Share

5. Malam Pertama

"Haa? Kita akan satu ranjang? Kenapa?" Saskia menjengit. Digesernya tubuhnya menempel ke sandaran ranjang karena merasa ada yang aneh dengan tatapan Alvaro.

"Aku suamimu, kenapa tidak boleh tidur denganmu?" Alvaro balik bertanya dengan nada tak bersalah. Lelaki itu berbaring di sebelah Saskia.

Saskia tak bisa membantahnya. Secara hukum agama dan negara, Alvaro berhak atas Saskia

Saskia merebahkan diri dan memunggunginya, dengan harapan Alvaro segera tidur. Saskia berusaha memejamkan mata namun tidak bisa. Saskia merasa punggungnya dipandangi oleh Alvaro.

Saskia memindahkan guling yang tadinya dipeluknya lalu memposisikan guling itu di antara dia dan Alvaro. Namun itu tak ada gunanya. Guling itu langsung dilempar Alvaro ke lantai.

"Kita tak butuh guling," bisik Alvaro serak di telinga Saskia. Saskia kembali menjengit. Dia tak tahu sejak kapan Alvaro sedekat itu dengannya. Hembusan napas Alvaro membuat bulu kuduk Saskia meremang.

Alvaro menempelkan tubuhnya pada Saskia. Saskia merasa ada sesuatu yang keras mengganjal pant*tnya. Tangan Alvaro diletakkan di perut rata Saskia, namun tak lama kemudian bergerak ke atas dan meremas dada Saskia yang berukuran 38B.

Jantung Saskia terasa melompat keluar saking kagetnya atas aksi Alvaro. Saskia berusaha menarik tangan Alvaro namun tak berhasil. Maka Saskia berbalik hendak protes dan ...

"Mmh!"

Alvaro melumat bibir Saskia. Saskia yang tadinya hendak protes menjadi gelagapan.

Tangan Alvaro menelusup ke punggung Saskia untuk membuka ritstleting daster yang dikenakan Saskia.

"Jangan," erang Saskia lemah saat Alvaro melepaskan bibirnya untuk memberinya kesempatan bernapas.

"Aku suamimu." Alvaro kembali mengucapkan kalimat itu, lalu kembali mencumbu Saskia. Tangan Saskia mencoba menahan tubuh Alvaro, namun gerakan Saskia di perut sixpack Alvaro terasa seperti belaian bagi sang pemilik tubuh. Alvaro semakin agresif.

"Aahh..." Desah yang ditahan-tahan akhirnya lolos juga dari mulut Saskia. Saskia sangat malu. Wajah dan tubuhnya terasa panas.

"Apakah enak?"" tanya Alvaro lembut. Matanya yang berkabut menatap Saskia sendu.

Saskia hanya bisa mengangguk. Tatapannya tak lepas dari wajah tampan yang berjarak beberapa sentimeter darinya.

"Bibirmu bengkak." Alvaro tersenyum, lalu melumat bibir Saskia lagi. Kali ini Saskia membalasnya dengan bergairah.

Alvaro mulai masuk ke dalam tubuh Saskia. Tubuh tegapnya berkeringat dan napasnya memburu. Saskia tidak menutup mata. Dia ingin merekam baik-baik malam pertama mereka di ingatannya.

Namun mendadak Alvaro melepaskan bibirnya dari Saskia dan menarik wajahnya menjauh. Ditatapnya Saskia dengan kening berkerut. Wajahnya memerah.

*****

Di suatu tempat yang sangat jauh...

Seorang lelaki memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit.

"Aaarrgghh! Kepalaku sakit!" teriak lelaki itu.

Rekan kerjanya mendekat dengan khawatir. Dia menepuk-nepuk bahu sang lelaki untuk menenangkannya.

"Aku harus segera kembali ke Indonesia. Perasaanku tidak enak, Ron," kata lelaki itu kepada sahabat yang telah menyelamatkan nyawanya dan memberinya pekerjaan di kapal penangkap kepiting Alaska yang besar ini.

Mereka sedang menangkap kepiting Alaska di Laut Bering. Pekerjaan itu berisiko sangat tinggi, 50 kali lebih besar dari pekerjaan biasa. Gelombang tinggi berkali-kali menerjang kapal. Suhu sangat dingin, minus sekian derajat Celsius. Mereka harus bekerja mengenakan pakaian berlapis-lapis dan sarung tangan tebal agar tubuh mereka tidak menjadi kaku di suhu sedingin itu.

Bukan hal baru jika ada pekerja yang tubuhnya mati rasa lalu terseret jaring yang berisi ratusan kepiting yang baru saja diangkat dari lautan. Ada juga pekerja naas yang tercebur ke laut dan tubuhnya langsung membeku.

Namun sesuai dengan tingkat risikonya, pekerjaan itu juga bergaji besar. Tiga bulan bekerja menghasilkan ratusan juta jika dirupiahkan.

"Seminggu lagi kita akan berlabuh. Kita bisa segera pulang ke Indonesia membawa uang yang sangat banyak. Bertahanlah dan fokus pada pekerjaan. Semua akan baik-baik saja." Roni menyemangati pria yang sedang gundah itu.

"Beberapa minggu ini aku mengalami mimpi buruk. Sakit kepalaku juga semakin sering dan menjadi-jadi, Ron,," kata sang lelaki.

"Kita pasti bisa menyelesaikan ini dan kembali dengan selamat. Berjuanglah untuk pulang dan kamu akan segera bertemu dengan gadismu." Roni kembali menguatkan lelaki itu.

Sang lelaki tersenyum mendengar sahabatnya menyebut 'gadismu.'

"Kau benar! Gadisku sedang menungguku kembali. Aku harus menyelesaikan ini dan pulang dengan membawa uang yang banyak untuk menikahinya! Aku akan membeli sebuah rumah dan memulai bisnis. Kami akan hidup bahagia selamanya!"

Sang lelaki mengabaikan rasa sakit di kepalanya, lalu fokus melanjutkan pekerjaannya. Wajah seorang gadis cantik dengan tubuh langsing dan tinggi menari-nari di benaknya, membuatnya seperti mendapat asupan energi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status