Share

Bab 7

Penulis: Tarasari
Kunjungan mendadak Atmaja membuat semua orang di Kediaman Mandaka bereaksi seakan-akan mereka kedatangan musuh yang kuat.

Jantung Satrio berpacu liar. Begitu mendengar kabar kedatangan Atmaja, otaknya langsung berputar cepat, memikirkan semua yang diperbuatnya belum lama ini. Apakah ayahnya, saudara-saudaranya, anak-anaknya, dan kerabatnya telah menyinggung iblis kejam itu, atau apakah dia sempat membuat pria itu tidak senang di istana?

Satrio meninggalkan para tamunya dan keluar menyambut Atmaja. Begitu melihat tidak ada Pasukan Zirah Hitam yang menyertainya dan mendengar bahwa dia hanya mengantar seseorang untuk menemui Berlian, Satrio langsung menghela napas lega.

Untung saja, untung saja Atmaja tidak datang ke sini untuk menyita asetnya. Satrio sudah ketakutan setengah mati.

Setelah Atmaja masuk, aula depan yang tadinya ramai dan meriah tiba-tiba menjadi sangat hening. Jika tidak ada kain sutra merah bertuliskan kata-kata selamat yang tergantung di atas, tidak ada yang akan mengira bahwa ini adalah perjamuan pernikahan.

Atmaja melangkah ke kursi utama dan duduk dengan natural. Kemudian, dia berkata, "Jangan gugup, aku nggak melakukan tugas resmi hari ini."

Bukan sedang melakukan tugas resmi, ya? Sekelompok orang di sana sontak menghela napas lega.

"Kudengar sedang ada perjamuan pernikahan di kediaman Tuan Satrio. Sebenarnya aku nggak ingin mengganggu, tapi aku baru saja mengalami sesuatu yang nggak biasa di Gunung Caraka. Aku mencoba melakukan perbuatan baik setiap hari, jadi aku singgah ke sini," jelas Atmaja.

Semua orang di sana terdiam. Apa pria ini pernah melakukan perbuatan baik?

Atmaja seolah-olah tidak menyadari tatapan aneh semua orang. Dia melanjutkan, "Aku mengurus beberapa hal di Gunung Caraka kemarin. Pada malam saat aku kembali, aku menemukan seorang gadis muda di gunung."

"Gadis itu tersesat sendirian di tengah hujan, lalu kudanya panik dan terjatuh dari tebing. Untungnya, dia bisa aku selamatkan. Kesempatan berbuat baik sangat jarang dan karena menolong orang harus sampai tuntas, aku membawanya kembali ke ibu kota," tambah Atmaja.

Rahadi yang mendekat karena penasaran mendengar kabar kedatangan Atmaja tiba-tiba berdebar-debar. Limar yang menangis sedih hingga matanya memerah juga mulai panik. Gunung Caraka? Jangan-jangan itu ....

"Ratu Hardana, gadis itu berkata dirinya adalah putri Keluarga Respati. Setelah siuman, dia menangis dan meminta bertemu denganmu," ucap Atmaja.

Ekspresi Berlian yang hanya mengamati keramaian langsung berubah. Putri Keluarga Respati? Talia?

Berlian bergegas maju dan bertanya cemas, "Apa itu Talia? Dia kenapa? Di mana dia?"

"Bibi ...," panggil seorang gadis dengan suara serak dan rendah dari luar aula.

Semua orang di dalam refleks menoleh ke sumber suara. Terlihat seseorang tengah mendorong semacam kursi roda memasuki pintu. Seorang gadis dengan tampang yang menyayat hati duduk di atasnya.

Tubuh gadis itu berbalut mantel bulu yang panjang dan tebal. Wajahnya yang cantik kini sepucat kertas, dengan luka gores memenuhi separuh dahi dan pipinya.

Mantel bulu rubah berwarna gelap itu menutupi hingga dagu, kontras dengan bibirnya yang sangat pucat. Kedua kakinya terselip di bawah bulu tebal. Tangannya yang ditaruh di atas lutut sudah dibalut, tetapi siapa pun bisa melihat darah yang merembes keluar dari sana. Biarpun sudah dirawat sebentar, penampilan Talia tetap terlihat menyedihkan.

"Talia! Apa yang terjadi? Kenapa kamu luka-luka begini?" tanya Berlian terkejut.

"Bibi ...." Bagaikan anak kecil yang pergi lama dan akhirnya bertemu kerabat terdekat, air mata Talia tak kuasa berjatuhan begitu melihat Berlian.

Berlian panik bukan main. Dia mencoba menyeka air mata Talia, tetapi takut menyentuh lukanya.

Sebaliknya, Talia tidak berpikir banyak dan langsung menyerbu ke dalam pelukan Berlian, memeluk pinggang sang bibi dan menangis kencang. Bibinya belum mati, dia masih segar bugar!

Berlian ikut menangis hingga matanya memerah. Dia menghibur Talia dengan lembut sambil menepuk-nepuk punggungnya.

Kemudian, Berlian membungkuk dan bertanya pada gadis dalam pelukannya, "Apa yang terjadi? Kemarin adalah hari ulang tahun mendiang ibumu. Bukannya kamu pergi membakar dupa di Kuil Ruhi? Kenapa malah pergi ke gunung sendirian?"

Talia menjawab dengan nada tercekat, "Kak Nendra dan Kak Rahadi meninggalkanku di gunung ...."

Seisi ruangan langsung gempar. Berlian menatap Rahadi dengan raut tak percaya.

"Nggak!" bantah Rahadi dengan wajah pucat.

Talia membenamkan diri dalam pelukan bibinya dan melanjutkan dengan suara bergetar, "Aku memang pergi membakar dupa di Kuil Ruhi. Kak Nendra, Kak Rahadi, dan Kak Nugraha juga pergi. Mereka membawa Limar bersama mereka."

"Aku nggak mau dia mengganggu ibuku, jadi aku pergi membakar dupa sendirian. Limar diam-diam mengikutiku, lalu menjatuhkan lilin abadi ibuku. Aku hilang kontrol karena marah dan menamparnya. Kak Nendra lalu memaksaku minta maaf, tapi aku nggak mau. Jadi, mereka meninggalkanku di gunung," tambah Talia.

Gadis itu menyandarkan kepalanya ke perut Berlian sambil tersedan-sedan. Dia berucap lagi, "Hutan itu dingin sekali, aku ketakutan. Aku mati-matian berseru pada kakak-kakakku, meminta maaf pada mereka, tapi mereka mengabaikanku. Aku nggak tahu arah pulang dan nggak tahu gimana cara kembali ke kuil."

Suara Talia yang sarat akan ketakutan bergema di dalam aula. Tangisannya membuat semua orang merasa seolah-olah mereka berada di gunung, ikut merasakan keputusasaannya.

Meski tidak melihatnya sendiri, mata beberapa ibu-ibu dan gadis berhati lembut di sana sudah memerah. Bahkan para pria yang hatinya lebih keras pun terkesiap kaget.

Tempat seperti apa Gunung Caraka itu? Selain beberapa rumah di sekitar Kuil Ruhi dan di area depan gunung, kawasan di gunung belakang adalah hutan belantara yang luas.

Ketika keluarga kaya dari ibu kota pergi berburu di sana pada musim semi, mereka bahkan bisa bertemu beruang dan serigala. Selain itu, salju di Gunung Caraka juga belum mencair di awal musim semi. Sebenci dan sedendam apa mereka sampai tega meninggalkan seorang gadis muda di gunung?

Mendengar suara tangisan Talia, mata Atmaja berkilat dingin. Dia berkata, "Saat aku menemukan Nona Talia, kakinya patah dan dia hampir mati. Dalam keadaan luka-luka dan tak sadarkan diri, dia bergumam tentang kakak-kakaknya dan seseorang bernama Nugraha. Aku pun membawanya menginap semalam di manorku di pinggiran kota."

Tidak ada yang curiga apakah Atmaja yang merupakan seorang kasim berbuat macam-macam pada Talia.

Sambil bicara, ujung jari-jari Atmaja yang ramping mengetuk pelan meja di sampingnya. Namun, ketukan pelan itu seperti gunung batu yang runtuh dan menghantam jantung orang-orang.

Sekujur tubuh Berlian bergetar karena marah. Dia melepaskan Talia dari pelukannya, lalu melangkah tegas menghampiri Rahadi.

Orang-orang di sekitar buru-buru minggir sambil menatap Rahadi dengan beragam ekspresi.

"Benarkah kamu melakukan ini?" tanya Berlian.

"Bu ...." Rahadi mencoba mengelak.

"Aku bertanya padamu, apa kamu melakukannya? Apa kamu meninggalkan Talia?" potong Berlian.

Rahadi menjelaskan dengan panik, "Nggak, aku nggak meninggalkannya! Dialah yang terus bicara tanpa pikir dan sengaja mempersulit Limar. Aku dan Kak Nendra hanya berharap dia bisa mengontrol diri supaya nggak mencoreng reputasinya sendiri. Kami hanya menyuruhnya kembali ke Kuil Ruhi untuk introspeksi."

Rahadi menambahkan, "Bu, percayalah padaku. Tempat itu nggak jauh dari Kuil Ruhi, nggak butuh waktu lama buatnya kembali. Aku nggak sangka dia akan celaka ...."

Plak! Berlian melayangkan tamparan kuat ke pipi Rahadi.

"Ibu ...."

Plak! Tamparan kedua diberikan hampir dengan segenap kekuatan Berlian. Dia berujar marah, "Kamu pikir Talia nggak akan kenapa-kenapa? Terus kenapa dia jadi seperti ini sekarang?"

"Aku ...." Rahadi meringkuk ciut.

"Talia adalah adikmu, satu-satunya darah daging bibimu! Bagaimana kamu bisa memperlakukannya seperti ini?" seru Berlian, matanya memerah karena marah.

"Kamu bilang Talia bicara tanpa berpikir, kenapa kamu nggak bilang kalau kalianlah yang duluan berbuat bodoh! Kemarin adalah hari ulang tahun mendiang bibimu, kamu tahu betapa dia dan Batara saling mencintai. Tapi, kamu malah membawa putri selir untuk memprovokasinya."

"Kamu bilang Talia mempersulit putri selir itu. Kalau dia benar-benar ingin melakukannya, gadis itu bahkan nggak akan bisa kembali ke Kediaman Respati!"

"Hanya karena gadis jalang itu pintar berpura-pura, hatimu nggak bekerja sampai kamu tega meninggalkan adikmu sendiri. Bagaimana bisa aku melahirkan putra nggak berotak dan kejam sepertimu?" kecam Berlian.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status