Share

10. Dipertemukan Oleh Takdir

["Haaahh?"]

Tangan Saskia gemetar hebat, wajah cantiknya memutih. Ponsel yang sedang digenggamnya lolos dari tangannya., terjatuh, membentur lantai dan mati.

'Andry? Benarkah? Atau Ibu sedang ngeprank aku? Atau aku bermimpi?' batin Saskia dengan pandangan kosong.

Orlando dan Wiji bertukar pandang.

"Nyonya? Nyonya kenapa?" Suara Wiji menyadarkan Saskia dari lamunannya.

"Aku harus ke rumah Ibu. Ada sesuatu yang harus kukerjakan. Assalamu'alaikum," pamit Saskia sambil mencium punggung tangan Orlando lalu berlari keluar rumah begitu saja.

"Nyonya, ponselnya ketinggalan!" seru Wiji. Pemuda itu hendak berlari mengejar Saskia sambil membawakan ponselnya, akan tetapi Orlando menahan gerakannya. Lelaki tua itu menggelengkan kepala. Intuisi dan pengalaman hidupnya telah mengajarkan banyak hal.

"Telepon Alvaro," perintah Orlando kepada Wiji.

Saskia segera menyuruh supirnya untuk membawanya ke rumah ibunya. Sepanjang perjalanan Saskia meremas jari-jarinya sendiri. Saskia gugup dan bingung. Apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Andry nanti? Berbagai kenangan bersama Andry berkelebatan di benak Saskia.

'Andry .... kenapa kamu baru muncul sekarang, saat aku sudah ada yang memiliki? Kenapa kamu tidak muncul tiga bulan lebih cepat?' Saskia kembali membatin. Saskia bahkan tak tahu apa perasaannya saat ini. Semuanya bercampur aduk.

Air mata mulai berkumpul di kedua sudut mata jernih wanita cantik itu. Dinginnya AC mengeringkan bulir bening yang luruh di kedua pipi halusnya.

"Kita sudah sampai, Nyonya." Suara Mang Deden supir Saskia memecah keheningan sepanjang perjalanan.

"Berhenti di depan pagar saja, Pak," pinta Saskia.

Saskia mengusap air matanya. Tanpa berkata apapun dia turun dari mobil dan melihat sebuah Kijang Innova hitam terparkir di depan pagar rumahnya. Ada stiker di kaca belakangnya yang menunjukkan kalau itu mobil rental.

Saskia melangkah ke teras. Langkahnya berat, seperti ada beban yang mengikat kedua kakinya untuk tidak melanjutkan langkah. Napas Saskiapun terengah. Jantungnya berdebar tak karuan, seiring dengan membuncahnya perasaan rindu pada wajah tampan yang pernah mengisi hari-harinya dengan keindahan.

"Assalamu'alaikum," sapa Saskia di ambang pintu. Saskia melihat Ibunya duduk berhadapan dengan seorang pria yang langsung menoleh ketika mendengar suaranya. Wajah Ibunya sembab dengan mata yang merah dan bengkak.

"Wa alaikumussalam." Keduanya menyahut bersamaan.

Saskia terhuyung ke samping saking kagetnya. Dia segera berpegangan pada daun pintu agar tidak jatuh.

Pria yang menoleh kepada Saskia itu memang Andry. Andry terlihat lebih dewasa dan jauh lebih tampan dengan tubuh kokoh yang sempurna. Matanya langsung berbinar saat melihat Saskia. Wajah Andrypun seketika berseri-seri.

Andry bangkit dari kursi dan bergegas menghampiri Saskia yang masih berdiri gemetaran di ambang pintu. Dia menggenggam satu buket bunga lily putih yang indah dan harum.

"Sasi ...." panggil Andry lembut. Suaranya bergetar, penuh dengan kerinduan yang terpendam lama. Diulurkannya buket bunga itu.

Mendengar alunan suara yang berusaha dilupakannya, Saskia bagai berada dalam mimpi. Tanpa sadar, tangan Saskia terulur untuk menerima buket bunga lily putih itu. Hatinya teriris mendengar suara berat Andry yang halus dan tulus. Saskia melihat Ibunya berdiri dan pergi ke kamarnya sambil menangis.

"Sasi ... aku sangat merindukanmu. " Andry memeluk Saskia dengan erat. Keduanya berdiri diam, melampiaskan rasa rindu yang tertahan selama empat tahun terakhir.

Saskia tak bisa bergerak. Saskia sangat bingung, tak tahu harus melakukan apa. Dia hanya bisa terus menangis. Menangisi takdir yang telah mempermainkan mereka. Kedua tangannya menggenggam erat buket bunga lily yang cantik itu.

Tiba-tiba seseorang menarik tubuh Saskia menjauh dari Andry. Saskia menoleh dan melihat Alvaro berdiri di sisinya, wajahnya yang biasa tenang dan datar nampak tegang. Satu tangan Alvaro melingkari pinggang Saskia dengan posesif.

"Jangan sentuh istriku," geram Alvaro dengan nada rendah.

Andry menatap Alvaro dengan sorot kebencian di matanya. Ibu Saskia telah menceritakan semua yang terjadi pada Saskia. Andry tahu kalau Saskia menikah dengan Alvaro bukan atas nama cinta melainkan keterpaksaan untuk menyelamatkan Hendra.

"Laki-laki brengsek! Kamu menikahinya hanya untuk kepentinganmu! Sekarang, lepaskan dia!"

Tanpa diduga siapapun, Andry melayangkan satu pukulan keras ke wajah Alvaro.

Bugh!

Alvaro yang tidak mengantisipasi terjajar ke belakang. Darah mengalir dari hidungnya yang retak. Tangannya terlepas dari pinggang Saskia.

Andry merangsek maju, hendak menyerang lagi. Namun Saskia segera berdiri di hadapan suaminya.

"Jangan, Andry! Kita bisa bicara, jangan bertindak seperti ini!" seru Saskia. Matanya yang jernih mengiba kepada Andry, membuat lelaki itu mengurungkan niatnya.

" Tak ada yang perlu dibicarakan! Kamu milikku, Sasi! Ingat, kita tak pernah menjadi mantan! Aku masih kekasihmu, sama seperti dulu! Ceraikan lelaki brengsek ini dan kita akan hidup bahagia seperti impian kita!" teriak Andry dengan suara serak. Matanya memerah menahan emosi di dadanya.

Dengan gerakan kilat, Andry bergerak ke samping lalu kakinya menendang perut Alvaro sehingga Alvaro terjengkang ke lantai. Kesempatan itu digunakan Andry untuk menarik tangan Saskia.

"Jangan, Andry! Kita bisa bicara!" Saskia berusaha menahan Andry yang kalap.

"Baik! Ayo ikut aku, kita bicara berdua, atau kubuat babak belur lelaki brengsek itu!" Andry menoleh kepada Saskia dengan wajah mengancam. Andry tahu pasti, Saskia tak akan tega membuat seseorang terluka karenanya. Hati wanita itu lembut, dia selalu berusaha menolong orang lain walaupun mungkin membahayakan dirinya sendiri.

Saskia menoleh kepada Alvaro yang masih berada di lantai sambil memegang perutnya. Darah kental menuruni hidungnya.

"Ada apa ini?" Ibu Saskia muncul dari pintu kamarnya lalu terpekik kaget saat melihat Alvaro. Dia segera menghampiri menantunya.

Saskia tahu kalau Ibunya akan mengurus Alvaro, maka Saskia mengikuti tarikan tangan Andry. Saskia tak ingin Andry semakin murka dan membuat semuanya tambah runyam.

Tanpa menunggu jawaban Saskia, Andry kembali menarik tangan wanita yang dicintainya. Didorongnya Saskia masuk ke kursi penumpang lalu Andry segera menjalankan mobilnya membelah dinginnya malam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status