Beranda / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Hancurkan Karl Sebelum Bercerai dengan Elena

Share

Hancurkan Karl Sebelum Bercerai dengan Elena

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 12:29:33

“Apa lagi yang dia inginkan? Kenapa harus mengacak-acak ruang kerjaku!” Suara Elena bergema dalam ruang mobil yang sunyi, nada frustasi meluap bersama hembusan napasnya yang berat.

Ia baru saja mencicipi sedikit ketenangan, namun kini harus kembali ke kota itu—tempat segala luka dan kepedihan terus menghantuinya.

Pegunungan yang menjulang di kejauhan kini perlahan tertelan oleh gedung-gedung kota yang semakin mendekat. Elena memandang jalan di depannya dengan tatapan kosong, sementara pikirannya penuh dengan bayangan Gio.

“Seharusnya dia menikmati hidupnya dengan Jesika,” gumamnya, nada suaranya penuh getir. “Kenapa harus mencariku? Jika kau memang mencintaiku, kau tidak akan selingkuh dengan Jesika, Gio.”

Tangannya naik mengusap kening yang berdenyut, mencoba menenangkan pikiran yang terasa penuh sesak. Mobil yang melaju seakan menjadi pelarian dari kekacauan yang Gio ciptakan.

Namun, setiap kilometer yang ia tempuh membawa Elena semakin dekat pada kenyataan yang enggan ia hadapi.

“B
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
semoga aja tetep g punya kuasa buat ngancurin karl
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
emang g beres otak gio apa hubungannya coba perceraian nya dg kehancuran karl
goodnovel comment avatar
b3kic0t
dih g ikut punya kuasa di sini jangan kasih elena,kalo masih waras sih g bakal bisa ngedapatin apa² di sana gio
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Puncak Amarah Karl

    “Rekaman itu pasti ada di ponselmu, kan? Kemarikan ponselmu. Aku harus melihat semuanya dengan jelas!” Suara Gio memecah keheningan seperti pisau tajam yang menusuk kulit malam.Matanya menyala dengan intensitas yang nyaris menyerupai api yang tak terkendali, membakar apa saja yang menghalangi jalannya.Elena berdiri tegak, tubuhnya memancarkan keteguhan meski hatinya bergetar hebat. Ia menggelengkan kepala, sebuah perlawanan kecil namun penuh makna, cukup untuk memancing amarah suaminya yang sudah di ambang batas kewarasan.“Kau memang gila, Gio,” Elena akhirnya meledak, suaranya tinggi, bergetar oleh campuran kemarahan dan luka yang mendalam. “Kau yang selingkuh, tapi malah menyalahkan orang lain. Di mana hati nuranimu itu, huh?”Gio menggertakkan giginya, suara keras itu seperti gemuruh badai yang hendak melanda. “Kau tahu, Gio? Aku sudah mengantongi banyak bukti perselingkuhanmu dengan Jesika. Jika kau tidak ingin menceraikanku, maka biarkan aku saja yang menceraikanmu.”Elena ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Hanya Mimpi yang Tak Pernah Terwujud

    “Aku membencimu!” pekik Elena. Suaranya pecah, seperti gelas kristal yang dilemparkan ke lantai marmer.Matanya memancarkan api kebencian, tetapi di balik nyalanya yang menyala-nyala, ada luka yang tersembunyi, perih dan berdenyut.Wajahnya yang lelah tampak seperti kanvas yang penuh dengan guratan rasa sakit dan pengkhianatan.Tangannya mengepal erat, gemetar menahan badai emosi yang tak lagi mampu ia bendung.“Aku membencimu, Karl, dan juga Gio! Kalian tidak ada bedanya! Kalian hanya tahu caranya menghancurkan hatiku!” Air matanya mengalir, bukan lagi sebagai tanda kelemahan, tetapi sebagai ungkapan kebencian yang sudah membusuk di relung jiwanya.Karl tetap diam. Wajahnya datar, namun ada sesuatu yang berubah di matanya—keraguan, kesedihan, atau mungkin keterkejutan.Ia hanya bisa memandang Elena, mendengarkan setiap kata yang menusuk jantungnya seperti belati yang digoreskan perlahan.“Kalian hanya menyakitiku,” lanjut Elena, suaranya serak, seperti seseorang yang telah kehilangan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kau Masih Mencintai Karl Hingga Kini!

    Karl berdiri di ruangan sempit dengan lampu putih terang yang menyinari setiap garis di wajahnya.Udara di ruangan itu terasa berat, seolah dipenuhi ketegangan yang tak kasat mata.Suara jam dinding berdetak lambat, namun cukup nyaring untuk menggema di kepala Karl, bersaing dengan denyut nadinya yang teratur namun kuat.“Tuan Karl. Jelaskan kronologinya. Kenapa Anda menghajar Tuan Gio sampai babak belur seperti ini?” Suara polisi terdengar datar namun tegas, memecah keheningan yang mencekam.Gio, duduk di sudut ruangan, menahan sakit di rahangnya. Bekas pukulan Karl yang menghantamnya seperti badai terlihat jelas di wajahnya.Meski wajahnya remuk, matanya masih menyala dengan kemarahan yang tak tertahan, seperti api yang tak kunjung padam.Karl melipat tangannya di depan dada. Wajahnya tenang, seperti prajurit yang tahu bahwa pertempuran sudah dimenangkannya.Dengan nada rendah namun penuh keyakinan, ia menjawab, “Karena Gio tiba-tiba saja mengamuk seperti setan di ruang kerja Elena.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   You're Mine, Now!

    Elena memilih bungkam, tak ingin memberikan panggung pada ucapan Gio yang menyayat seperti pisau tumpul.Baginya, membalas hanya akan membuka luka yang tak perlu. Ia melangkah pergi, menyembunyikan gemuruh di dadanya di balik punggung yang terlihat tegar.“Bukti sudah jelas. Bahwa Anda sendiri yang sudah menyerang Nyonya Elena terlebih dahulu. Jadi, masing-masing harus membayar denda—”Kata-kata polisi itu terpotong ketika Karl, tanpa basa-basi, meninggalkan ruangan seperti badai yang enggan menunggu hujan reda.Ia tahu, Vincent akan mengurus sisanya. Baginya, angka pada kertas denda tak berarti apa-apa dibandingkan satu hal: mengejar Elena.“Elena, tunggu!” Karl menerjang langkah angkuh wanita itu, tangannya dengan cepat meraih pergelangan tangannya yang dingin.Elena menoleh, tatapannya tajam seperti belati namun tak sepenuhnya mampu menyembunyikan gemetar di sudut matanya.“Selesaikan urusanmu dengan Gio, Karl,” katanya dengan nada yang berusaha terdengar datar, meski suaranya meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Aku hanya Milikmu

    “I want you, now!” bisik Karl tanpa melepaskan ciumannya.Suara berat Karl berhasil menumbuhkan hasrat dalam diri Elena. Ia tidak bisa menolak sedikit pun. Pria ini selalu membuatnya candu.“Do it,” ucap Elena memberi akses pada Karl agar menyentuhnya.Malam merangkak perlahan, menyelimuti apartemen dengan bayang-bayang temaram yang berasal dari lampu kota di luar jendela.Heningnya ruang terasa berat, seolah udara di antara mereka dipenuhi dengan sesuatu yang tak terucapkan, tetapi sudah lama dirasakan.Ia menarik Elena ke dalam pelukannya, membiarkan kehangatan tubuh mereka saling menyatu.Dahi mereka bersandar, napas mereka beradu dalam jarak yang terlalu dekat. Saat itu, tidak ada ruang bagi keraguan atau penolakan—hanya ada kejujuran yang telanjang, tanpa topeng, tanpa pertahanan.Ciuman itu datang perlahan, seperti embun yang jatuh di pagi hari. Awalnya lembut, menyelidik, tetapi segera berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih mendesak.Bibir Karl menelusuri Elena dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tamparan Keras dari Diana

    Plak!Tamparan itu melayang cepat, suara kerasnya menggema di sudut restoran yang sebelumnya tenang.“Wanita murahan!”Suara Diana memecah keheningan seperti badai yang tak terduga. Wanita paruh baya itu berdiri dengan sorot mata menyala, penuh kemarahan yang sulit dibendung.Tubuhnya bergetar, bukan karena lelah, tetapi karena amarah yang membakar setiap kata yang keluar dari bibirnya.Elena tersentak. Wajahnya berbalik ke arah tamparan, kulit pipinya memerah dan terasa panas, seperti bara api yang baru saja menyentuhnya.Matanya melebar, memandang Diana dengan keterkejutan yang sulit disembunyikan.Tangannya naik perlahan, memegangi pipinya yang nyeri, sementara jantungnya berdetak cepat, lebih karena penghinaan yang ia rasakan daripada sakit fisik itu sendiri.“Berani-beraninya kau selingkuh di belakang Gio, Elena!” pekik Diana, suaranya melengking, seperti cambuk yang menghujam telinga.Elena masih membisu, mencoba mengendalikan gelombang emosi yang hampir meledak di dadanya.“Gio

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Menikah dengan Karl?

    “Kau pikir Karl sehebat itu?” suara Gio memecah keheningan, nada sinisnya seperti angin dingin yang menyusup ke tulang. Senyum miring menghiasi wajahnya, seperti topeng seorang pria yang menikmati ilusi kemenangan.“Justru dia sedang memperlihatkan kelemahannya. Dia sendiri yang bermain-main denganku, Elena!”Elena menatapnya dengan pandangan yang tajam namun tenang, seperti air permukaan danau yang menyembunyikan pusaran di bawahnya.“Terserah kau saja, Gio. Sejak kau tahu The Blue Company makin sukses pun kau sudah meradang. Dan ternyata, pemiliknya adalah Karl—orang yang kau benci sejak lama. Tapi, perlu kau ingat, Gio,” suaranya mengalun lembut, tetapi setiap kata terasa seperti belati yang menusuk, “kau pun bekerja sama dengannya.”Ucapan Elena bagai api yang dilemparkan ke dalam bara amarah Gio. Tangannya mengepal kuat, urat-urat di pergelangan tangannya tampak jelas seperti akar pohon tua yang penuh amarah.Ia tidak membalas, hanya menatap Elena dengan tatapan beracun sebelum b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Bertemu dengan Jesika

    "Karl tidak memiliki komitmen untuk menikah dengan siapa pun, termasuk denganku, Maia," ujar Elena dengan suara yang terdengar seperti angin senja, membawa kesedihan yang lembut namun menusuk.“Huh? Apa maksudmu, Elena? Lantas, kenapa kau berselingkuh dengannya, jika pada akhirnya kalian berpisah?” tanya Maia, suaranya menggema di antara tembok keraguan, matanya mencari jawaban di wajah Elena yang redup.Elena menghela napas panjang, seolah ingin mengusir beban dari dadanya, namun hanya berhasil menambah hening di antara mereka."Karena aku yang telah menyeret Karl ke dalam pusaran duniaku. Saat aku melihat Gio dan Jesika bercinta, sesuatu dalam diriku hancur seperti kaca yang dilempar ke lantai marmer.“Aku mabuk, Maia, mabuk oleh kehampaan, dan aku menyeretnya ke dalam kamar hotel, membawa serta dosa yang tak pernah kusangka akan terus menghantuiku."Air di gelas Maia berhenti beriak, suasana kamar seketika terasa begitu pengap oleh pengakuan yang berat itu. Elena melanjutkan, suara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tamat

    Tidak ada jawaban, hanya jeritan bahagia Elena yang membuat Maia terkejut. "Kau bahagia sekali, El. Ada apa di sana, kau dalam keadaan baik-baik saja dan sehat 'kan?"Elena langsung berteriak begitu keras hingga suara bahagianya terdengar melebihi jangkauan. Maia dengan cepat menjauhkan ponselnya dari telinga, namun setelah beberapa detik, ia mendekatkannya lagi, penasaran."Terbanglah ke Roma, Mai, jika kau ingin melihat keponakanmu lahir!" jerit Elena dengan kegirangan, suaranya pecah dengan kebahagiaan yang tak terkira.Maia terdiam beberapa saat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tubuhnya melompat kegirangan, seakan disambar petir. “Kau serius, El?” tanyanya, hampir tidak percaya."Heem," jawab Elena singkat namun penuh keyakinan.Di seberang sana, Maia terdiam sejenak, mencerna kata-kata sahabatnya. Takdir ternyata membawa mereka ke titik ini, sebuah kebahagiaan yang tak terduga.Kehidupan yang penuh dengan kejutan, dan kini sahabatnya, yang selama ini selalu ada u

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 134

    Karl berdiri, menahan emosi. “Aku tidak peduli. Lakukan segera apa yang aku inginkan!”Namun suara lembut Elena memecah ketegangan, “Karl... jangan seperti itu dong. Biarkan semua berjalan normal, jangan memaksakan.”Karl menoleh dan menatap Elena yang kini sudah duduk di ranjang, wajahnya tenang, namun matanya penuh harap.Setelah perdebatan panjang dan beberapa pembicaraan tambahan, akhirnya pihak maskapai menyetujui perubahan jadwal dengan syarat tertentu. Karl menyetujui semuanya.Senyum puas mengembang di wajah Elena. Ia segera berdiri dan memeluk suaminya. “Yey, akhirnya bisa ke Roma... Yang baik dan nurut ya, Sayang,” bisiknya sambil mengusap perutnya yang masih rata namun telah membawa kehidupan.Karl membalas pelukannya, kemudian menatap perut Elena dengan perasaan campur aduk. “Perjalanan ini cukup jauh dan melelahkan, Sayang. Apakah tidak berbahaya?”Elena menggeleng dengan senyum penuh keyakinan. “Aku dalam keadaan sehat. Dokter juga bilang ini waktu yang masih aman. Dan k

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 133

    Malam itu, langit dihiasi bintang dan bulan purnama menggantung dengan indah. Halaman belakang rumah Karl disulap menjadi pesta kecil nan hangat. Tema garden wedding mereka tampil sederhana namun elegan.Lampu-lampu gantung memancarkan cahaya kekuningan yang lembut, bunga-bunga mekar di setiap sudut taman, dan aroma hidangan lezat memenuhi udara malam.Karl dan Elena berdiri di tengah-tengah, tangan saling menggenggam, mata saling menatap dalam. Tidak butuh pesta megah, karena cinta mereka telah cukup menjadi pusat perhatian.Di sisi lain, Maia berdiri dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Federick mendekat, berdiri di sampingnya. Ia tidak berkata banyak, hanya sesekali memandang Maia dengan sorot mata yang penuh misteri.Di antara tawa, doa, dan janji yang terucap malam itu, cinta Karl dan Elena pun diikat dalam sakralnya komitmen.Tanpa dendam masa lalu, tanpa luka yang menahan—hanya ada harapan, keteguhan, dan perjalanan baru yang segera dimulai.“Kau sangat cantik, El

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 132

    “Sudahlah, kapan kalian melangsungkan pernikahan? Rasanya sudah waktunya, apalagi setelah semua yang kalian lewati.”Elena terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara pelan, “Tunggu semua selesai dan aku sudah boleh pulang.”Maia tersenyum dan mengangguk kecil. Keduanya pun larut dalam percakapan ringan soal rencana pernikahan Elena dan Karl, bercanda tentang tema pesta, gaun pengantin, dan siapa saja yang akan diundang.Namun di balik semua itu, mata Maia masih menyimpan kebingungan atas kata-kata Federick sebelumnya.Sementara itu, di sisi lain kota, Karl dan Federick sudah sampai di kantor kepolisian. Mereka berjalan cepat melewati lorong-lorong panjang dan redup hingga tiba di depan ruang interogasi.Begitu matanya menangkap sosok Gio di balik kaca satu arah, napas Karl langsung berubah berat. Tatapannya menggelap, penuh kebencian. Gio terlihat santai, bahkan nyaris tak menunjukkan penyesalan sedikit pun.Ia menjawab pertanyaan penyidik dengan malas, acuh tak acuh, bahkan seseka

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 131

    “Sejak kapan wanitaku harus menatapmu dengan kelembutan?” balas Karl, nadanya tenang tapi tegas, nada kepemilikan yang tak bisa ditawar.Federick menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal, menghela napas pasrah atas protes Karl. “Bukan begitu maksudku… setidaknya kembalilah ke mode awal, jangan setegang ini. Kau tampak seperti hendak menginterogasiku.”Elena hanya menyeringai. Lalu tanpa memberi sinyal lain, bibirnya bergerak, melontarkan pertanyaan, “Di mana Maia?”Seketika Federick menghembuskan napas panjang, seolah beban di pundaknya sedikit terangkat. Senyuman manis mengembang di wajahnya, “Di hatiku.”Elena hanya melirik sambil mengangkat alis, tidak menanggapi rayuan kecil itu dan langsung masuk pada topik utama.“Apakah kabar yang aku dengar benar bahwa pelaku utama adalah Gio? Lalu bagaimana kabarnya?”Ia menghela napas panjang, lalu lanjut, “Apakah dia sudah tertangkap? Aku ingin dia merasakan dinginnya udara prodeo.”Karl yang duduk di sampingnya menatap Elena penuh kelemb

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 130

    Panggilan pun berakhir. Gio berjalan masuk ke sebuah rumah kayu sederhana yang selama ini dia jadikan tempat persembunyian saat keadaan genting.Rumah itu tampak usang, dengan jendela tua yang berderit dan cat dinding yang mulai mengelupas. Dia masuk dengan langkah berat dan penuh amarah.“Ini semua gara-gara kau, Karl... Kalian harus hancur menggantikan aku!” gerutunya sambil melempar jaket ke lantai.Gio berjalan mondar-mandir, tangannya mengepal, matanya menyala penuh dendam. Kariernya telah hancur, semua aset penting disita, dan perusahaan kebanggaannya kini berada di tangan Karl.Bahkan wanita yang dulu sangat ia inginkan, Elena, kini juga meninggalkannya.“Dasar wanita tidak tahu diuntung. Dulu saat aku berjaya, mendekat seperti ulet keket. Sekarang saat aku terpuruk, kau melesat laksana wurung walet! Sialan! Sungguh sial!”Suara pintu dibanting keras hingga seluruh kusen bergetar. Gio seperti kehilangan kendali. “Elena... harusnya kau masih milikku!”Tiba-tiba, ponselnya berder

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 129

    Keduanya berjalan bersisian menuju area parkir. Angin siang menerpa wajah mereka, namun langkah mereka tak goyah. Saat sampai di depan mobil masing-masing, mereka berhenti.Tatapan mereka bertemu. Tidak ada kata yang langsung keluar. Hanya diam. Tapi bukan diam kosong.“Apakah Tuan Federick kembali ke rumah sakit?” tanya Vincent seraya menoleh singkat ke arah pria yang tengah membuka pintu mobilnya.“Iya, aku harus menjemput Maia. Dia kutinggalkan begitu saja di sana,” jawab Federick, suaranya terdengar sedikit menyesal.“Baiklah jika begitu, aku harus kembali ke perusahaan dan ke restoran baru milik Nona Elena,” jelas Vincent sambil membenahi jasnya yang sempat kusut.“Baik, jika begitu kita berpisah di sini. Selamat jalan, Vincent. Lancar selalu.”“Begitu juga dengan Anda, Tuan,” sahut Vincent, memberikan sedikit anggukan hormat sebelum Federick menutup pintu mobilnya.Federick pun segera melangkah menuju kendaraan pribadinya, membuka pintu, masuk, dan dalam sekejap mobilnya melaju

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 128

    Karl tersenyum hangat. Ia mendekat, mengusap rambut Elena perlahan, lalu menatap matanya dalam-dalam, seakan tak ada lagi siapa pun di ruangan itu selain mereka berdua.“Bersabarlah dulu sebentar, Sayang. Kita selesaikan dulu masalah kebakaran restauran kamu. Satu atau dua bulan ke depan, semua pasti siap. Aku janji.”Elena mengangguk pelan. “Baik.”Mata Karl berbinar, dan ia pun bertanya dengan nada lebih ringan, mencoba mengangkat suasana, “Tema bagaimana yang kau inginkan untuk pernikahan kita nanti?”Elena terdiam beberapa saat, mengalihkan pandangannya dari Karl dan memutar kepala perlahan ke arah Maia yang masih berdiri tidak jauh dari ranjang.Tatapannya serius, mengiris keheningan dengan nada datar namun jelas, “Maia, bagaimana perkembangan kasus restoran kita?”Maia tersentak kecil. Ia tidak menyangka pertanyaan seberat itu akan muncul saat atmosfer sebelumnya masih hangat membahas pernikahan.Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menata jawaban, “Pindahan sudah beres… mengena

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Anakku Pasti akan Bahagia

    Pagi hari yang cerah menyambut dengan sinar lembut yang menembus celah tirai. Udara kamar inap menjadi lebih hangat, dan aroma makanan menyebar perlahan.Wajah Elena terlihat jauh lebih segar. Pucat memang masih tersisa, tapi ada semburat kehidupan yang kembali ke pipinya. Karl duduk di sampingnya, seperti sejak tadi malam, tak pernah benar-benar meninggalkan.Dengan penuh perhatian, Karl menyuapi Elena yang kini bersandar santai di atas bantal besar. Ia menatap wanita itu seolah Elena adalah harta paling berharga yang tak boleh tergores sedikit pun."Makan yang banyak, kau tahu, makanan ini aku sendiri yang buat!" ucap Karl dengan bangga, mengangkat sendok seperti seorang koki profesional yang baru saja menciptakan mahakarya.Elena mengerjap pelan, mengernyit kecil. "Sejak kapan kau bisa masak, Karl?""Sejak kau terbaring di sini," jawab Karl enteng, tersenyum.Namun Elena menyipitkan matanya, seakan tak mudah percaya."Tapi masakan ini... rasanya seperti dari restoranku. Aku tidak p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status