Share

Bab 127

Author: Mita Yoo
last update Last Updated: 2025-10-31 12:52:51

Cahaya pagi menyinari ruang tamu sederhana di rumah minimalis Caleb. Reve, yang sudah bersiap untuk berangkat ke klinik, sedang m membuat secangkir teh untuknya sendiri. Caleb, yang juga akan berangkat kerja, mengamatinya dengan rasa bangga yang tersembunyi di balik senyum yang tenang.

“Reve,” ucap Caleb, memecah keheningan yang nyaman di antara mereka.

“Aku sungguh kagum padamu. Hanya dalam waktu singkat, kau sudah bisa beradaptasi dengan pekerjaan barumu di klinik. Bahkan Dylan bilang, para pasien sangat menyukaimu.”

Reve menoleh, sebuah rasa haru yang samar terlihat di matanya yang dahulu selalu dipenuhi kegelapan. “Terima kasih, Dokter. Semua ini berkat bantuan dan kesabaranmu. Kau tidak hanya menyembuhkanku, tapi juga memberiku kesempatan untuk memulai hidupku lagi.”

Caleb mengangguk, menerima rasa terima kasih itu dengan rendah hati. Namun, sebagai seorang psikiater yang baik, tanggung jawabnya belum berakhir. “Jangan lupa untuk minum obatmu tepat waktu,” pesannya dengan suara
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 165

    Klinik Dylan baru saja dibuka, udara pagi yang segar masih bercampur dengan aroma disinfektan. Reve memarkir motornya dengan lancar di tempat biasa, dan saat ia melepas helm, sebuah senyum lebar masih terpancar jelas di wajahnya, menghangatkan sisa-sisa embun di dinginnya pagi.Dylan bersandar di ambang pintu, tangan kanannya masuk ke saku jubah putihnya, mengamati Reve yang mendekat dengan tatapan penuh selidik. Sebuah senyum kecil yang memahami muncul di sudut bibirnya. “Aura pengantin baru memang selalu berseri-seri, ya?” godanya, suaranya ringan.Reve hanya menggeleng sambil tertawa pelan, matanya yang biasanya tajam kini terlihat lembut. Ia menepuk bahu Dylan dengan akrab. “Semoga kau segera menyusul, Bro!”Dylan berpura-pura menghela napas panjang, bahunya turun sedikit. “Ya. Tapi sepertinya aku belum menemukan orang yang tepat,” keluhnya, meski matanya masih berbinar.Reve membuka pintu kaca klinik untuk mereka berdua, b

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 164 (21+)

    Uap hangat terus mengepul, membungkus mereka dalam kabut hangat yang intim. Reve masih duduk di belakang Laura, tubuhnya membentuk benteng yang hangat. Setelah membasuh busa dari punggung Laura, tangannya yang masih basah dan hangat mulai menjelajah lebih jauh.Kedua tangan Reve yang besar perlahan bergerak dari pinggang Laura, menyusuri lekuk samping tubuhnya yang basah. Jari-jarinya yang panjang meraba tulang rusuknya yang halus, merasakan setiap tarikan napas Laura yang semakin dalam.Perlahan, telapak tangannya yang terbuka naik lebih tinggi, hingga ujung jari-jarinya menyentuh bagian samping payudara Laura. Kulitnya yang halus dan basah terasa seperti sutra di bawah sentuhannya. Laura menarik napas tajam namun pendek, tubuhnya sedikit bergerak di pangkuan Reve.Kedua ibu jari Reve kemudian dengan sengaja menyapu lembut melintasi puncak payudaranya, menyentuh putingnya yang sudah mengeras akibat suhu udara dan sentuhan darinya. Sebuah ge

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 163 (21+)

    Di bawah cahaya lilin yang temaram, tubuh Laura bagai terlepas dari kendali. Setiap ototnya menegang, menari mengikuti irama jari Reve yang semakin menjadi. Kasur berderit lembut menahan gerakan mereka. Keringat membasahi pelipis Laura, rambutnya menempel di dahi yang berkerut. Bibirnya yang merah terbuka, mengeluarkan desahan-desahan pendek yang putus-putus. “Tolong ... hentikan ... aku tidak sanggup …” Reve hanya tersenyum, senyum kecil penuh kendali. Matanya yang gelap tak lepas dari wajah Laura yang tersiksa kenikmatan. “Kau mau apa, Sayang?” bisiknya, sementara jari tengahnya terus bergerak memutar dengan tekanan sempurna tepat di titik paling sensitif. Laura menggeleng liar, tangannya mencengkram lengan Reve. “Langsung saja ... Reve ... tolong …” “Ulangi,” desaknya. Napas Reve membelai telinga Laura. “Aku suka mendengar suaramu seperti ini.”

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 162 (21+)

    Malam itu, dunia mereka hanya berada di dalam tenda kecil. Di dalam tenda yang hangat iy, udara terasa pekat oleh desahan dan erangan yang tak lagi terbendung. Lampu tempel masih setia menemani, menerangi tubuh mereka yang berkilat oleh keringat, bagai dua pahatan yang hidup dalam cahaya keemasan.Punggung Reve menegang bagai tali busur yang ditarik hingga puncak. Urat-urat di leher dan lengannya menonjol, menahan gelombang kenikmatan yang menyapu seluruh tubuhnya. Sebuah erangan dalam, serak, dan tak terbendung keluar dari bibirnya, menggetarkan udara di antara mereka.Badannya seluruhnya bergetar hebat, diikuti oleh gemetar yang sama pada tubuh Laura di bawahnya. Kuku-kuku Laura tanpa sadar mencengkeram bahu Reve, meninggalkan jejak kemerahan di kulitnya yang berkeringat.Saat gelombang itu perlahan mereda, Reve terjatuh lemas di atas tubuh Laura, napasnya tersengal-sengal memburu. Dada mereka yang basah saling beradu, denyut jantung merek

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 161 (21+)

    Malam yang sejuk di tepi danau, diterangi cahaya bulan purnama dan api unggun yang berkobar. Bunyi jangkrik dan desisan ikan yang dibakar menciptakan suasana alam yang nyaman. Reve duduk di atas tikar, merangkul Laura dari belakang.Dagunya bersandar di sisi bahu Laura, menikmati kehangatan tubuhnya dan pemandangan bulan yang memantul di permukaan air.Saat angin malam berhembus lebih kencang, Laura menggigil. Reve segera menyadarinya.“Kau kedinginan, Sayang?” tanyanya, suara rendahnya bergema dekat telinga Laura.“Iya,” jawab Laura, suaranya gemetar.Tanpa pikir panjang, Reve membuka resleting jaket Laura. Namun alih-alih menutupnya kembali, tangannya justru menyusup ke dalam baju Laura, telapak tangannya yang hangat langsung menempel di kulit perutnya.Laura terkesiap. “Reve—!”Namun Reve tidak berhenti. Tangannya dengan lancar bergerak naik, menjelajahi setiap lekuk tubuh Laura yang

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 160

    Udara di klinik Dylan terasa berat, penuh dengan ketegangan . Reve masih berdiri di sana, menatap Laura yang memegang kartu ATM itu seolah-olah itu adalah kunci dari takdir yang akan mereka jalani selanjutnya.Pertanyaannya menggantung di antara mereka, sederhana namun sarat makna. “Jadi,” ucap Reve, suaranya bergetar penuh harap dan keraguan, “Kau menerimaku? Bukan hanya uangku, tapi ... aku. Dengan semua masa laluku yang berantakan, dengan segala kekuranganku?”Laura memandangi kartu di tangannya, lalu menatap langsung ke mata Reve yang penuh kecemasan. Di sana, dia tidak melihat lagi pria arogan yang dulu mengendalikannya. Yang dia lihat adalah seorang pria yang rapuh, yang telah berjuang untuk berubah, dan yang dengan polos menyerahkan seluruh tabungan hidupnya sebagai bukti niatnya.Laura tidak langsung menjawab. Sebaliknya, dia melangkah mendekat, hingga hanya berjarak lima jengkal dari tempat Reve berdiri.“Uang ini,” bisik Laura, mengangkat kartu itu, “hanya sebuah alat. Yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status