dehidrasi dan berhalusinasi. Aku menjadi lupa kenapa aku ada disana dan aku hampir menyerah ketika sebuah kapal lewat dan mereka mengirimkan sekoci untuk menjemputku."

Andry berhenti sejenak ketika pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.

"Kapal itu berbendera Malaysia. Aku tak ingat apapun tentangku. Aku tak ingat apa penyebab aku berada di lautan. Mereka membawaku pulang ke Malaysia. Seorang awak kapal bernama Roni menampungku. Roni ini pekerjaannya berpindah-pindah dari satu kapal ke kapal lain. Dia sangat baik, memperlakukanku seperti adiknya karena diapun sudah sebatang kara. Dia hanya punya seorang Paman di Indonesia. Aku mengikuti Roni bekerja kemanapun agar aku bisa mandiri dan tidak merepotkannya lagi. Dengan koneksi Roni, aku bisa menjadi awak kapal di kapal-kapal penangkap ikan dan setahun lebih aku menjadi anak buah di kapal penangkap kepiting Alaska. "

"Selama ini kamu tinggal di Malaysia? Kamu menderita amnesia?" tanya Saskia beruntun.

"Iya, aku tinggal bersama Roni di Malaysia. Aku tak ingat apapun tentang kehidupanku sebelum aku ditemukan oleh mereka. Mereka bahkan memberiku nama baru, Rue yang artinya tidak beruntung. Ternyata aku memang tidak seberuntung itu. Kekasihku menikah dengan orang lain." Andry tertawa getir lalu meminum frappionya.

"Lalu sejak kapan kamu bisa mengingat?" Saskia berpura-pura mengabaikan kalimat terakhir Andry, walaupun kalimat itu serasa menusuk jantungnya.

" Sekitar tiga bulan yang lalu. Aku sedang bekerja seperti biasanya dan beberapa temanku menarik jaring yang berisi ratusan kepiting raja Alaska. Kamu tahu ukuran kepiting raja Alaska? Mereka besar, cangkangnya sekitar 30 cm dan ada ratusan ekor di dalam jaring itu. Jaring tak sengaja terlepas dari tangan temanku lalu berayun dan membentur kepalaku yang sedang menunduk memperbaiki sesuatu. Aku sempoyongan, kepalaku sakit. Syukurlah, aku tidak terlempar ke laut yang super dingin karena benturan itu. Jika sampai aku terlempar, kemungkinan besar aku akan langsung hipotermia dan mati. Roni segera mendatangiku lalu membawaku masuk ke kabin. Kami mempunyai perawat di kapal. Dia memberiku obat pereda nyeri dan obat tidur, lalu aku tertidur lama. Saat itulah, untuk pertama kalinya aku memimpikanmu."

Andry bercerita dengan perlahan. Saskia bisa mendengar jelas kegetiran dalam setiap ucapannya. Wajah Andry terlihat mengernyit menahan pahitnya kenyataan yang harus ditelannya.

"Aku bermimpi berada di sebuah taman bunga beraneka warna. Semuanya bermekaran dengan indah, lalu aku melihat bunga terindah. Aku melihatmu, Sasi. Aku melihatmu dalam pakaian serba putih dengan mahkota kecil yang berkilauan di rambutmu. Kamu sangat cantik, tanganmu menggenggam seikat bunga Lily seperti yang kuberikan kepadamu tadi."

Andry berhenti untuk mendegut ludah. Dia akan sampai pada bagian paling pahit dari kisahnya.

"Kamu tersenyum kepadaku, membuatku merasa terhipnotis lalu aku menghampirimu. Kamu berbalik dan menghilang di balik pepohonan. Aku mengejarmu dan berteriak memanggilmu. Aku terbangun dengan keringat dingin di dahiku. Saat itulah aku mengingatmu, disusul dengan ingatanku pada hal lain. Wajahmu dan wajah ibuku paling sering muncul, membuatku yakin kalau kalianlah dua wanita terpenting dalam hidupku. Akupun menjadi sering sakit kepala. Perawat bilang sebaiknya aku melakukan MRI untuk mengetahui jika ada yang luka di kepalaku. Namun, aku belum sempat melakukannya. Setelah tiba di bandara, aku membersihkan diri di hotel lalu ke rumahmu. Aku sangat merindukanmu. Aku hampir mati menahan diri selama tiga bulan untuk tidak melompat dari kapal dan kabur dari pekerjaanku. Ah, andaikan aku melakukannya, semua ini tak akan terjadi, 'kan? Aku bodoh karena tidak menuruti instingku."

Andry mengurai rambutnya ke belakang dengan tangannya. Tangannya berhenti dan mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi.

Saskia kembali menunduk, tak kuasa menatap wajah tampan yang sendu di hadapannya. Dia sudah bisa menebak cerita selanjutnya.

"Aku bertemu Ibu. Ibu sangat kaget saat melihatku. Yah, akupun akan kaget jika seseorang yang dikabarkan meninggal, muncul di hadapanku empat tahun kemudian. Seperti melihat hantu, bukan?"

Andry tertawa pedih, matanya memerah. Dia mengerjapkan mata beberapa kali, lalu berkata dengan serak dan terbata,

"Maaf ... aku terlambat, Sayang. Semua ini ... kesalahanku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Heru Wijaya
sakit bacanya, semua tersakiti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   111. Bukan Akhir

    Alvaro berdehem sambil menarik kursi di seberang Andry, lalu duduk."Apa yang kamu lakukan?" tanya Alvaro."Aku menu*uk perut ba*ingan yang mencelakai Saskia. Aku akan bertanggungjawab.""Apa kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik? Aku akan mengirim pengacara terhebat di negara ini untuk membebaskanmu.""Aku tak memerlukannya. Pengacaraku akan membereskan semuanya. Kamu tak perlu ikut campur," tolak Andry tanpa ekspresi."Kamu keras kepala," kata Alvaro."Pergi. Jaga Saskia dan keponakanku baik-baik." Kali ini Andry berkata sambil memandang lurus pada manik biru Alvaro.Di bawah lampu ruangan yang tidak terlalu Terang, Alvaro melihat kalau mata Andry memerah dan kedua sudutnya basah. Andry membuang muka, menghindari tatapan Alvaro.Terdengar ketukan di pintu, menadakan waktunya telah habis. Alvaro berdiri, memindai sekali lagi adiknya yang akan mendekam lama di penjara. Andry masih membuang muka ke arah lain."Jaga dirimu baik-baik. Kami akan mengunjungimu," ucap Alvaro.Andry Tak

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   110. Pengakuan

    Alvaro berpikir keras setelah menerima laporan dari Sega. Pria yang mengaku bernama Bramantyo luka parah, apakah karena tertembak olehnya atau anak buahnya? Namun Alvaro tak melihat ceceran darah saat mengejar dua sosok yang melarikan diri ke belakang pondok. Jika Bramantyo tertembak, maka pasti ada jejak darahnya. Hmm ... aneh."Pil, apa kamu melihat orang lain selain kita di sekitar pondok? Drone Sega fokus pada kedatangan polisi dan mencari jalan keluar bagi kita. Dia tidak melihat ada yang lain." Alvaro menegur Pil yang sedang mengemudi."Hanya Tuan dan kedua orang itu yang saya lihat keluar dari pintu belakang. Saya dan anak buah lainnya keluar dari pintu depan. Saya tidak melihat orang lain, Tuan," sahut Pil yakin.Alvaro dan para pengawalnya sampai di rumah menjelang Subuh. Anak buah Pil sudah dilatih untuk tidak membuka mulut jika tertangkap. Mereka akan bilang kalau mereka diajak oleh Ketua geng yang berhasil melarikan diri. Mereka juga tidak membawa identitas diri. Kecuali a

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   109. Bramantyo?

    Sega menerbangkan dronenya di ketinggian, di atas mobil yang hampir sampai di pondok.Seorang pria keluar dari dalam mobil. Sega memperbesar dan mengambil foto wajah pria itu. Seperti yang telah diduga Alvaro, wajah pria bernama Bramantyo lah yang muncul. Jadi benar, Bernard dan Bramantyo adalah orang yang sama. Sega segera mengirimkan hasil fotonya kepada Alvaro.Dua orang lelaki menyambut Bernard. Sega mengenalinya salah satunya. Dia Monte, karyawan yang pergi saat terjadi kebakaran di rumah Alvaro yang lama. Rupanya Monte lah pengkhianat yang membiarkan Bernard masuk ke dalam rumah!Sega kembali mengambil foto dan mengirimkannya pada Alvaro. Sega melihat lelaki yang bersama Bernard dan Monte menatap ke arah dronenya yang terbang di kegelapan malam. Sega segera meninggikan dronenya dan menyembunyikannnya di balik pepohonan sambil berharap agar lelaki yang tampak waspada itu tidak curiga. Jika musuh tahu kedatangan mereka, akan semakin sulit bagi Alvaro untuk meraih kemenangan karena

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   108. Pondok

    Atas permintaan Saskia, Alvaro mengantar Saskia melihat bayi-bayi mereka yang masih berada di inkubator. Alvaro mendorong kursi roda Saskia sampai di depan jendela besar ruang PICU, lalu berdiri di samping sang istri sambil berulang kali meliriknya. Alvaro sangat penasaran dengan reaksi Saskia.Saskia menatap kedua bayinya dengan mimik yang berubah-ubah. Kadang dia mengerutkan kening, kadang wajahnya kosong, kadang pula menggelengkan kepala, di waktu lain dia menggigit bibirnya sendiri.Melihat itu, diam-diam Alvaro menghembuskan napas panjang. Sepertinya Saskia belum mengingat Mimi dan Mimo."Ma, kita kembali ke kamar, yuk. Sebentar lagi jadwal visit dokter." Alvaro mengingatkan."Pa ... aku ... aku ... tak bisa mengingat anak-anak. Kurasa aku gila." Saskia mendongak kepada Alvaro. Air mata menganak sungai di pipinya yang pucat.Alvaro berjongkok di hadapan Saskia, lalu menggenggam kedua tangan istrinya."Mama hanya perlu istirahat. Jangan memaksakan diri, oke?" kata Alvaro lembut. S

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   107. Mengingat

    "Sasi ... Sayang, kembalilah. Aku ingin membesarkan anak-anak kita bersama," ucap Alvaro sambil membelai rambut tebal Saskia. Suaranya serak dan air matanya tak bisa ditahannya lagi. Alvaro membiarkan air mata itu mengalir. Dia sudah tak peduli lagi pada rasa malu karena menangis. Dia tak pernah membiarkan orang lain melihatnya menangis, tetapi saat ini dia tak peduli. Bahkan kehadiran keluarga Saskia di belakangnya pun tak membuatnya berhenti menangisi sang istri.Ibunya Saskia dan Hendra berdiri diam, keduanya juga sibuk dengan air mata masing-masing. Sega dan Miranda sudah pulang karena Sega harus melakukan banyak pekerjaan.Alvaro mengangkat jemari Saskia yang ada dalam genggamannya lalu mengecupnya lama. Mata Alvaro terpejam rapat dan bulir bening terus mengalir di wajah tampannya."Jangan pergi, Sasi. Masih banyak yang ingin aku lakukan bersamamu. Hanya bersamamu aku bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak terpikir olehku. Kamulah Bintang paling terang yang pernah hadir di

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   106. Ayah

    Langkah tiga orang pria berderap ramai, menuju ke sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Dua dari mereka berhenti di depan pintu yang menghalangi, sedangkan satu orang yang paling tampan bergegas masuk ke ruang rawat inap."Sasi!" Teriakan pria itu membangunkan Alvaro yang tertidur kelelahan sambil menggenggam tangan istrinya. Belum sempat Alvaro bangkit, Andry sudah berdiri di sebelahnya. Kedua tangan Andry bertumpu pada sisi ranjang Saskia. Dia memperhatikan Saskia dengan seksama, lalu menoleh pada Alvaro. Wajahnya berang."Apa ini? Kenapa kamu tidak bisa melindunginya?!" maki Andry pada sang kakak yang sudah berdiri dari kursinya.Biasanya Alvaro tidak akan menanggapi nada tinggi seperti itu, namun kali ini kelelahan hatinya sudah sampai pada puncaknya."Kamu yang menyebabkan semua ini terjadi! Berkacalah sebelum menyalahkan orang lain!" bentak Alvaro dingin."Aku?! Aku ada di luar negeri, ribuan kilometer jauhnya! Bagaimana bisa semua ini kesalahanku?" sangkal Andry."Jangan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status