“Bubar!”
Kelly dan ketiga wanita muda di depannya tersentak kaget. Ian berdiri di belakang mereka dengan wajah garang.
“Jangan ganggu Kelly bekerja. Ingat itu!” Ian mengancam para wanita yang langsung menunduk dan menjauh.
Dari balik punggung Ian, Kelly melihat wanita-wanita pergi ke meja masing-masing dengan masih meliriknya sinis.
“Maaf atas sambutan yang kurang enak.” Ian mengembuskan napas berat. “Aku sedang berjuang memperbaiki suasana bekerja yang kondusif di tempat ini.”
Kelly hanya tersenyum dan mengangguk berbarengan. Padahal dengan Ian membelanya di depan seluruh karyawan, ia pasti akan lebih mendapat cibiran sebagai anak baru kesayangan bos HRD.
“Ini, tolong fotokopi untuk rapat satu jam lagi. Nanti Ria akan membantumu.” Ia mengenalkan wanita di sampingnya kepada Kelly dan kemudian pergi ke salah satu ruangan.
Kelly langsung menyukai Ria. Wanita energik dengan potongan rambut lelaki dan make up natural. Bahkan gayanya pun terlihat maskulin dengan blazer dan celana panjang.
“Kamu harus kuat. Senior di sini senang sekali mengerjai junior.” Ria berkata sambil mengajari Kelly menyiapkan berkas untuk rapat.
Kepala Kelly mengangguk mendengar nasehat Ria. Sedikit banyak, Ria juga memberikan tips menghadapi senior yang menyebalkan.
Pekerjaannya telah rampung sebelum satu jam. Ria telah kembali ke meja kerjanya dan Kelly mendapat tugas lain untuk memasukkan data ke file komputer. Hingga akhirnya jam istirahat datang.
Kelly baru saja akan pergi makan saat seorang OB mengiriminya makanan. Lirikan tajam kembali Kelly dapatkan saat OB berkata makanan tersebut dari Tuan Ian. Sambil mengembuskan napas panjang, Kelly mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
“Akh, aku ada teman makan sekarang.” Ria datang dengan kotak makanan di tangan.
“Kamu bawa makanan dari rumah, ya?” Kelly mengendik pada makanan Ria.
“Iya. Biar irit. Makanan di kantin pegawai saja masih sangat mahal untukku.”
Kelly mengangguk mengerti. Ia lalu membuka kotak makanan mewah di depannya dan mulai makan.
“Yang mendapatkan katering makanan seperti itu hanya top management saja. Jadi, aku tidak heran jika kamu menjadi trending topic di perusahaan hanya beberapa jam baru bekerja.” Ria terkekeh setelah mengamati makanan Kelly.
“Entahlah. Aku juga bingung dapat makanan ini, kok.”
Sambil makan, Kelly mengetik pesan pada Ian dan menanyakan kenapa memberinya makanan. Untungnya, saat berada di ruangan HRD, sahabat Brandon itu memberinya nomer handphone. Ian langsung menjawab dan membalas bahwa ia diperintahkan Granny Eliza untuk membantu Kelly, termasuk menyediakan makanan.
Kelly tersenyum tipis. Paling tidak Granny Eliza memperhatikannya meski ia juga yang menjebak Kelly pada pernikahan ini. Tiba-tiba, kaki Kelly di bawah meja ditendang pelan oleh Ria.
Mengikuti kode dari Ria, Kelly melirik tiga sosok yang berjalan mendekat. Mereka adalah karyawan wanita yang sejak pagi bersikap tidak ramah padanya.
“Enak ya, makanan dari bos.” Salah satunya mengambil sepotong daging dari tempat makan Kelly.
Ketiganya terus berceloteh sambil satu persatu mengambil makanan Kelly tanpa izin. Mereka juga tetap menyindir Kelly sebagai wanita simpanan salah satu atasan di perusahaan karena sejak datang mendapat keistimewaan.
“Hoek.”
Kelly tersentak kaget dan spontan berdiri. Wanita yang sejak tadi bicara sinis padanya muntah di atas makanan.
“Akh, ada rasa sayuran yang tidak enak.” Dengan santainya wanita itu terkekeh.
Sementara dua temannya cekikikan melihat makanan Kelly kini tercemar muntahan.
“Bukankah Tuan Ian sudah memperingatkan kalian untuk tidak mengganggu Kelly?” sentak Ria kesal sambil ikut berdiri di samping Kelly.
“Tuan Ian bilang jangan mengganggu Kelly bekerja. Dia kan sedang makan bukan bekerja.”
Kalimat itu diakhiri gelak tawa ketiga karyawan wanita. Sambil tetap mengomel, Ria menyeret Kelly ke meja lain. Namun belum tiga langkah mereka dikejutkan suara bentakan.
“Ada apa ribut-ribut?”
Semuanya menoleh ke asal suara. Kelly langsung menatap tiga sosok di depan mereka. Brandon berdiri di belakang Ian bersama seorang wanita cantik.
“Oh, tidak apa-apa, Tuan Ian. Tadi, kami hanya ingin mengajak Kelly makan bersama.”
“Bohong!” Ria membantah. “Mereka mengganggu Kelly lagi, Tuan Ian.”
Selama ribut-ribut, Kelly melirik Brandon yang tampak hanya diam mendengarkan. Kelly juga menatap sekilas wanita yang bersama Brandon. Tampak sangat cantik dengan penampilan glamour dan harum parfum mahal.
“Siapa, sih?” Wanita cantik itu menatap Kelly dari balik punggung Ian.
Ian menoleh sedikit dan menyahut, “Mereka ini senang sekali mengerjai karyawan baru.”
“Dia karyawan baru? Ck, kenapa kamu membelanya sampai segitunya?” Wanita cantik di samping Brandon mencebik.
Ian tidak memperdulikan pernyataan tersebut. Lelaki itu sibuk memberikan pengarahan agar para karyawan tidak lagi saling bersitegang dengan karyawan baru. Tentu saja kali ini, Ian mengakhiri dengan ancaman pemberian surat peringatan.
Kelly menatap Brandon yang juga sedang mengamatinya. Lelaki itu hanya diam dan menggeleng samar. Mereka tak sadar, wanita di samping Brandon memperhatikan interaksi tersebut.
“Apa ini? Kenapa kamu menatapnya begitu, Sayang?”
Brandon tersentak mendengar teguran itu dan berdecak kesal. “Tidak, aku hanya melihatnya sekilas saja.”
“Bohong! Aku lihat kalian saling bertatapan.”
“Sudahlah, Gracia.” Ian menengahi. “Karyawan baru ini sebenarnya adalah sekretaris junior Granny Eliza.”
Seketika Kelly mengangkat sedikit alisnya. ‘Oh, jadi wanita cantik ini Gracia, tunangan Brandon.’ Kelly bergumam dalam hati.
“Kenapa dia di perusahaan ini?” Gracia menatap Kelly dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Arsen, Reno dan Mimi saat ini telah berusia tiga tahun. Orang-orang yang belum mengenal mereka selalu berpikir bahwa hanya Arsen dan Reno yang merupakan anak kembar, sementara Mimi adalah adik bungsu mereka. Perbedaan ketiganya memang semakin terlihat.“Aku mau punya anak perempuan lagi.” Kelly berkata sambil menatap Mimi yang sedang duduk di pangkuan Brandon sambil menggambar.“Aku tidak mau. Mimi saja sudah cukup.” Dengan keras kepala, Brandon menggeleng.Masalah ini belum selesai sampai bertahun-tahun. Kelly masih menginginkan memiliki anak lagi sementara Brandon yang merasa tak tega istrinya hamil dan melahirkan menolak mentah-mentah kemauan Kelly.“Aku akan bilang Mommy Florence untuk mencuri benihmu dan memasukkan ke rahimku.” Kelly berkata ketus.“Aku akan minta Mommy Keyna diam-diam memberimu suntikan KB.” Brandon menyahut tak kalah sengit.Mereka terdiam saat Mimi tiba-tiba menatap orang tuanya bergantian.“Mimi mau bilang grandpa, mommy dan daddy berantem lagi.” Mulut mungil
Kelly dan Brandon menoleh cepat. Frederix, Sacha, Louis serta pasangan mereka berkumpul tak jauh dari tempat Kelly dan Brandon berdiri.Spontan, Kelly langsung terisak. Wanita itu berlari masuk ke dalam dekapan kakak sulungnya, Frederix. Selama beberapa saat Frederix, Sacha dan Louis juga memeluk adik bungsu mereka.Brandon membuang pandangan. Keluarga Dalton selalu saja membuatnya terharu dengan kebersamaan dan kasih sayang mereka.“Maafkan aku, ya, Kak. Mommy dan Daddy jadi pergi.” Kelly sesunggukan di dada Frederix.“Hehe. Kami pernah meninggalkan daddy sendirian. Sekarang, kami jadi tau bagimana rasanya ditinggalkan.”“Tapi, kami rela. Mommy dan daddy sudah cukup menemani kami hingga memiliki anak-anak yang mulai besar.”“Sekarang, waktunya mommy dan daddy menemani keluargamu berkembang dan bertumbuh.”Mendengar pernyataan Frederix, Sacha dan Louis, Kelly menghentikan tangisnya. Meskipun Brandon bilang, keluarga Dalton dapat kapan saja berkunjung, tetap saja Kelly tau, jadwal kaka
Kelly menatap suaminya yang terdiam memandang foto tersebut. Ia jadi ikut mengamatinya. Foto kebersamaan Kelly dan Marc remaja.Di foto, Kelly terlihat kalem, sementara Marc bergaya tengil dan menggoda Kelly.“Apa kamu seperti melihat masa depan Mimi dan Reno?” tebak Kelly.Cepat, Brandon menggeleng. “Jangan! Kamu tau aku tidak suka melihatmu ribut dengan Marc.”Senyum terukir di wajah Kelly. Ia akan memastikan putra-putrinya saling menyayangi. Meski ia tau Marc juga menyayanginya dengan versi lelaki itu sendiri.Selama berada di mansion William, Kelly mengenalkan anak-anaknya dengan lingkungan sekitar. Setiap hari mereka bermain di taman, berenang atau ke aviary. Reno terlihat yang paling menikmati kegiatan outdoor.“Mimi kepanasan, Babe. Bawa masuk saja.” Brandon tak tega melihat wajah Mimi yang putih jadi kemerahan.Hingga Arsen dan Mimi masuk bersama suster mereka, Reno masih asyik bermain bubble di taman. Brandon menemani putranya sementara Kelly menyusui Arsen dan Mimi.“Sudah m
Tentu saja Kelly tidak menolak tawaran Brandon. Apalagi, ia tidak enak jika mengandalkan Mommy Florence dan Daddy Donald mengingat Kak Dheena sebentar lagi akan melahirkan.“Beneran Uncle Rich juga mau hadir di wisudaku?” Marc memandang Brandon tak percaya.“Nggak boleh?” Brandon balas bertanya.Marc mengangguk tegas. “Boleh! Boleh banget!”Universitas tempat Marc belajar akan geger jika mereka tau seorang triyulner akan hadir untuk mendukungnya. Lelaki muda itu berteriak kesenangan dan memberitahu seluruh keluarga.“Lho, apa benar yang diucapkan Marc? Kalian mau ke negara Kelly?” Mommy Florence tergopoh datang menghampiri.Kelly jadi merasa tak enak hati karena merencanakan ini secara mendadak. Ia langsung berdiri dan merangkul mommy mertuanya.“Nggak papa kan, Mom? Nanti sebelum Kak Dheena melahirkan aku pulang.” Kelly berjanji.“Waahh... kami akan sangat kangen pada Arsen, Reno dan Mimi.” Daddy Donald jadi ikut melow.“Cuma satu minggu, Mom, Dad.” Brandon menimpali. “Semoga Kak Dhe
Brandon terduduk dan merebut benda pipih itu dari tangan Kelly. Matanya menatap tanpa berkedip pada permukaan benda. Lalu, menatap sang istri yang juga sedang memandangnya.“Garis satu? Kamu tidak hamil?”“Nggak.” Kelly menggeleng.“Huuffftt.” Brandon kembali merebahkan diri ke ranjang sambil mengembuskan napas panjang penuh kelegaan.Kelly terkekeh dan memangku wajah dengan tangannya. “Seneng banget kelihatannya aku nggak hamil lagi.”Tubuh Brandon menyamping menghadap sang istri. Tangannya mengusap sayang wajah Kelly.“Bukan begitu. Aku akan senang kamu hamil lagi. Masalahnya, si kembar tiga masih bayi. Kondisi kamu pasca melahirkan juga belum stabil.”“Aku sudah baik-baik saja, kok. Cuma pura-pura nggak stabil.” Kelly tergelak.“Jahat!”“Hahahaha!” Kelly kembali tergelak dan sibuk menghindari tangan Brandon yang mengelitiki pinggangnya. “Sudah, Brad! Ampun!”Brandon memang berhenti. Ia menindih tubuh Kelly dan menatap wajah cantik di bawahnya. Tiba-tiba, dahi Brandon berkerut.“Kena
“Ini ruangan untukmu.” Kelly tersenyum pada sang suami. Tangannya menghapus cepat air mata yang jatuh ke pipi.Kelly merapatkan tubuh pada Brandon yang berdiri kaku di tengah ruangan. Sadar, suaminya masih tercengang mendapati kejutan darinya, Kelly menangkup wajah tampan Brandon.“Terima kasih untuk kesabaranmu selama ini. Aku tau kamu masih berjuang untuk berada di antara keramaian keluargaku. Di mansion ini, bahkan kamar kita bukan lagi tempat privatemu.”Setelah melahirkan dan kembali ke mansion, Kelly menyadari bahwa mansion Brandon tidak pernah sepi. Keluarganya selalu datang berbondong-bondong, bahkan menginap.“Aku tidak keberatan, Babe.” Brandon berkata pelan.“Aku tau.” Kelly menatap mata Brandon dalam-dalam. “Tapi, aku mau menjadi istri pengertian yang paham kalau sesekali, suaminya butuh kesunyian.”Brandon mengangkat kedua alisnya sedikit. Ia kembali mengamati sekitar. Berusaha mencerna bagaimana ruangan ini bisa ada.“Aku belajar dari ahlinya.” Kelly berkata seolah menja
Brandon tidak langsung menjawab. Ia tau pasti ada seseorang yang memposting keberadaannya di supermarket barusan.“Belanja.” Brandon menjawab singkat.“Kamu tau? Aku sedang sibuk memblokir berita tentang si kembar tiga. Sekarang aku harus menghapus lagi foto-fotomu di supermarket.” Ian terdengar mengeluh.“Ya sudah. Tidak perlu dihapus. Biarkan saja.”Hening sejenak. Brandon tau sahabatnya pasti sedang mengerutkan kening karena bingung dengan pernyataannya barusan.“Yakin?”“Apa ada yang aneh dengan foto-foto itu?”“Tidak juga.”“Foto-foto si kembar?”“Buram. Tapi terlihat wajah.”“Tidak perlu juga kamu take down. Minggu depan, Granny Eliza juga akan mengumumkan kelahiran kembar tiga ke media kok.”Brandon menutup komunikasi setelah Ian mengerti. Ia merasa sudah tidak penting lagi mengurusi media sosial. Sudah saatnya ia pasrah jika oang-orang penasaran pada keluarganya.“Kenapa, Brad? Kelly bertanya saat naik ke ranjang.“Ian lapor ada yang posting foto-foto kita barusan juga foto-fo
"Kenapa kamu ngadu-ngadu pada Daddy kalau aku sering kesal padamu?" Kelly memberengut pada Brandon."Aku hanya minta nasehat, Babe." Brandon menjawab lemah. Ada sedikit rasa penyesalan sekarang. "Please, jangan marah. Maafkan aku."Kelly menghela napas panjang. Kalau Brandon sampai minta nasehat pada Daddy, itu memang artinya ia cukup frustasi pada sikapnya.Kepala Kelly akhirnya mengangguk. Ia berbalik badan untuk pergi dari kamar, namun Brandon memegang lengannya."Babe." Tanpa banyak bicara, Brandon memeluk erat istrinya.Hanya sejenak, karena Kelly mendorong dada suaminya dengan kencang. "Dadaku sakit kamu peluk begitu.""Maaf." Sekali lagi, Brandon memohon."Aku mau ke ruang bayi." Kelly berucap datar."Tapi kamu baru dari sana, Babe.""Memang kenapa?""Aku... aku juga butuh kamu."Kelly mendengus pelan. "Sudah kubilang aku sedang tidak ingin ada di dekatmu."Brandon memejamkan mata sejenak lalu berkata, " Tolong katakan apa salahku.""Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Aku hany
Demi melihat istrinya senang, Brandon mulai belajar menggendong bayi. Perawat memberi Brandon bayi Arsen yang terlihat paling tenang. Meski begitu, Brandon hanya memegangnya selama tiga detik.“Sudah, Sust. Tanganku mulai gemetaran.”Kelly yang sedang menggendong Reno menggeleng samar. Meski begitu, paling tidak, Brandon mencoba. Reno telah tidur di dekapan Kelly.“Sayang, pangku Reno sebentar.” Kelly meletakkan bantal besar di pangkuan Brandon dan membaringkan Reno di atas bantal tersebut. “Aku mau pipis dan ganti pembalut.”Dengan kaku, Brandon duduk menatap putranya. Ia sama sekali tidak berani bergerak karena takut membangunkan Reno. Tapi, jarinya perlahan mengelus pipir Reno.Brandon tersenyum merasakan betapa halus kulit bayinya. Lama-kelamaan, Brandon mengelus rambut halus Reno, jari-jari tangan dan kaki.“Hatchii!” Tiba-tiba, Brandon bersin. Detik berikutnya, Reno tersentak dan menjerit.“Babe!” teriak Brandon kalut. “Babe, Reno bangun!"“Sebentar, sayang. Aku belum selesai.”