"Sagara, kan?"Mata bulat itu berkedip lucu menatapnya. Dia masih bersiap menyiapkan reflektor tepat ketika suara halus itu menyapa gendang pendengarannnya. Saat menoleh, didapatinya wanita dengan tubuh mungil dan kunciran tinggi yang nampak imut mendongak kearahnya.Sagara terdiam beberapa saat, berusaha mengingat siapa wanita dihadapannya itu. Dari emotikon smiley, perlahan si gadis bertransisi menjadi setengah cemberut. "Nggak ingat, ya?" cicitnya kecewa.Dimana Sagara pernah melihatnya? Dia nampak tak asing namun disaat yang bersamaan, Sagara tak dapat mengingat dengan jelas, Hingga ingatannya meskipun sedikit ngelag, akhirnya berhasil membawa lelaki itu kembali pada beberapa waktu lalu. Benar! Dia gadis komplek yang bertemu dengannya saat jogging, kan?"Yang jogging waktu itu, kan?" Terka Sagara. Si gadis kembali tersenyum sembari menganggukkan kepalanya antusias hingga rambutnya yang diikat ponytail ikut bergoyang. Tubuh kecilnya makin mendekat pada Sagara, binar di netra ga
Suasana kantor mulai agak sepi, mungkin karena jam kerja sudah berakhir. Menyisakan beberapa karyawan yang terpaksa harus lembur demi mengejar target capaian kerja bulanan. Maklum, ini hampir akhir bulan. Sagara naik membawa tas besar berisi inventaris kantor. Dia tiba dengan selamat setelah wanita mungil yang ditemuinya tadi menurunkannya tepat di pintu masuk The Cassiluxe. "Mana ponsel kamu?" Sagara mengernyit heran namun tetap saja memberikan ponselnya pada Gisela. Nampak gadis itu serius mengetik disana setelah Sagara membukakan kunci. Tak lama berselang, ponsel Gisela berbunyi. Senyum di wajah Gisela mengembang saat dia mengembalikan ponsel Sagara kepada pemiliknya. "Udah aku save! Pokoknya gak terima penolakan kalau kuajak jogging pagi di komplek!" Ujarnya dengan senyum jenaka. Sagara hanya balik tertawa saat melihat penamaan yang Gisela tuliskan untuk kontaknya. 'My Jogging Bestie' Sagara mengucap terimakasih lalu segera keluar dari mobil Gisela dan lanjut masuk ke da
Cemburu? Natalia mungkin harus kembali memeriksa definisi dari kata terlarang yang sepertinya tidak ingat pernah terjadi padanya itu. Cemburu—sebuah emosi yang muncul ketika seseorang merasa tidak aman akan hubungannya. Atau reaksi yang muncul akibat deteksi ancaman. Bahkan selama masa pacarannya dulu, cemburu adalah hal yang terjadi padanya dalam beberapa hitungan jari. Cemburu berbeda dengan rasa sakit hati akibat dikhianati, kan? Dirinya dan sagara. Memangnya mereka ada dalam hubungan yang pantas untuk saling cemburu? Natalia terengah, dua kakinya yang diangkat Sagara terasa melayang. Dia tak bisa merasakan kakinya sendiri karena kenikmatan yang timbul di sela pahanya telah mendominasi memenuhi indra perasanya. Kedua matanya melotot ketika merasakan kulit terasa dingin yang tiba- tiba menyentuh secara langsung. Hampir tak sadar bahwa Sagara bahkan sudah berhasil menyibak celana dalam miliknya. Natalia hampir menjerit kalau saja Sagara tidak segera membungkamnya dengan ciuma
'Ketika salah satu dari kita memiliki kekasih, maka saat itulah permainan kita berakhir.' Poin tambahan yang baru saja Natalia sampaikan terdengar masuk akal sekaligus menyedihkan Sagara. Entah mengapa dia jadi takut tiba- tiba dicampakkan karena Natalia bisa saja menemukan yang jauh lebih baik darinya. Sagara menatap sinis ruangan rapat yang dibatasi dengan kaca. Didalamnya terdapat Natalia yang sesekali tersenyum dan berbicara dengan seorang pimpinan dari perusahaan rekanan yang sedang bertamu. Kelihatannya pria itu cukup mapan, tampan, tidak terlalu tua, dan karismatik. Wajar saja Sagara yang masih anak magang dan mahasiswa ini merasa sedikit insecure. "Menang proyek lagi kita." Bernada pengumuman, Sagara melirik sekilas Mario yang baru saja kembali memasuki ruangan mereka. Lelaki itu juga mengamati interaksi antara Natalia dan calon klien di dalam ruangan. Alis Sagara terangkat sebelah namun jelas saja bibirnya malas bergerak. Dia tak perlu bersuara dan hanya menunggu Mario
“Baru pulang?” Suara Viona menghentikan langkah pria muda yang mengendap-endap masuk kedalam hunian mewah itu. Viona bangkit dari duduknya, melangkah mendekati suami mudanya yang tengah memaksakan sebuah senyum kearahnya. “Maaf, sayang. Kamu lama menunggu?” Davian meraih pinggang wanita yang masih cukup seksi untuk usianya itu. Mengecup perlahan dahinya sembari memberi usapan sayang di rambut. Viona menggeleng, kembali mempertegas pertanyaannya yang belum dijawab. “Darimana?” Davian duduk di sofa, membalas tatapan Viona dengan lembut. “Ikut menemani ibu menanam pokchoy,” jawabnya. Tak lupa menunjukkan gambar sebagai bukti di ponselnya. Ibunya memang sangat suka sekali menanam aneka hidroponik di rumahnya.Viona tersenyum sebagai balasan, menyambut lengan Davian yang membawanya untuk duduk di pangkuan sang lelaki. “Bagaimana orang tuamu? Mereka sehat, kan?” Davian mengecup bibir istrinya, “tentu, berkat menantunya yang selalu mengirimkan vitamin dan makanan terbaik untuk mereka,
“Merokok?"Sagara menoleh kesamping, mendapati jendela sebelah terbuka dan kepala wanita menyembul darisana. Tidak, dia tidak kaget sama sekali. Di rumah ini hanya ada dia dan Natalia. Kamar mereka juga bersebelahan. Jadi bagaimana bisa dia pura- pura kaget?Hanya saja Sagara tidak menyadari kapan wanita itu sampai di rumah dan bahkan sudah bersih- bersih begitu. Padahal dirinya sudah berada disini selama kurang lebih tiga puluh menit. Sagara kembali menghirup dan menghembuskan asap rokok yang diapit di jari. Melirik Natalia sekilas sebelum kembali membuang muka lalu mengendikkan bahu, "kenapa? Mau lapor sama mama?" Acuh tak acuh, Sagara mulai berani menjawab karena dirinya merasa dipermainkan. Belum lagi pemandangan di kantor tadi siang yang membuatnya benar- benar muak. Natalia dapat membaca kekesalan dari aura Sagara malam ini. Namun seperti biasa, dia tidak akan terpengaruh. Wanita itu justru paling suka menghadapi Sagara disaat-saat seperti ini. Berdebat sedikit sebelum akhir
Wanita yang tengah bergelung dibawah selimut menggeliat pelan, perlahan membuka matanya dan menyingkirkan lengan kokoh yang memeluknya erat. Setelah mengumpulkan kembali nyawanya, ia mengambil kaos semalam dan memakainya serampangan. Berjalan keluar kamar tanpa peduli apapun.Destinasi utamanya tentu dapur. Mencari sesuatu untuk dimakan setelah kurang lebih 6 jam bertahan tanpa makanan. Beberapa jenis makanan sudah tersaji di meja, lengkap dengan penghangat yang memastikan semua makanan itu tetap hangat saat disantap.Natalia menggulung rambutnya asal setelah berhasil mengaliri kerongkongan yang terasa kering. Pilihannya jatuh pada sup hangat dan juga pasta, mencomotnya bergantian.Ia masih makan dengan lahap saat menyadari asisten rumah tangganya mendekat agak tergesa. "Bu, saya mau izin keluar sebentar. Mau menjemput anak saya yang baru pulang study tour. Kebetulan suami sedang ikut mengantar bosnya diluar kota jadi tidak bisa menjemput," izin Bu Widya tidak enak hati. Natalia men
“Ini lucu.” Natalia menghentikan usapan lembutnya pada rambut lelaki muda yang tengah dengan nyaman tiduran diatas pahanya. Wanita itu melirik Sagara dalam diam, tersenyum tipis saat menyadari kemana arah perhatian Sagara terfokus. Jemari panjangnya mengusap- usap bagian perut sebelah kiri hingga pinggang Natalia yang terlukis hidden tattoo. "Seharusnya sangar. Kamu orang pertama yang menyebut itu lucu." Usapan Sagara berhenti lalu netranya berpindah melirik Natalia yang sama- sama tengah meliriknya juga. "Orang pertama yang menyebutnya lucu? Siapa lagi yang pernah melihatnya?" Meskipun menggunakan crop top, Natalia seringkali masih menggunakan celana ataupun rok highwaist sehingga keberadaan tattoo itu tidak terdeteksi. Sagara pikir, bahkan meskipun Natalia menggunakan bawahan low ataupun mid-waist, tattoo itu tidak akan dapat terlihat dengan mudah. Kecuali kalau Natalia menggunakan pakaian renang atau mungkin dilihat oleh orang yang pernah melepas celana Natalia. Begitu kasarn