Kanara membeku. Dadanya bergolak antara marah, jijik, dan rasa tidak percaya. Namun, di balik amarahnya, dia juga sadar. Arga tampan, terlalu tampan bahkan. Tapi semua itu tak ada artinya kalau isinya busuk. Laki-laki itu, di matanya, tetap brengsek, seindah apa pun tampilan luarnya.Kedua tangan Kanara mengepal di sisi tubuhnya. Tubuhnya gemetar, bukan karena dingin, tapi karena amarah yang dia tahan mati-matian.Dia datang ke rumah ini bukan untuk dipermainkan, bukan untuk direndahkan oleh orang-orang sok berkuasa yang minim akhlak, yang merasa uang bisa membeli segalanya, termasuk harga diri manusia.“Brengsek,” desis Kanara dingin, sebelum akhirnya berbalik, melangkah pergi meninggalkan Arga.Namun belum sempat dia menjauh, genggaman kuat menahan lengannya. Arga menariknya pelan, memaksanya berbalik menghadapi tatapan laki-laki itu lagi.“Kau masih merasa bisa sombong, Kanara?” suara Arga terdengar lebih rendah, lebih tajam. “Ibumu mungkin sudah tidak tertolong saat kau sampai di
Last Updated : 2025-07-21 Read more