Share

Bab 6

Author: Tarasari
Kereta kuda yang dilapisi bantalan tebal itu sangat luas dan dilengkapi meja panjang di dalamnya. Tadinya, Talia khawatir Atmaja akan mempersulitnya atau mengejek sikap lancangnya. Tak disangka, begitu masuk ke dalam kereta, pria itu hanya bersandar di sisi yang berlawanan dan beristirahat.

Saat pria itu memejamkan mata, fitur wajahnya melembut. Cahaya dan bayangan dari tirai jendela bergantian jatuh ke wajahnya yang dingin dan putih. Seperti giok dingin yang jatuh ke dalam air hangat, menghilangkan aura mengintimidasi yang dipancarkannya.

Talia perlahan rileks. Didorong suatu keinginan dalam hati, dia menoleh dan menyibak tirai di sampingnya.

Gunung Caraka tidak jauh dari ibu kota, tetapi manor Atmaja terletak di pinggiran kota. Saat itu awal musim semi, bunga persik belum mekar dan bunga plum sudah layu.

Tidak banyak yang bisa dilihat dari lahan pertanian sekitar yang tertutup salju. Angin dingin menyengat kulit wajahnya, tetapi Talia yang sudah lama tidak melihat dunia luar menghirup udara bebas dengan rakus.

Saat kereta memasuki Gerbang Timur Kota, orang yang lalu-lalang makin banyak. Suara keramaian yang makin jelas dan suara pedagang yang sesekali memanggil pembeli membuat Talia yakin bahwa dia benar-benar sudah kembali.

Ketika kereta tiba di Kediaman Raja Hardana, mereka diberi tahu bahwa Ratu Hardana pergi menghadiri perjamuan di Kediaman Menteri Pendapatan.

Pirata berkata dari luar kereta, "Hari ini hari pernikahan putra ketiga Keluarga Mandaka. Ratu Hardana pergi menghadiri perjamuan. Katanya Pangeran Rahadi juga pergi ...."

"Haruskah kita masuk dan menunggu mereka?" tanya Atmaja sambil menatap Talia.

Talia menggigit pelan bibirnya. Dia hampir mati setelah ditinggalkan di Gunung Caraka, tetapi Rahadi malah asyik menghadiri perjamuan. "Nggak, langsung ke Kediaman Mandaka saja!" putusnya.

....

Satrio Mandaka, sang Menteri Pendapatan, berasal dari keluarga terpandang di Jepara. Meskipun pengaruh keluarganya tidak sebesar Keluarga Nagendra dan Keluarga Wicaksana di ibu kota, dia telah memegang posisi tertinggi di Kementerian Pendapatan sejak berusia 40 tahun.

Jabatan penting di kekaisaran ini dipegang teguh oleh Satrio selama 10 tahun. Hal ini saja sudah cukup untuk membuatnya populer di setiap kalangan masyarakat di ibu kota.

Putra ketiga Satrio menikahi putri sah Keluarga Bangsawan Pramana, keluarga yang tidak kalah terpandang. Saat ini, suasana di Kediaman Mandaka yang dipadati tamu sangatlah meriah.

Berlian, Ratu Hardana, sedang duduk bersama orang lainnya di paviliun segi delapan yang ditutupi tirai, berbincang ria tentang pernikahan putra Keluarga Mandaka. Dari kejauhan, samar-samar terlihat beberapa anak muda tengah mendekat sambil bersenda gurau.

"Hm, bukannya itu Pangeran Rahadi?" Santika, istri Adipati Jayastu, yang akrab dengan Berlian, bertanya sambil tersenyum, "Gadis di sebelah Pangeran Rahadi terlihat asing. Apa aku akan segera mendengar kabar baik?"

Begitu mengikuti arah pandangannya, Berlian sontak memasang ekspresi sinis dan berkata, "Amit-amit, dia hanya putri selir rendahan."

"Putri selir? Maksudmu gadis dari Keluarga Respati itu?" tanya Santika dengan nada kaget.

Mendengar itu, ekspresi Berlian langsung berubah muram. Semua orang tahu bahwa kakak Berlian yang menikah dengan Batara, putra kedua Keluarga Adipati Respati, saling mencintai.

Setelah melahirkan bayi perempuan di awal pernikahan, tubuh Cahyani menjadi lemah dan tidak bisa mengandung lagi. Namun, Batara yang elegan menolak mengambil selir dan tetap setia pada istrinya.

Setelah keduanya meninggal di usia yang terlalu muda, banyak orang berduka dan mengagumi cinta mereka yang begitu dalam. Siapa sangka, belum lama ini Keluarga Respati tiba-tiba kedatangan seorang putri selir yang mengaku sebagai keturunan mendiang Batara.

Hal seperti ini sangat jarang terjadi di ibu kota. Banyak orang yang awalnya memuji kesetiaan Batara, kini menghinanya karena kejadian ini.

Awalnya, semua orang mengira bahwa Keluarga Respati tidak akan membiarkan putri selir itu berkeliaran, dengan harapan rumor bisa diredam. Tak disangka, putra tertua Keluarga Respati yang dijuluki Tuan Muda Ningrat, justru membawanya mengikuti beberapa perjamuan.

Nendra berkata pada semua orang bahwa Limar adalah putri Keluarga Respati dan meminta mereka memperlakukannya dengan baik. Kata-katanya penuh kasih sayang saat berkata demikian. Alhasil, hanya dalam waktu beberapa hari, semua orang di ibu kota tahu bahwa dia memiliki seorang adik sepupu tiri.

Kini, tampaknya Rahadi, pangeran dari Kediaman Raja Hardana juga cukup akrab dengan putri selir itu.

Rahadi dan yang lainnya juga melihat Berlian bersama beberapa wanita. Mereka pun berjalan mendekat.

"Ibu," panggil Rahadi. Pemuda ini berparas tampan dan senyumnya memancarkan jiwa muda.

Teman-temannya ikut membungkuk sambil berkata, "Salam, Ratu Hardana."

Rahadi merasa simpati melihat Limar yang berdiri canggung, seolah-olah tidak mengenali orang di depannya. Dia lantas berkata, "Limar, ini ibuku, Ratu Hardana, dan ini Nyonya Santika, istri Adipati Jayastu. Secara teknis, ibuku adalah bibimu, jadi kamu nggak perlu segan."

Limar maju dan berkata dengan malu-malu, "Limar memberi salam pada Bibi."

"Kakakku hanya punya seorang putri, jadi jangan sembarangan panggil aku bibi," ujar Berlian.

Kata-kata Berlian seketika membuat wajah Limar memucat.

"Bu!" seru Rahadi sambil mengernyit.

"Untuk apa teriak-teriak? Aku ada di sini, tepat di depanmu!" balas Berlian.

Berlian bukanlah tipe yang lemah lembut. Sejak awal, dia sudah tidak menyukai putri selir yang tiba-tiba muncul itu. Hatinya iba pada kakak perempuan dan keponakannya.

Melihat putranya malah akrab dengan gadis itu, Berlian berkata dengan galak, "Musim semi ini kamu akan masuk akademi. Bukannya belajar dengan giat, kamu malah keluyuran ke sini. Ada lagi, aku nggak pernah memberimu adik perempuan, jadi jangan mengaku-ngaku. Merusak reputasiku saja!"

Muda mudi yang tadinya riang gembira itu tiba-tiba terdiam. Berlian terdengar seperti sedang memarahi Rahadi, tetapi semua orang bisa menangkap apa maksud kata-katanya.

Mata Limar sontak memerah. Air matanya menggenang dan tubuh rampingnya bergetar seakan-akan mau ambruk.

Rahadi tiba-tiba merasa iba. Dia tahu ibunya tidak menyukai latar belakang Limar, tetapi hal itu berada di luar kuasanya.

Lagi pula, Limar juga putri Keluarga Respati dan darah daging pamannya. Sudah sepantasnya dia hidup terhormat seperti Talia di Kediaman Respati. Mengapa ibunya harus mempersulit seorang gadis lemah?

Rahadi mencoba membujuk, "Ibu, Limar juga putri Paman, sama seperti Talia. Jangan mempersulit dia ...."

"Diam!" hardik Berlian, wajahnya berubah dingin. "Mana mungkin putri selir memalukan sepertinya bisa disejajarkan dengan Talia?"

"Jangan bicara begitu, Bu. Bagaimanapun, Limar adalah putri Paman dan kakak Talia. Sifatnya baik dan lembut, dia juga selalu memperhatikan Talia. Apa Ibu nggak bisa menyayanginya sedikit, seperti Ibu menyayangi Talia?" protes Rahadi.

Berlian naik darah mendengar kata-kata ini. Dia tiba-tiba berdiri dengan wajah berang, hampir meledakkan amarahnya.

Santika buru-buru menariknya dan berkata, "Tahan emosimu, ini Kediaman Mandaka. Jangan hilang kontrol di depan anak-anak."

Dada Berlian kembang kempis, matanya melirik muda mudi yang tampak terkejut. Setelah lebih tenang, dia berucap dengan nada kesal, "Apa dia pantas mendapatkan rasa sayangku? Kuingatkan padamu, Rahadi. Dia berbeda dengan Talia. Adikmu hanya satu, yaitu Talia. Nggak semua orang bisa panjat sosial menjadi keluarga kakakku."

Berlian tahu tentang situasi di Kediaman Respati. Talia sudah beberapa kali menangis sedih. Putri selir inilah penyebabnya.

Berlian menoleh ke arah Limar yang tengah berurai air mata. Katanya lagi, "Aku nggak peduli apa yang kamu lakukan di Keluarga Respati. Kalaupun kamu membalikkan keadaan, itu juga bukan urusanku. Tapi, jangan berpura-pura lemah untuk menarik simpati putraku. Kalau nggak, aku nggak akan segan bersikap kasar padamu."

"Aku nggak ...." Mata Limar memerah, merasa diperlakukan tidak adil. Dia tidak melakukan apa pun. Rahadi-lah yang berinisiatif mencarinya dan terus lengket padanya.

Berlian malas melihat kepura-puraan Limar, takut tidak sanggup menahan diri dan berakhir memukuli putra bodohnya. Dia menarik tangan Santika dan hendak pergi. Namun, sebelum dia sempat berbalik badan, dia mendengar seruan terkejut seseorang.

"Tuan Atmaja datang ke sini!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status