Share

Test Rasa

Author: Strawberry
last update Huling Na-update: 2025-07-17 18:18:34

Milan, Via Montenapoleone

Cahaya senja yang keemasan menyapu jalanan Via Montenapoleone, menerangi deretan butik mewah yang berkilau bak permata. Di antara mereka, butik Isabella Ruzzo berdiri dengan sikap menantang—tepat berseberangan dengan Channel, seolah menyatakan bahwa keanggunan tak harus selalu datang dari nama besar. Besok, koleksi pertamanya, La Belle, akan meluncur. Dan malam ini, segala sesuatunya harus sempurna.

Isabella berdiri di tengah ruang fitting, tangan terlipat di depan dada, mata coklat madunya yang tajam mengawasi setiap detail gaun yang dikenakan para model. Suasana backstage riuh dengan suara mesin jahit yang masih bekerja, stylist yang sibuk mengatur aksesori, dan model-model yang saling berbisik.

Tapi satu sosok yang langsung menarik perhatiannya.

Naomi.

Top model asal Paris itu berdiri di depan cermin, rambut pirangnya yang seperti sutra emas terurai sempurna di atas bahunya yang ramping. Tubuhnya—langsing, tinggi, dengan lekuk yang seolah diciptakan untuk
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Masa Lalu Leonardo

    "Apa kau pernah menikah?"Pertanyaan itu tiba-tiba melintas di benak Isabella.Isabella ingin tahu bukan karena status duda. Tapi lebih pada perasan di masa lalu. Dia ingin tahu. Jika memang perasaan Leonardo padanya hanya sisa-sisa dari masa lalu, maka Isabella akan membalasnya dengan hal yang sama.Tidak ada pengorbanan lagi untuk pria. Cukup Matteo."Matteo yang mengatakannya?" balas Leonardo waktu itu, matanya berkedip dalam kegelapan.Isabella sekarang menghela napas, bangkit dari tempat tidur dan meraih piyama Leonardo yang tergantung di kursi. Kain hitam yang terlalu besar untuknya itu membungkus tubuhnya dengan nyaman saat dia berjalan ke jendela, memandangi Milan yang masih terlelap."Jawab saja," pinta Isabella, jarinya menggambar lingkaran di dada Leonardo.Leonardo menarik napas panjang. "Saat aku berusia dua puluh satu tahun, aku sangat mencintai seorang gadis. Namanya Bianca." Suaranya retak. "Tapi pernikahan kami hanya berlangsung sebentar... karena Bianca meninggal."I

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Berlian Diantara Sampah

    Selimut sutra yang menutupi tubuh mereka berdua berkerut seperti lautan perak di bawah cahaya bulan yang menyelinap lewat jendela studio. Isabella berbaring dengan kepala di dada Leonardo, jarinya tanpa sadar menggambar pola-pola abstrak di kulitnya yang hangat, mengikuti detak jantungnya yang mantap."Leo," bisiknya tiba-tiba, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan malam. "Jika aku hamil... apa yang akan kau lakukan?"Leonardo tidak langsung menjawab. Tangannya yang besar membelai rambut Isabella dengan lembut, seolah mencoba menenangkan kegelisahan yang tidak terucap."Apa pun yang kau inginkan, Belle," jawabnya akhirnya, suaranya dalam dan jujur.Isabella mengangkat wajahnya, matanya mencari kepastian dalam sorot Leonardo. "Bisakah aku percaya padamu, Leo?"Leonardo tersenyum, lalu mengecup ubun-ubun kepalanya dengan lembut. "Dengan apa yang sudah kulakukan, apa kau masih tidak percaya?"Isabella membenamkan wajahnya kembali ke dada Leonardo, mencium aroma khasnya—sandalwood da

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Kanvas Tubuh

    "Dasar Leonardo...!"Dia cepat-cepat menutup kotak itu, tapi bayangan isinya sudah terpatri di pikirannya. Garis-garis renda, kain yang nyaris tak ada, dan warna yang—Brengsek.Suara langkah kaki berat mendadak terdengar dari belakang."Sudah dibuka?"Suara Leonardo yang dalam, menggema di telinganya. Isabella tak perlu menengok untuk tahu—dia tersenyum. Senyum yang tahu persis apa yang baru saja dilihatnya.Isabella menghela napas, berusaha tenang. Tapi ketika dia akhirnya berbalik, matanya langsung bertabrakan dengan sorot Leonardo yang terlalu mengerti."Kau benar-benar tak tahu malu," gerutnya, berusaha keras terdengar marah.Leonardo hanya tersenyum lebih lebar, langkahnya mendekat seperti predator yang tahu mangsanya sudah terjebak."Tapi kau suka."Dan Isabella—Tidak bisa menyangkal.Udara di studio Leonardo terasa hangat, tercemar oleh aroma cat minyak dan sesuatu yang lebih liar—nafsu yang tidak terucapkan. Isabella berdiri di tengah ruangan, jantungnya berdegup kencang sep

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Siapa Yang Berpihak Padaku?

    Udara di dalam lift terasa begitu berat, seolah setiap tarikan napas Isabella dipenuhi oleh bau wewangian manis dan kemunafikan yang mengingatkan Isabella dengan aroma Naomi. Matteo berdiri di sampingnya, tubuhnya yang tinggi membayangi seperti bayangan yang tak pernah benar-benar pergi."Apa pesan Papaku?" tanya Matteo tiba-tiba, suaranya rendah tapi menusuk. Tangannya menarik Isabella lebih dekat, cengkeramannya di pinggang terasa seperti belenggu.Isabella menahan godaan untuk mendorongnya. "Segera memberimu keturunan," jawabnya datar, sambil melepaskan diri dari genggamannya.Matteo membenarkan jasnya dengan gerakan angkuh, senyum sinisnya semakin lebar. "Sebaiknya begitu! Jangan terlalu lama. Atau jangan-jangan benih Leonardo tak sekuat nafsunya?"Dia menyindir, dan kali ini, Isabella tak membiarkannya menang."Kita lihat saja," balasnya, matanya berkilat dengan tantangan.Matteo mengangkat alis. "Kedengarannya kamu sangat yakin bakal cepat hamil, Belle!""Aku tidak mau buru-buru

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Pertemuan Dengan Sang Raja

    Udara di dalam mobil Rolls-Royce Phantom yang mewah terasa pengap meski AC bekerja maksimal. Isabella duduk kaku di samping Ivy, jari-jarinya menggenggam erat tas Chanel-nya hingga buku-buku putihnya menonjol. Pemandangan luar jendela berlalu begitu cepat—seperti hidupnya yang terus berputar di luar kendalinya."Kamu terlihat tegang, Belle," ucap Ivy tiba-tiba, suaranya manis seperti sirup yang beracun.Isabella menelan ludah. "Aku hanya memikirkan proyek Vogue besok."Ivy tersenyum, matanya tajam seperti elang yang mengincar mangsa. "Ah, tentu. Tapi hari ini, kita punya urusan lebih penting."Isabella ingin bertanya, tapi lidahnya terasa kaku.“Ingat, Belle! Untuk bisa bertahan di sini kamu harus menjadi lebih kuat dan tidak selalu membawa perasaan” tambah Ivy.“Begitu?” jawab Isabella dalam hati. “Pantas saja kalian tidak ada yang bisa harga ketulusan” tambahnya dan masih dalam hati. Tak lama mereka sampai di tempat yang mereka tuju.Kantor Riccardo Ruzzo terletak di lantai paling

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Enggan Pulang

    Udara di butik La Belle terasa mendadak berat ketika Isabella melangkah masuk. Matanya langsung menangkap dua sosok yang sedang duduk di area lounge—Matteo, dengan wajah masam yang sudah terlalu familiar, dan Ivy, sang mertua, yang duduk tegak dengan elegan seolah tak ada satu pun debu yang berani menempel pada gaun Chanel-nya."Dari mana kamu?" Matteo langsung menyerang dengan pertanyaan itu, suaranya datar tapi mata menyala dengan emosi yang dipendam.Isabella hampir tertawa. Tujuh hari. Tujuh hari dia menghilang, dan ini yang pertama kali ditanyakan suaminya.Sebelum sempat menjawab, Ivy sudah menyela dengan senyum manis yang membuat Isabella merinding."Matt... tidakkah kamu rindu dengan istrimu?" Nada Ivy seperti madu, tapi ada duri halus di baliknya.Matteo terlihat salah tingkah, wajahnya berkerut dalam ekspresi yang aneh antara kesal dan bersalah. "Ya... pelayan bilang, kamu satu minggu tidak pulang. Kamu ke mana?" Kali ini suaranya lebih rendah, seperti anak kecil yang dimara

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status