Share

6. Wanita Yang Ternoda

Author: Tya Priya
last update Last Updated: 2023-10-01 08:12:09

Alvaro menghentikan gerakannya. Lelaki itu menghela napas beberapa kali dengan mata terpejam.

Saskia menatap wajah tampan suaminya. Saskia tahu, Alvaro kecewa karena dia bukanlah yang pertama menyentuh Saskia. Empat tahun yang lalu, Andry telah melakukannya.

Pikiran Saskia melayang, teringat pada malam dia menyerahkan diri seutuhnya pada Andry atas nama cinta dan sebuah janji pernikahan.

Mata Saskia mengerjap, sudut matanya basah. Tangannya yang semula memegang lengan Alvaro perlahan luruh. Saskia merasa kotor dan tidak pantas menyentuh sosok tampan itu.

Alvaro yang merasakan gerakan Saskia menjadi tersadar dari pikirannya sendiri. Alvaro membuka mata lalu memaksakan satu senyum kecil. Walaupun dia berusaha tak menampakkan emosi, namun Saskia bisa melihat jelas kekecewaan membayang di mata Alvaro.

Alvaro menuntaskan hasratnya di luar. Setelah selesai, dia bangkit dan berkata,

"Mulai besok kamu harus minum pil agar tidak hamil."

Saskia mengangguk pasrah. Mungkin Alvaro tidak ingin memberikan benihnya pada wanita yang sudah ternoda.

Alvaro masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, meninggalkan Saskia yang menangis dalam diam. Saskia menarik selimut sampai ke leher, menutupi tubuh polosnya.

Siapa yang menyangka kalau Andry akan pergi secepat itu? Jika saja Andry tidak pergi, maka malam ini tidak akan ada yang kecewa, bukan?

Ingatan Saskia melayang pada empat tahun yang lalu ...

Mulai dari pertemuan pertama keduanya di acara pernikahan rekan kantor Andry dan Hendra, hingga malam terakhir sebelum Andry berangkat ke rig lepas pantai yang kemudian terbakar.

Saskia ingat dengan jelas apa yang mereka lakukan malam itu, seolah-olah baru terjadi kemarin. Keduanya pergi ke bukit dan duduk di kap mobil Andry untuk melihat bintang-bintang.

"Kakak harus tepati janji, ini terakhir kali Kakak di perusahaan itu!" Saskia merajuk, menuntut Andry untuk segera meninggalkan pekerjaannya yang berbahaya.

Saskia tidak senang dengan pekerjaan Andry yang mengharuskannya berada di site selama dua bulan sebelum mendapat libur dua minggu. Sinyal di site itu buruk hingga membuat komunikasi di antara mereka menjadi sulit. Saskia ingin Andry bekerja di bagian administrasi saja, seperti Hendra yang jam kerjanya 8-4 dan libur saat weekend.

"Iya Kakak janji. Setelah ini Kakak akan resign lalu kita menikah," sahut Andry tegas. "Kita sudah merencanakan semuanya, 'kan? Kita akan berbisnis, berjuang bersama dan sukses bersama. Kita akan menua bersama. Denganmu, Kakak akan hadapi semuanya."

Sebuah rencana dan gambaran masa depan yang sangat indah. Namun jika takdir Tuhan berkata lain, manusia bisa apa selain menjalaninya?

Saskia tersenyum bahagia. Keduanya berciuman. Ciuman yang tadinya lembut, lama kelamaan semakin liar dan menuntut.

Napas mereka memburu. Andry menggendong Saskia masuk ke dalam mobil dan melanjutkan percumbuan panas mereka, hingga akhirnya Saskia merelakan apa yang dijaganya selama ini.

Ceklek.

Pintu kamar mandi terbuka, tampak bayangan Alvaro keluar dari pintu itu. Saskia segera memejamkan mata, berpura-pura tidur.

Saskia mendengar Alvaro menarik kursi di depan meja yang ada di kamar lalu membuka laptop. Perlahan Saskia membuka matanya sedikit untuk mengintip. Saskia melihat wajah Alvaro yang tenang dan dingin seperti biasanya. Lelaki itu duduk diam, matanya menatap layar laptop tanpa melakukan apapun. Sepertinya dia larut dalam pikirannya sendiri. Beberapa kali dadanya bergerak turun naik

Saskia kembali memejamkan mata. Dadanya sesak.

'Apa yang harus kulakukan?' pikir Saskia gelisah. Kegelisahan itu dibawanya tidur dengan bulir bening menggantung di kedua sudut matanya.

Keesokan harinya saat Saskia terbangun, Alvaro sudah tidak terlihat. Saskia melirik jam, baru jam setengah enam pagi. Kemana Alvaro sepagi ini?

Saskia mandi lalu melaksanakan sholat Subuh. Tubuhnya terasa lemas dan sakit. Setelah itu dia turun ke dapur di lantai satu, hendak menyiapkan sarapan dibantu oleh pelayan.

"Apa Bude melihat Tuan?" tanya Saskia.

"Tuan sudah berangkat bekerja, Nyonya. Kata Bang Mulya, Tuan bawa mobil sendiri dan menyuruh Bang Mulya libur hari ini. Tuan bilang ada proyek yang harus ditinjau," jawab Bude Darsi yang membantu Saskia menyiapkan sarapan.

Bang Mulya adalah supir pribadi Alvaro.

"Oohh." Saskia bergumam.

"Nyonya, nanti Bude ijin pergi ke kajian jam sepuluh pagi, ya?" Bude Darsi meminta ijin untuk pergi ke kajian yang diadakan rutin di masjid yang tak jauh dari rumah Alvaro.

"Boleh, Bude," sahut Saskia.

"Tuan Orlando sudah bangun, Nyonya," bisik Bude Darsi sambil melihat ke jendela kecil yang menghubungkan dapur dengan ruang makan sehingga bisa terlihat siapa yang ada di kedua ruangan itu.

Terlihat Orlando memasuki ruang makan. Saskia segera keluar dari dapur lalu mencium punggung tangan Orlando. Orlando menatap mata bengkak dan rambut panjang Saskia yang basah.

Saskia hanya mengenakan pengering rambut jika hendak bepergian, karena tidak baik jika terlalu sering digunakan. Pengering rambut menyebabkan rambut kering dan mudah patah.

"Mana Al?" Orlando menanyakan cucunya.

"Sudah berangkat, Kek. Katanya ada proyek yang harus ditinjau," jawab Saskia sambil mendorong kursi roda Orlando ke ujung meja.

Pelayan mengantarkan bubur untuk Orlando ke meja makan. Orlando setiap hari hanya makan bubur karena lambungnya sudah tidak mampu mencerna makanan yang keras. Untuk menambah nutrisi, Orlando minum jus buah dan susu lansia.

Satu hal yang paling disyukuri Orlando adalah dia tidak menderita demensia di usianya yang 77 tahun. Ada beberapa hal yang mudah dilupakannya namun tidak berlebihan. Secara keseluruhan, daya ingat Orlando baik.

"Hmm." Orlando mengerutkan kening. "Bude Darsi, tolong panggilkan Pakde Gito."

"Baik, Tuan," sahut Bude Darsi lalu keluar ruangan.

Tak berapa lama Pakde Gito memasuki ruang makan dengan tergopoh-gopoh.

"Selamat pagi, Tuan." Pakde Gito membungkuk hormat.

"Gito, telepon Al. Aku ingin tahu dia sedang meninjau proyek apa."

Pakde Gito mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi nomor Alvaro. Dinyalakannya pengeras suara sehingga semua bisa mendengar percakapan telepon itu.

*****

Alvaro mengemudikan mobil sportnya dengan mengebut. Sebenarnya Alvaro berbohong. Tidak ada proyek yang perlu ditinjaunya sepagi itu. Alvaro hanya ingin menyendiri. Dadanya dipenuhi kekecewaan.

Ingatan malam pertamanya menari-nari di benaknya. Alvaro merasa dibohongi, namun dia juga tidak bisa menyalahkan Saskia. Bukankah di dalam kontrak pernikahan tidak ada syarat Saskia harus perawan?

Namun Alvaro tidak menyangka kalau gadis sekalem Saskia seperti itu. Alvaro tahu, Saskia pernah berpacaran dengan seseorang. Hendra yang menceritakannya. Akan tetapi itu terjadi saat Saskia masih berusia 17 tahun dan setelah itu Saskia tidak pernah dekat dengan lelaki manapun.

Kini Alvaro mengerti kenapa Saskia tidak pernah dekat dengan lelaki lain. Rupanya Saskia tidak ingin rahasianya ketahuan.

Kringggg!

Ponselnya berdering. Alvaro melirik, dilihatnya nama Pakde Gito di layar.

"Aaarrgghh! Pasti Kakek yang menyuruhnya!" geram Alvaro.

Diabaikannya panggilan itu, namun ponselnya terus berdering. Alvaro tahu, Orlando tak akan berhenti sebelum panggilannya dijawab.

Dengan tangan yang terasa berat, Alvaro menekan tombol untuk menerima panggilan pada earbudsnya.

["Halo?" ]

[ "Al, apa yang kau lakukan? Pulang sekarang! Kakek tidak membesarkanmu untuk menjadi pecundang!" ]

Terdengar teriakan Orlando di telepon.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   111. Bukan Akhir

    Alvaro berdehem sambil menarik kursi di seberang Andry, lalu duduk."Apa yang kamu lakukan?" tanya Alvaro."Aku menu*uk perut ba*ingan yang mencelakai Saskia. Aku akan bertanggungjawab.""Apa kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik? Aku akan mengirim pengacara terhebat di negara ini untuk membebaskanmu.""Aku tak memerlukannya. Pengacaraku akan membereskan semuanya. Kamu tak perlu ikut campur," tolak Andry tanpa ekspresi."Kamu keras kepala," kata Alvaro."Pergi. Jaga Saskia dan keponakanku baik-baik." Kali ini Andry berkata sambil memandang lurus pada manik biru Alvaro.Di bawah lampu ruangan yang tidak terlalu Terang, Alvaro melihat kalau mata Andry memerah dan kedua sudutnya basah. Andry membuang muka, menghindari tatapan Alvaro.Terdengar ketukan di pintu, menadakan waktunya telah habis. Alvaro berdiri, memindai sekali lagi adiknya yang akan mendekam lama di penjara. Andry masih membuang muka ke arah lain."Jaga dirimu baik-baik. Kami akan mengunjungimu," ucap Alvaro.Andry Tak

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   110. Pengakuan

    Alvaro berpikir keras setelah menerima laporan dari Sega. Pria yang mengaku bernama Bramantyo luka parah, apakah karena tertembak olehnya atau anak buahnya? Namun Alvaro tak melihat ceceran darah saat mengejar dua sosok yang melarikan diri ke belakang pondok. Jika Bramantyo tertembak, maka pasti ada jejak darahnya. Hmm ... aneh."Pil, apa kamu melihat orang lain selain kita di sekitar pondok? Drone Sega fokus pada kedatangan polisi dan mencari jalan keluar bagi kita. Dia tidak melihat ada yang lain." Alvaro menegur Pil yang sedang mengemudi."Hanya Tuan dan kedua orang itu yang saya lihat keluar dari pintu belakang. Saya dan anak buah lainnya keluar dari pintu depan. Saya tidak melihat orang lain, Tuan," sahut Pil yakin.Alvaro dan para pengawalnya sampai di rumah menjelang Subuh. Anak buah Pil sudah dilatih untuk tidak membuka mulut jika tertangkap. Mereka akan bilang kalau mereka diajak oleh Ketua geng yang berhasil melarikan diri. Mereka juga tidak membawa identitas diri. Kecuali a

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   109. Bramantyo?

    Sega menerbangkan dronenya di ketinggian, di atas mobil yang hampir sampai di pondok.Seorang pria keluar dari dalam mobil. Sega memperbesar dan mengambil foto wajah pria itu. Seperti yang telah diduga Alvaro, wajah pria bernama Bramantyo lah yang muncul. Jadi benar, Bernard dan Bramantyo adalah orang yang sama. Sega segera mengirimkan hasil fotonya kepada Alvaro.Dua orang lelaki menyambut Bernard. Sega mengenalinya salah satunya. Dia Monte, karyawan yang pergi saat terjadi kebakaran di rumah Alvaro yang lama. Rupanya Monte lah pengkhianat yang membiarkan Bernard masuk ke dalam rumah!Sega kembali mengambil foto dan mengirimkannya pada Alvaro. Sega melihat lelaki yang bersama Bernard dan Monte menatap ke arah dronenya yang terbang di kegelapan malam. Sega segera meninggikan dronenya dan menyembunyikannnya di balik pepohonan sambil berharap agar lelaki yang tampak waspada itu tidak curiga. Jika musuh tahu kedatangan mereka, akan semakin sulit bagi Alvaro untuk meraih kemenangan karena

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   108. Pondok

    Atas permintaan Saskia, Alvaro mengantar Saskia melihat bayi-bayi mereka yang masih berada di inkubator. Alvaro mendorong kursi roda Saskia sampai di depan jendela besar ruang PICU, lalu berdiri di samping sang istri sambil berulang kali meliriknya. Alvaro sangat penasaran dengan reaksi Saskia.Saskia menatap kedua bayinya dengan mimik yang berubah-ubah. Kadang dia mengerutkan kening, kadang wajahnya kosong, kadang pula menggelengkan kepala, di waktu lain dia menggigit bibirnya sendiri.Melihat itu, diam-diam Alvaro menghembuskan napas panjang. Sepertinya Saskia belum mengingat Mimi dan Mimo."Ma, kita kembali ke kamar, yuk. Sebentar lagi jadwal visit dokter." Alvaro mengingatkan."Pa ... aku ... aku ... tak bisa mengingat anak-anak. Kurasa aku gila." Saskia mendongak kepada Alvaro. Air mata menganak sungai di pipinya yang pucat.Alvaro berjongkok di hadapan Saskia, lalu menggenggam kedua tangan istrinya."Mama hanya perlu istirahat. Jangan memaksakan diri, oke?" kata Alvaro lembut. S

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   107. Mengingat

    "Sasi ... Sayang, kembalilah. Aku ingin membesarkan anak-anak kita bersama," ucap Alvaro sambil membelai rambut tebal Saskia. Suaranya serak dan air matanya tak bisa ditahannya lagi. Alvaro membiarkan air mata itu mengalir. Dia sudah tak peduli lagi pada rasa malu karena menangis. Dia tak pernah membiarkan orang lain melihatnya menangis, tetapi saat ini dia tak peduli. Bahkan kehadiran keluarga Saskia di belakangnya pun tak membuatnya berhenti menangisi sang istri.Ibunya Saskia dan Hendra berdiri diam, keduanya juga sibuk dengan air mata masing-masing. Sega dan Miranda sudah pulang karena Sega harus melakukan banyak pekerjaan.Alvaro mengangkat jemari Saskia yang ada dalam genggamannya lalu mengecupnya lama. Mata Alvaro terpejam rapat dan bulir bening terus mengalir di wajah tampannya."Jangan pergi, Sasi. Masih banyak yang ingin aku lakukan bersamamu. Hanya bersamamu aku bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak terpikir olehku. Kamulah Bintang paling terang yang pernah hadir di

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   106. Ayah

    Langkah tiga orang pria berderap ramai, menuju ke sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Dua dari mereka berhenti di depan pintu yang menghalangi, sedangkan satu orang yang paling tampan bergegas masuk ke ruang rawat inap."Sasi!" Teriakan pria itu membangunkan Alvaro yang tertidur kelelahan sambil menggenggam tangan istrinya. Belum sempat Alvaro bangkit, Andry sudah berdiri di sebelahnya. Kedua tangan Andry bertumpu pada sisi ranjang Saskia. Dia memperhatikan Saskia dengan seksama, lalu menoleh pada Alvaro. Wajahnya berang."Apa ini? Kenapa kamu tidak bisa melindunginya?!" maki Andry pada sang kakak yang sudah berdiri dari kursinya.Biasanya Alvaro tidak akan menanggapi nada tinggi seperti itu, namun kali ini kelelahan hatinya sudah sampai pada puncaknya."Kamu yang menyebabkan semua ini terjadi! Berkacalah sebelum menyalahkan orang lain!" bentak Alvaro dingin."Aku?! Aku ada di luar negeri, ribuan kilometer jauhnya! Bagaimana bisa semua ini kesalahanku?" sangkal Andry."Jangan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status