Share

Bab 116 Janji

Penulis: Secret juju
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-07 21:28:00

Kanara duduk di kursi dekat jendela besar apartemen, menatap keluar dengan pandangan kosong. Tangannya tak lepas mengusap perut yang semakin membesar. Ia tahu, sejak Arga membawanya kembali ke apartemen ini, ia tidak lagi punya ruang untuk menolak. Dan sejujurnya, meski banyak luka, hatinya masih sepenuhnya milik pria itu.

Suara pintu terbuka memecah keheningan. Arga masuk, wajahnya tampak lelah selepas bekerja. Ia melepas jas hitamnya, menggulung lengan kemeja hingga siku, lalu berjalan mendekat. Pandangannya langsung tertuju pada Kanara.

“Kenapa kau tiba-tiba bicara tentang pernikahan?” suara Kanara lirih namun tegas, matanya tak lepas dari pria itu. “Bukannya dulu kau sendiri yang tidak menginginkan anak ini?”

Arga berhenti tepat di hadapannya. Ia menekuk satu kakinya, bertumpu pada lutut, lalu menggenggam tangan Kanara erat. “Aku tidak pernah menolak anak itu, Ra.”

Kanara tersenyum pahit. “Tapi kau melakukannya… waktu itu.”

Arga menarik napas dalam, tatapannya penuh kesungguhan. “
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 147 Waktu untuk Kanara

    Arga baru saja memarkir mobil di depan rumah ketika pintu utama terbuka.Kanara keluar bersama Naomi dengan tas kecil di tangan, langkahnya pelan namun mantap. Udara siang yang hangat menyambut mereka di halaman depan.“Seharusnya kau tidak perlu buru-buru pulang,” ucap Kanara saat Arga menghampirinya. “Aku bisa pergi diantar sopir, bahkan Naomi juga sudah siap menemaniku.”Arga hanya tersenyum kecil. Ia membuka pintu mobil untuk istrinya, menunduk sedikit saat memastikan kepala Kanara tidak terbentur. Setelah Kanara duduk, Arga membungkukkan badan untuk menata sabuk pengamannya.“Waktu dan hidupku untukmu, Kanara,” katanya tenang. “Tidak ada istilah sibuk, karena kau adalah prioritasku.”Kanara mengerling, menatapnya dengan senyum geli. “Kau sering sekali bicara manis akhir-akhir ini.”Arga mengangkat alis, pura-pura tersinggung. “Kau pikir aku tidak sungguh-sungguh?”Ia menutup pintu penumpang dan bergegas ke sisi kemudi. Setelah duduk, ia menoleh pada Kanara yang sedang merapikan r

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 146 Antara Keadilan dan Kehilangan

    Suara dering telepon baru saja berhenti ketika Kanara masuk membawa secangkir kopi ke ruang kerja Arga.Aroma kopi bercampur dengan udara siang yang terperangkap di ruangan itu, tapi suasananya terasa tegang.Arga berdiri di depan jendela, punggungnya menghadap pintu. Salah satu tangannya menekan kening, sementara tangan lainnya masih memegang ponsel. Napasnya berat. Telepon dari Athalla barusan membuat pikirannya berputar tanpa arah.Kasus ayah mertuanya semakin aneh. Terlalu banyak celah, terlalu banyak kejanggalan untuk disebut spontan.Kanara melangkah mendekat, meletakkan cangkir di meja. Pandangannya tertuju pada tumpukan berkas di atas meja kerja Arga. Tapi bukan laporan pekerjaan seperti biasanya, melainkan foto-foto TKP, rekaman hasil visum, dan salinan berita acara dari lapas.“Arga …” panggil Kanara pelan.Arga menoleh. Tatapannya sedikit terkejut, tapi berusaha tenang. Ia segera menyimpan ponselnya.“Kau belum istirahat?” tanyanya, mencoba mengalihkan.Kanara menggeleng, l

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 145 Alibi yang Rapi

    Cahaya siang menembus kaca jendela, Athalla menatap tumpukan berkas di mejanya. Di antara laporan dan foto-foto TKP, ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Terlalu banyak kejanggalan dalam kematian ayah Kanara.Versi resmi dari lapas menyebut ‘Korban meninggal akibat pengeroyokan spontan selama kegiatan kerja sosial di luar lapas.’Terlalu rapi.Terlalu dangkal.Athalla tidak mudah percaya pada laporan yang terasa terlalu bersih.Athalla sudah cukup lama bekerja di kejaksaan untuk tahu. Tidak ada kekerasan di balik jeruji yang benar-benar ‘spontan’.Ia bersandar di kursinya, mengetuk-ngetuk pena ke meja. Instingnya menolak berhenti di kesimpulan yang disodorkan begitu mudah.Kejadian ini seperti sudah disiapkan.Tanpa menunggu lebih lama, Athalla memutuskan untuk turun langsung.*Beberapa jam kemudian, ia sudah berada di kantor lapas.“Saya ingin melihat rekaman CCTV,” ucapnya tegas sambil menyerahkan surat permintaan resmi.“Termasuk siapa saja yang berinteraksi dengan para pelaku se

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 144 Maaf yang Tak Sempat Terucap

    Langit mendung sore itu seolah ikut berkabung. Angin lembut berhembus, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan wangi bunga tabur. Ayah Kanara dimakamkan tepat di samping pusara mendiang istrinya. Seolah takdir memberi kesempatan bagi mereka untuk kembali berdampingan setelah sekian lama terpisah oleh waktu dan penyesalan. Kanara menunduk di depan nisan itu, tangan mungilnya menaburkan bunga perlahan, seakan takut mengganggu ketenangan orang yang kini terbaring di bawah sana. Air matanya sudah kering sejak tadi, hanya menyisakan sembab di sudut mata. Kali ini, ia tidak ingin terlihat rapuh. Ia sudah menangis cukup banyak. Tatapannya jatuh pada foto ayahnya di atas batu nisan basah itu. Wajah yang dulu keras dan penuh marah, kini hanya tinggal kenangan diam dalam bingkai kecil. Kanara menghembuskan nafas panjang, pelan namun berat. "Semoga Ibu menyambutmu di sana," ucapnya lirih, sebelum menunduk memberi penghormatan terakhir. Arga berdiri di sampingnya, tidak ber

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 143 Terulang Lagi

    Langkah Kanara goyah, tapi ia tetap maju perlahan, mendekati tempat tidur itu. Setiap langkah terasa berat. Seolah jarak yang hanya beberapa meter itu memakan seluruh tenaga yang tersisa di tubuhnya.Beberapa hari lalu, ia masih melihat ayahnya tersenyum. Sehat. Duduk di ruang kunjungan penjara, memandangi Kanara sambil menyuap potongan kecil makanan kesukaannya.“Ayah senang sekali kau bawakan ini,” begitu katanya waktu itu, dengan senyum lebar yang selalu menenangkan.Tapi hari ini, senyum itu lenyap. Wajah yang sama kini tampak pucat, tertutup oksigen mask, dikelilingi selang dan suara monoton alat medis yang membuat dada Kanara sesak.Ia menelan ludah susah payah, mencoba menahan gejolak yang tiba-tiba naik ke tenggorokan.Beberapa hali belakangan, Kanara memang tak sempat menjenguk karena kandungannya semakin besar dan tubuhnya cepat lelah. Tapi ia tak pernah abai. Setiap hari ia memastikan makanan dikirim ke penjara, memastikan ayahnya makan dengan baik.Dan kini, semua itu seol

  • Terjerat Nafsu Kakak Tiri   Bab 142 Jawaban Di Rumah Sakit

    “Kondisinya masih kritis, Tuan. Tadi sempat terjadi henti jantung,” lapor seseorang yang Arga perintahkan berjaga di rumah sakit, lewat sambungan telepon.Arga yang sedari tadi duduk di kursi kerjanya mendadak terdiam. Jemarinya yang menggenggam ponsel menegang, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Bagaimana bisa?” tanyanya pelan, suaranya nyaris bergetar tapi tetap berusaha tenang.“Saya juga belum tahu detailnya, Dokter masih di ruang ICU. Tapi kondisinya belum stabil.”Arga menutup matanya sejenak, menahan tarikan napas berat. Ia tahu, ini bisa jadi kesempatan terakhir, atau penyesalan seumur hidup jika ia terlambat.“Terus pantau. Aku akan segera kesana.”Begitu panggilan berakhir, Arga terdiam sejenak. Suara di seberang sana seolah bergema di kepalanya, mengguncang setiap detak tenangnya. Tanpa pikir panjang, ia meraih jas yang tersampir di sandaran kursi kerjanya dan menyampirkannya ke lengan.Dalam hati, ia bergumam pelan.“Semoga belum terlambat...”Ia tahu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status