Share

Bab 5

Author: Dewi
last update Last Updated: 2023-08-07 20:31:42

Setelah menekan tombol tak lama 2 perawat dan seorang dokter datang dan memeriksa Sintia secara seksama.

Sedangkan Arseno berdiri dengan cemas di samping ranjang pasien.

"Tolong, jangan membuat pasien berpikir terlalu keras karena kondisinya belum stabil, dan saya sudah memberi obat pereda panas,"

Dokter itu memeriksa mata Sintia dan menyuntikan obat di infusnya.

"Terimakasih dok,"

Dokter paruh baya itu tersenyum mengangguk, Arseno pun mengantar dokter keluar ruangan dengan ramah.

Setelah dokter keluar dari kamar rawat Sintia, seraya Arseno berjalan dekat ranjang Sintia dan menyentuh telapak tangannya.

"Ohh iya panas," gumam Arseno yang sekarang hatinya mulai percaya jika wanita yang bernama Sintia itu tidaklah seperti yang di pikirkan.

Arseno pun segera memperbaiki selimut Sintia. Dan Arseno kembali duduk, Arseno tidak bisa memejamkan matanya padahal ini malam sudah larut.

Setelah selesai Arseno duduk di sofa yang berada tak jauh di ranjang tempat tidur rumah sakit. "Jika mama tau bisa mati aku," gumamnya dalam hatinya.

Arseno meremas kepalanya dengan kasar dan mengusap-usap wajahnya, Arseno takut jika mamanya benar-benar marah kepada dirinya.

Tak terasa mulut Arseno menguap tanda kantuk mulai menyerangnya. Dia melepaskan jas yang melekat pada tubuhnya dan melepas sepatu lalu merebahkan badannya di sofa.

Tepat pukul 3 pagi Sintia mengigau membuat Arseno terbangun.

Sintia mengigau ibu tirinya yang bernama Asri, dia memohon kepada ibu tirinya untuk tidak mengusir dari rumah.

Arseno mendekati ranjang Sintia dan menyentuh dahinya.

"Ya tuhan suhu badannya kok tetap panas ya," ujar Arseno yang memegang dahi Sintia.

Arseno pun segera menghubungi dokter, karena kondisi Sintia tidak stabil.

Tepat pukul 7 pagi Sintia sudah sadar diri namun suhu badannya masih sedikit panas.

"Ini makan," ujar Arseno sambil memberi sepiring nasi makanan dari rumah sakit.

Sintia pun berusaha untuk mengangkat kepalanya untuk duduk, sayang semakin dia berusaha mengangkat kepalanya maka rasa sakit itu semakin menyerangnya.

Arseno pun yang melihat Sintia kesakitan, dia berjongkok di dekat ranjang Sintia dan mengatur posisi ranjang menjadi kepalanya lebih tinggi.

"Terimakasih," ujar Sintia.

Sintia pun mulai makan dengan lahap, Sintia ingin segera sembuh dan pergi dari rumah sakit.

Sintia berpikir jika terlalu lama di rumah sakit maka akan menghabiskan biaya semakin banyak.

Arseno yang melihat Sintia makan begitu lahap menjadi sedikit ilfil.

"Perempuan makannya kok seperti preman," ujarnya dalam hati.

Arseno pun duduk di sofa dan memainkan smartphonenya.

Arseno merasa perutnya mulai sedikit lapar, dia ingin memesan makanan online, namun ada mamanya Ratih yang tiba-tiba menelpon dirinya.

"Arseno, mama mau ke rumah sakit, kamu gak usah beli makanan di luar mama bawain dari rumah," ujar bu Ratih dan dengan mematikan teleponnya sepihak.

Arseno pun kembali sedikit kesal dengan sikap mamanya.

"Harus ya mematikan telepon secara sepihak," gumam Arseno mendengus kesal.

Arseno menghembuskan nafas panjangnya dan dia kembali memainkan smartphonenya. Dia melihat video tentang motivasi para pebisnis handal.

Sedangkan Sintia hanya diam tanpa bicara.

"Oh ini orang yang angkuh kemarin, setiap ketemu dia bawaannya apes mulu," gumam Sintia .

Tanpa terasa ibu Ratih mamanya Arseno yang dipanggil Oma oleh Sintia datang dengan membawa banyak makanan dari rumah.

"Hallo nak, selamat pagi. Sudah makan?" tanya bu Ratih dengan mengelus kepala Sintia.

"Sudah nek,"

Arseno pun sudah tidak peduli lagi dengan Sintia, dia hanya memikirkan makan.

Arseno makan dengan sangat nikmati meskipun makannya di rumah sakit yang notabenenya bau obat.

Bu Ratih pun menyahut kotak makanan yang akan dibuka Arseno.

"Siapa suruh kamu buka kotak biru itu?"

Arseno pun mengerutkan dahinya, dia gak mengerti apa maksud mamanya.

Bu Ratih pun menyahut kotak itu dan berjalan ke ranjang tempat tidur Sintia dan memberikan ke Sintia.

"Ini sayang buat kamu, ini itu isinya salad buah. Itu sangat bagus buat mu," jabar oma Ratih dengan membuka kotak tersebut.

"Makasih banyak ya nek,"

"Jangan panggil aku nenek, panggil oma. Paham," jawab oma Ratih.

Sintia pun tersenyum dan mengangguk tanda dia menyetujui panggilan tersebut.

Oma Ratih pun menyuapi Sintia dengan penuh kasih sayang.

Arseno yang melihat mamanya merasa kurang senang.

"terlalu berlebihan sekali." gumam Arseno.

Arseno pun berdiri dan melangkahkan kakinya mendekati mamanya yang duduk di dekat ranjang Sintia.

"Mama aku pamit, aku mau pulang tidur, sebagai gantinya aku tidak pergi ke kantor aku mau tidur di kamar seharian, jangan ganggu aku lagi."

Arseno pun berjalan melangkahkan kakinya keluar dari kamar rawat Sintia dengan sedikit angkuh dan cuek.

Bu Ratih memperhatikan mata Sintia yang melihat kepergian Arseno.

"Itu anakku, dia wataknya seperti itu sangat menyebalkan, jika ada perkataannya yang pedas jangan di masukin kedalam hati ya Sintia."

Sintia pun bercerita awal mulanya ketemu Arseno, oma Ratih pun mendengarkan secara seksama dan dengan sedikit tersenyum.

"Maaf oma menurutku Arseno itu sedikit angkuh,"

Oma pun hanya mengangguk, oma juga menyadari tingkah Arseno.

Oma berpikir ingin suatu hari memberi sebuah pelajaran kepada anaknya supaya bisa lebih menghargai orang lain.

Sesampai rumah Arseno langsung melangkahkan kakinya untuk segera masuk ke dalam, namun langkahnya terhenti kala dia dipanggil oleh kakak perempuannya.

"Arseno sini," sahut Tiara yang tengah duduk di sofa dengan melambaikan tangan.

Tiara adalah kakak perempuan Arseno, di berumur 45 tahun selisih 5 tahun dari Arseno. Dia adalah wanita yang modis dan memiliki karir yang cemerlang, itu juga alasan bagi dia enggan menikah dengan laki-laki yang berada di level di bawahnya. Dia juga memiliki selera yang tinggi terhadap lawan jenis, itu sebabnya sampai sekarang di belum menikah.

Arseno pun melangkahkan kakinya mendekati kakak perempuannya yang tengah duduk.

"Apa?"

Tiara menyuruh Arseno untuk duduk di dekatnya dan bertanya siapa gerangan orang yang menolong mamanya.

"Yang menolong mama adalah seorang wanita muda dia juga kemarin yang melamar pekerjaan di kantor," jabar Arseno.

Tiara pun menganggukkan kepalanya sebagai bentuk bahwa dia mengerti dan paham.

"Apa dia memintamu uang?" tanya Tiara penasaran

Arseno pun menatap dengan memicingkan matanya.

Arseno penasaran dengan pertanyaan kakak perempuannya yang terkesan menyepelekan orang lain

"Tidak, tadi malam kondisinya agak menurun,"

Mendengar jawaban Arseno, Tiara mulai menurunkan rasa curiganya terhadap Sintia.

"Ya sudah, aku mau ke kamar dulu mau tidur aku lelah." ujar Arseno pamit dan beranjak dari duduknya.

Namun langkah Arseno terhenti kembali Tiara memanggil kembali.

"Oh ya Arseno lusa Fifian mau datang dia ingin bertemu denganmu, jika perjodohan ini berhasil maka usaha 2 keluarga semakin kuat. Siapkan dirimu." ujar bu Tiara .

Arseno pun membalikkan badannya dan mendekati kakak perempuannya.

"Aku belum siap, aku tidak mau menikah dini aku masih mengejar karir ku dulu. Lagian aku tidak tertarik dengan Fifian." jabar Arseno.

Tiara pun menatap tajam Arseno dengan penuh api-api.

"Tutup mulutmu, apa yang jadi perintahku harus kamu laksanakan, ini semua demi kebaikan mu."

Arseno pun pergi tanpa sepatah katapun yang terucap dari mulutnya.

Arseno merasa kesal dengan saudara perempuannya, dia merasa hidupnya penuh tekanan tidak ada kebebasan yang ingin Arseno rasakan.

Dari kecil hidup Arseno penuh aturan, dari mulai belajar sampai bermain pun diatur.

Dari kecil Arseno suka bermain gitar tapi dia diharuskan untuk ikut les piano, itu salah satu contoh aturan kecil yang harus dia lakukan.

Arseno duduk sambil memandangi langit pagi yang cerah, mata yang semula merasa kantuk berat seketika menjadi sadar.

"Arhgghhhhh, aku gak suka dijodohkan dengan Fifian, perempuan manja kekanak-kanakan," gumamnya dalam hati sambil memejamkan matanya.

"Diam kamu Arseno, tutup mulut mu." sanggah Tiara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Hasrat Cinta Atasanku   Akhirnya

    Dan Arseno pun melamar Sintia di hadapan mamanya yang bernama bu Ratih dan bu Ratih yang melihay itu dia tersenyum di sudut bibirnya.Malam ini dia merasa sangat bahagia karena anak semata wayangnya sudah memiliki tambatan hati."Aku harap kalian segera menikah memiliki cucu." seru bu Ratih yang langsung mengulti mereka.Apa yang dikatakan bu Ratih membuat Sintia yang sedang duduk di dekatnya tersipu malu, dia tak menyangka jika calon mertuanya itu benar-benar baik kepada dirinya dan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.Dan mereka berdua pun saling bertatapan satu sama lain keduanya saling melempar senyum sebagai tanda bahagia di antara mereka.Mereka pun melanjutkan makan malam di bawah sinar rembulan dan gemerlap lampu kota yang terlihat di seberang danau.Sepoyan angin menerpa wajah mereka dan menimbulkan rasa dingin di kulit,Kebahagiaan menyelimuti mereka di bawah Dinginnya malam.Jam sudah menunjukkan pukul 10. 00 malam dan Arseno pun mengajak untuk segera pulang.Karena

  • Terjerat Hasrat Cinta Atasanku   Rencana

    Dan Arseno langsung pergi meninggalkan Tiara seorang diri dan dia pun langsung menutup pintunya rapat rapat dia tak ingin Tiara itu datang lagi ke rumahnya karena dia sudah merepotkan keluarganya selama ini.Dan Tiara pun langsung pergi meninggalkan rumah Arseno dia pun mengendarai mobilnya dan di dalam mobil sambil mengemudi dia menelepon vivian."Kamu ada dimana?" tanya Tiara.Dan Vivian pun menjelaskan kepada Tiara mengenai keberadaannya saat ini dan Tiara pun yang diberitahu oleh Vivian dia pun melajukan kendaraannya menuju tempat Vivian.Dan mereka berdua merencanakan akan pergi ke kantor Arseno dan akan mengambil semua yang ada di sana. Vivian dan Tiara pun setuju namun sebelum mereka mulai rencanakan itu terlebih dahulu Vivian mengirim sebuah pesan kepada Arseno dan itu sebuah pesan ancaman jika Sintia akan di buat tak bernyawa.Vivian pun mau ngirim pesan singkat itu kepada Arseno supaya Arseno merasa sangat khawatir kepada Sintia sehingga dia tidak bisa ke kantor dan itu

  • Terjerat Hasrat Cinta Atasanku   mengincar harta

    Tiara yang mendengar itu dia pun langsung berlari untuk keluar dari rumah Arseno.Dia sangat merasa kecewa dengan apa yang dikatakan oleh mama angkatnya tersebut dan apa yang diucapkan itu membuat dirinya merasa sakit hati.Pada saat dia pergi keluar dari rumah Arseno suami tiara pun langsung bergegas pergi meninggalkan rumah Arseno menyusul istrinya.Meskipun suami Tiara sudah tak mampu lagi menghadapi watak dan tabiat Tiara namun dia memiliki hati dia masih memahami apa yang telah dipikirkan oleh Tiara.Dan suami Tiara melihat Tiara pergi mengendarai mobilnya dan meninggalkan dirinya seorang diri di halaman rumah Arseno membuat suami Tiara merasa sedikit kecewa namun bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.Saat suami tiara sedang berdiri menatap kepergian Tiara tiba-tiba muncullah Arseno dari belakang dan itu sangat mengejutkan baginya."Kakak silahkan kalau mau pakai mobilku silahkan kamu bawa." ucap Arseno kepada suami Tiara.Suami Tiara yang mendengar apa yang dikatakan oleh A

  • Terjerat Hasrat Cinta Atasanku   Tiara marah

    Arseno oun menepuk pundak Arga yang tak lain masih saudaranya itu.“Tenang saja siapapun yang bekerja dengan ku akan ku bantai habis-habisan.” jawab Arseno dengan diselingi senyum di sudut bibirnya.Dan Arga pun mendekati Arseno dan berbisik di telinga kanan Arseno. “Jangan di suruh ngelembur dia ya.” ujar Arga.Arseno pun tak menjawab dia hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Arga, Arga seperti tak rela jika terjadi sesuatu kepada Nindy wanita yang dicintainya.Arseno pun beranjak dari duduknya dan berpamitan kepada para rekannya. “Ya sudah ya aku pulang dulu ya?” seru Arseno sambil tangannya meraih tangan Sintia.Dan akhirnya mereka pun pulang dari tempat mereka berkumpul, Arseno langsung menancapkan gasnya untuk segera pulang karena jam sudah hampir larut malam.Sintia yang duduk disamping Arseno dia pun terlelap dengan tenangnya membuat Arseno yang duduk di sampingnya merasa sangat bahagia melihat wanita yang dicintainya begitu sangat manja kepada dirinya.Tak terasa sud

  • Terjerat Hasrat Cinta Atasanku   David menyatakan cinta

    Pukul 7 malam Arseno sudah siap untuk pergi makan malam dengan para rekannya.Arseno memakai kaos berwarna hitam dengan bawahan dengan warna senada.Arseno pun mengetuk pintu kamar sintia.Dan Sintia pun keluar dari kamarnya dengan raut wajahnya yang cantik.Dia memakai sebuah jaket yang berwarna biru muda dengan bawahan celana yang berwarna hitam.“Ayo berangkat.” seru Arseno yang mengajak Sintia untuk berangkat.Sintia pun keluar dengan menenteng tasnya yang berwarna hitam.Mereka pun pergi bersama-sama menuju sebuah restoran dimana mereka mengadakan makan malam bersama.Mereka menghabiskan waktu perjalan sekitar 20 menitan dari rumah Arseno, yah memang rumah Arseno terletak di kawasan central bisnis.Mereka berdua masuk ke dalam restoran dan ternyata semua sudah berkumpul disana.“Kita sambut pasangan serasi kita big boss dan sang asisten.” teriak Nindy dengan wajah yang sangat gembira.Aldi yang sedang duduk dan minum mendengar itu dia pun tersedak. “Haahhhh yang benar?” tanya Al

  • Terjerat Hasrat Cinta Atasanku   keberhasilan

    “Oke jika itu yang kamu mau Nin aku akan atur waktu untuk pertemuan kita secepatnya, tapi aku mohon berubahlah bersikap hangat kepada ku, anggap saja kita mulai dari awal hubungan ini.” jawab Arga.Arga pun meraih tangan Nindy dan menggenggamnya dengan erat namun tetap saja Nindy seperti acuh tqk acuh.Saat Nindy melirikan kedua bola matanya terlihat Arga yang sedang menundukan kepalanya,Arga terlihat seperti dia menahan air matanya yang sepertinya ingin jatuh, melihat itu Nindy merasa hatinya seperti tersentuh. “Ya sudahlah kita mulai lagi dari awal, tapi ingat ya jika kamu ulangi lagi masalah seperti ini aku akan membuatmu jauh lebih menderita dan aku pastikan kamu tak akan bahagia karena menyakiti ku.” seru Nindy yang sedikit dengan bernada ancaman kepada Arga.Arga yang mendengar itu dia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti.Arga pun tersenyum di sudut bibirnya, dia merasa bahagia kini Nindy sudah mulai tak cuek lagi kepada dirinya.Keesokan harinya di kant

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status