"Mommy... Mommy, sakit perut!" Axel berlari menghampiri ibunya sambil memegang perutnya yang sakit. "Wah, ayo cepat!" Harmoni beranjak, dia hendak menggendong putranya tapi tiba-tiba saja pandangannya berputar. Dia hampir jatuh tapi beruntungnya Harmoni berpegangan kuat pada kursi. "Kenapa, Mommy?" putranya tampak mencemaskan dirinya "Tidak. Tidak ada apa-apa." Sepertinya dia terlalu lelah menjaga Axel yang mulai aktif. Harmoni membawa putranya pergi ke kamar mandi. Dia menjaga Axel sambil berdiri di depan pintu. Dia merasa ada yang salah dengan keadaannya itu dan dia mulai mengingat kapan terakhir dia datang bulan. Sesungguhnya ini bukan pertama kali dia merasa pusing seperti itu. Dia sudah merasakannya sejak beberapa hari belakangan bahkan dia sering memuntahkan makanan yang mudah makan. Dia tidak pernah mengeluh sama sekali karena dia masih bisa menahannya tapi sekarang dia jadi curiga dengan keadaan yang dia alami. "Sudah, mommy. Axel sudah selesai!" Putranya m
"Mommy, Uncle dan Aunty mau menikah!" Perkataan putranya mengejutkan Harmoni.Dia dan Aiken sudah berada di restoran tapi mereka tidak menemukan keberadaan Joy dan Stuart. Harmoni menghubungi sahabat baiknya tapi yang menjawab justru putranya. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, apalagi perkataan putranya itu. Dia menanyakan di mana mereka berada dan cukup terkejut karena mereka berada di kantor catatan sipil. Harmoni mengajak suaminya pergi ke sana tapi dia masih berbicara dengan putranya. Dia bahkan ingin berbicara dengan Joy tapi Axel berkata Joy sedang berganti pakaian. "Apa maksud Axel? Apa Aunty dan Uncle benar-benar mau menikah?""Axel tidak tahu, Mommy. Aunty Joy berkata Dia suka dengan anak-anak dan Uncle mau memberikannya.""Wah," meski ucapan putranya kurang jelas tapi dia dapat mengerti apa yang dimaksudkan. "Jika begitu Mommy dan Daddy akan segera pergi ke sana.""Cepat, Mommy. Axel mau makan enak!" Ucapan putranya membuat Harmoni tertawa. Sepertinya Axel belum
โAunty!โ Teriakan Axel mengalihkan perhatian Joy yang sedang menunggu Harmoni.Joy berpaling melihat ke arah pintu masuk. Sedotan yang ada di mulut terjatuh. Dia tampak mengagumi sesuatu tetapi bukan Axel yang sedang melambai ke arahnya melainkan Stuart yang berjalan masuk.Axel berada di dalam gendongan Stuart. Tatapan Joy tidak berpaling sama sekali dari pria itu. Entah kenapa dia merasa Stuart seperti hot Daddy yang begitu menggoda.Pria itu menghampirinya dengan gagah. Dia menggendong Axel dengan satu tangannya saja sehingga otot tangannya terlihat. Joy mulai mengaduk minuman, dia masih terlihat terpana.โAunty, Axel datang untuk makan enak!โ Axel kembali memanggilnya tapi perhatian Joy tak teralihkan dari wajah Stuart.โAunty?โ Axel kembali memanggil.โOh, hm,โ Joy mengalihkan perhatiannya, โAunty juga ingin makan enak,โ minumannya kembali diseruput. Dia baru menyadari jika Stuart terlihat tampan.โAunty, Aunty lihat apa?โ Pertanyaan itu mengalihkan perhatiannya.โOh, tidak. Mana
Tom makan dengan lahap, makanan yang baru saja disediakan. 3 tahun berada di sana, dia justru menikmati hidupnya. Walaupun dia terkurung di tempat itu dan tidak bisa pergi kemanapun tapi dia menjalani kehidupannya dengan nyaman.Tidak ada yang menyiksa dirinya. Dia pun diberi makan. Dia tidak perlu memikirkan apa pun. Dia tidak tahu apa yang terjadi karena Harmoni tidak pernah datang lagi setelah hari itu.Dia menebak Harmoni telah mati dibunuh oleh Danzel. Bisa saja gara-gara kejadian itu, Aiken melupakan dirinya dan tidak berminat untuk membunuhnya lagi.Makanan yang disediakan pun tidak buruk. Dia merasa tidak seperti seorang tawanan tapi dia tak tahu jika itu adalah makanan terakhir yang akan dia nikmati.Sebuah tong besar yang terbuat dari kaca dibawa masuk ke dalam. Tom berhenti makan, dia tampak heran karena anak buah yang selalu menjaganya selama ini terlihat begitu sibuk.Dia menyimpan piring makanan yang sudah kosong ke atas lantai dan meneguk minumannya dengan cepat. Dia
Setelah menikah, mereka tidak berencana pergi berbulan madu. Harmoni tidak mau melakukannya. Dia merasa tidak perlu karena mereka sudah memiliki anak. Dia pun tidak ingin meninggalkan putranya. Dia ingin putranya mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan yaitu kasih sayang dari mereka. Siang itu dia ada janji dengan Joy. Setelah menikah, banyak yang dia lakukan. Salah satunya mengambil tulang belulang kakaknya yang masih berada di rumah sakit. Tadinya dia berencana membawa pulang tulang belulang kakaknya ke kampung halaman tapi dia mengurungkan niat dan memutuskan untuk memakamkan kakaknya di makam pribadi milik keluarga Aiken. Tidak saja kakaknya yang dimakamkan di sana. Putri kecilnya sudah dipindahkan beberapa minggu yang lalu. Dia dan Aiken pergi secara langsung untuk memindahkan makam Putri mereka. Satu hal yang dia lupakan, dia lupa dengan keadaan orang kepercayaan Danzel yang masih berada di markas Aiken. Dia belum menanyakan hal itu dan dia tidak tahu apakah pria itu ma
Beberapa waktu telah berlalu, acara pernikahan dipersiapkan dengan cepat tapi Harmoni tidak melibatkan diri karena dia sibuk menjalani operasi. Dia ditemani oleh Aiken, putra mereka bersama dengan sang nenek. Keluarga besar Aiken tentu membantu apalagi dia memiliki banyak sepupu. Mereka dengan sukarela membantu Aiken untuk menyiapkan pernikahannya dengan Harmoni sehingga Aiken berfokus dengan operasi yang dijalankan oleh Harmoni. Pernikahan itu akan diadakan secara tertutup. Tidak banyak yang diundang karena Harmoni sudah tidak memiliki siapapun lagi. Hanya Joy saja yang dia undang karena dia memang tidak begitu memiliki banyak teman. Semua persiapan sudah selesai. Operasi yang dijalani oleh Harmoni pun berjalan dengan lancar. Dia kira wajahnya tidak akan kembali lagi tapi rupanya dokter yang menangani dirinya mampu mengembalikan wajahnya seperti semula. Tidak ada bekas luka bakar, satu goresan pun tidak ada. Semuanya tampak seperti semula dan tentunya ada bagian kulit lain yan