Beranda / Romansa / Terjerat Oleh Sentuhannya / Bab 5. Keinginan Kakek

Share

Bab 5. Keinginan Kakek

Penulis: Nelangsa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-05 22:47:07

"A-aku bukan anak kandung Ibu? Lantas siapa Ibuku dan dimana Ibuku?" Dini berucap sendiri di ruangan rumah yang sepi dengan berderai airmata. Dini seakan melupakan kejadian yang terjadi di kamar hotel, ia masih membaca surat tersebut berulang-ulang. Dini berharap ia salah baca namun tulisan itu tetap sama.

Aaaaaakkkkkkk…..Dini berteriak kencang sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, ternyata perlakuan tidak baik Ibunya selama ini karena Dini bukan anak kandungnya. Air mata Dini seakan tidak habis mengalir, Dini sekarang hidup sendiri ia tidak tahu kemana ia harus mencari ibu kandungnya dan ia juga ingin mencari tahu kenapa ia sampai diasuh oleh Ibunya yang sekarang.

Lelah menangis Dini berjalan gontai menuju kamarnya dan ia pun menghempaskan badannya di kasur kecil miliknya. Mata Dini tidak sanggup terbuka karena banyak menangis kemudian ia pun terlelap tanpa membersihkan dirinya.

****

"Kakek," lirih Kenzi prihatin melihat tubuh lemah kakeknya yang terpasang selang oksigen di hidung dan selang infus yang tertancap di kulit keriputnya.

Kenzi duduk di kursi samping tempat tidur, ia memegang pelan telapak tangan kakeknya, Kakek Darma pun tersenyum senang dengan kedatangan cucunya.

"Ka-kakek baik-baik saja. Umur kakek masih panjang sampai kakek melihat kamu menikah dan memiliki cicit" ucap Kakek penuh semangat, Darma sudah sangat mendambakan Kenzi untuk segera menikah dan memiliki anak karena Darma tahu kondisi tubuhnya yang sering sakit-sakitan.

Kenzi tersenyum kecut saat kakek menyinggung soal pernikahan, Kenzi selalu kabur kalau ditanya soal menikah karena Kenzi memiliki rahasia yang tidak diketahui keluarga namun sekarang Kenzi bisa bernafas lega karena apa yang ditakutkan tidak terjadi.

"Kakek tenang saja, Kenzi akan segera mencari calon istri makanya kakek harus sehat dan jangan sampe masuk rumah sakit lagi" jawab Kenzi dengan mantap.

"Panggil Papa dan Mama kamu" kata Kakek sambil menegakkan tubuhnya yang tadinya tiduran hendak duduk bersandar.

"Untuk apa kakek memanggil Papa dan Mama?" Kenzi heran melihat perubahan kakeknya yang tadinya tampak lemah kok sekarang jadi kuat.

"Kakek sudah sehat, kakek mau pulang sekarang biar bisa ketemu sama calon cucu menantu kakek"

"Astaga…Kakek. Kan Kenzi tadi bilang akan mencari bukan berarti sudah ada. Ayo kakek tiduran lagi!" Kenzi membantu memegang bahu Kakek agar kembali berbaring dan membenarkan cairan infus yang sempat terhenti karena ulah kakek yang bangun tiba tiba.

"Ken, kakek sudah sehat. Kakek langsung sehat waktu kamu bilang akan segera menikah" ucap kakek dengan wajah berbinar.

Kenzi mengusap wajahnya dengan frustasi sepertinya kata-kata yang diucapkan tadi menjadi bumerang baginya.

Terdengar pintu kamar kakek terbuka, ternyata Mama dan Papa masuk dengan membawa makanan dan minuman. Kenzi bernafas lega dengan kedatangan mereka sehingga Kenzi bisa segera pergi dari ruangan ini.

Mama tersenyum senang melihat wajah cerah sang mertua, "Ayah sudah baikan. Duh yang dikunjungi cucunya langsung sembuh" ledek Mama Artika sambil meletakan makanan dan minuman yang ia bawa.

Papa Samuel pun melihat perubahan ayahnya tersenyum senang, sepertinya hati ayahnya lagi bahagia. Entah apa yang sudah Kenzi dan Ayahnya bicarakan.

Melihat gelagat yang menurut Kenzi akan menjurus ke soal pernikahan, Kenzi pun berdiri dari kursinya hendak pergi.

"Lo Ken, kamu mau kemana? Kita makan siang dulu, Mama tahu kamu pasti belum makan apa-apa? Tadi Mama jumpa Max di luar dan sudah Mama suruh ke kantin untuk makan dulu" kata Mama Artika

Kenzi baru tersadar waktu sudah menunjukan pukul 2 siang dan dia baru menyadari ada wanita yang ia kurung di kamar hotelnya.

"Maaf, Ma. Kenzi baru ingat ada sesuatu hal penting yang harus Kenzi selesaikan"

"Kakek, Kenzi pamit dulu. Nanti malam Kenzi kemari lagi, kakek harus cepat sehat ya" ucap Kenzi sambil mencium pipi kanan kiri kakeknya.

"Ingat janji kamu ya, Ken" 

"Kakek tenang saja. Yang penting kakek sehat dulu. Oke" Kenzi  menunjukan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk lingkaran.

Kakek pun mengangguk senang. Setelah berpamitan dengan Kakeknya, Kenzi menghampiri Mamanya dan memeluk serta mencium pipi kanan kiri Mamanya kemudian salim ke Papanya.

"Jangan sampai tidak makan kamu Ken. Nanti Kakek sudah sembuh malah kamu gantian yang dirawat" ujar Mama yang sangat tahu betul kalau anaknya satu ini sangat susah untuk makan.

"Siip…" Kenzi pun mengangkat tangan kanannya ke kepala tanda hormat dan keluar dari kamar rawat kakeknya.

Langkah kaki Kenzi berjalan cepat menuju lift dan tangannya mengetik pesan untuk Max agar segera membawa mobilnya.

"Mudah-mudahan si anak paud masih berada di kamar dan tidak mati kelaparan. Tapi melihat sikapnya tidak mungkin sampai kelaparan. Buktinya pertama masuk aja dia sudah menghabiskan cemilan dan minuman kalengku" Kenzi tersenyum membayangkan sikap konyol si anak paud.

Max yang sedang menikmati makan siangnya harus merelakan makanan tersebut tersisa untungnya Max sudah memakannya setengah. Max pun segera membayar makanan tersebut dan berlari ke parkiran rumah sakit. Ia tidak mau Tuannya murka kalau ia terlambat.

Ternyata Max memiliki feeling yang tepat, begitu Max sampai parkiran ia bisa melihat di kejauhan Tuannya berjalan cepat ke arahnya.

Max yang berada di depan mobil membuka pintu mobil dan Kenzi segera masuk. Setelah Kenzi masuk Max pun berlari kecil memutar menuju pintu kemudi mobil. Max  menyalakan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah sakit.

"Max, kita kembali ke hotel" perintah Kenzi.

"Baik tuan" patuh Max dan melajukan mobil tersebut dengan kecepatan sedang. Di dalam hati Max baru tersadar juga kalau tadi mereka meninggalkan seseorang di kamar hotel. Biasanya setelah Tuannya selesai menyewa wanita, Max yang mengantar wanita tersebut keluar dari hotel sambil melihat kondisi fisik wanita tersebut. Karena para wanita tersebut keluar dengan pakaian berantakan dan Max mengganti rugi pakaian wanita tersebut serta sedikit ancaman agar mereka bungkam tentang keadaan Tuannya.

Mobil yang dikendarai Max pun sampai di hotel, Kenzi segera membuka pintu mobil tanpa menunggu Max membukakan. Kenzi pun berjalan cepat menuju pintu lift, Max terheran-heran melihat tingkah Tuannya yang agak berbeda, "mungkin karena wanita tersebut yang bisa memuaskan Tuan makanya Tuan sedikit khawatir tapi sejak kapan seorang Kenzi Argantara mengkhawatirkan wanita bayaran" batin Max.

Sesampainya di depan kamar hotel jantung Kenzi berdetak dengan cepat, Kenzi memegang dadanya, "apa-apaan ini, kenapa ini jantung berdebar-debar. Apa aku kena penyakit jantung seperti kakek?"

"Wah membayangkan si anak paud membuat pusaka ku terbangun apalagi lagi di sentuhnya, pokoknya dia harus tanggung jawab." Gumam Kenzi sambil membuka pintu, Kenzi pun masuk ke dalam pandangan tertuju pada hidangan makanan yang masih tertutup begitu Kenzi buka makanan tersebut masih utuh dan ia pun berjalan menuju kamarnya alangkah kagetnya Kenzi saat melihat tempat tidurnya kosong tidak ada siapa-siapa.

"Tidak mungkin ia keluar dari kamar ini, karena karyawan hotel ini sudah tahu siapa aku tapi kenapa dia bisa keluar" geram Kenzi dan mengambil ponsel di kantong celana untuk menghubungi Max.

"Max, selidiki cctv hotel kenapa dia bisa keluar? dan tanyakan pada karyawan hotel siapa yang mengantar makanan kemari?" Perintah Kenzi dengan wajah merah menahan amarah.

Belum sempat Max menjawab panggilan pun sudah diputus oleh tuannya. Max tahu ini masalah berat bagi Tuannya langsung menuju ruang cctv dan ruang petugas hotel.

Wajah Max tampak geram saat mengetahui bahwa Nona tersebut keluar dari kamar dari bantuan petugas hotel yang baru bekerja dan karyawan tersebut tidak tahu siapa Kenzi, Max yakin Tuannya bakalan marah dan akan memecat karyawan tersebut. 

"Ma-maaf Tuan. Sa-ya tidak tahu Tuan, tolong jangan pecat saya. Saya sangat menginginkan pekerjaan ini untuk membantu perekonomian keluarga saya di kampung" mohon karyawan tersebut dengan tertunduk takut dengan tatapan tajam Max.

"Ya sudah, kembalilah bekerja" kata Max yang tidak tega melihat karyawan tersebut biarlah karyawan itu menjadi urusan Pak Mahmud atasan dari mereka.

Max pun menemui Tuan Kenzi dan menceritakan perihal keluarnya Nona itu dari kamar. Max bisa melihat raut emosi dan amarah dari wajah Kenzi. Max pun pasrah apabila jadi sasaran kemarahan Kenzi.

"Max, aku tidak mau tahu. Kamu harus temukan wanita itu kembali"

"Baik,tuan. Saya akan menghubungi Ibunya Nona tersebut"

"Hubungi sekarang juga,Max"

"Hah…! Baik Tuan." Max mengambil ponselnya dsn mencari nomor Bu Anna. Namun sayang nomor ponsel Bu Anna tidak aktif, Max menjadi gelisah karena nomor satu satunya Bu Anna tidak aktif.

Kenzi yang sedang duduk di sofa memperhatikan Max yang menekan tombol memanggil tetapi ada satupun panggilan Max dijawab.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
ana udh kabur max dengan uang 1 m dari tuan Kenzie.
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
ah bu Anna pasti sudah menonaktifkan nomornya dan dipastikan dia akan ganti nomor,, semogaa Cepet ketemu yaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 53

    Semua yang ada di meja makan terkejut dengan sikap Dini. Kenzi yang melihat Dini buru-buru ke kamar mandi segera menyusul. Artika pun segera ke dapur untuk membuat minuman jahe dengan wajah berbinar. Dewi dan Kelvin hanya saling melirik tidak tau harus berbuat apa. Setelah memuntahkan isi perutnya tubuh Dini tampak lemas, Kenzi pun membawa Dini ke kamarnya, namun sebelumnya ia meminta maaf pada Dewi dan Kelvin yang tidak bisa ikut makan bersama berhubung Dini sedang tidak enak badan. “Dewi, Kelvin lanjutkan saja makannya. Tante mau membawa minuman jahe dulu ke kamar Dini.” ucap Artika. “Iya, Tante.” Dewi menjadi tidak nafsu makan setelah melihat adiknya sakit. Sampai lemas begitu dan tidak bisa makan. “Sayang, Makanlah. Habis ini kita ke atas lihat keadaan Dini. Padahal dia tadi baik-baik saja. Kok tiba-tiba bisa sakit ya. Apa mungkin Dini sedang hamil.” Jawab Kelvin yang juga merasa heran dengan keadaan Dini yang tiba-tiba sakit. “Apa? Hamil?” Kelvin mengangguk sambil mengunyah

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 52

    Seperti yang dijanjikan oleh Dini, hari ini Kenzi dan Dini pergi kerumah sakit untuk kembali memeriksa kesehatan mereka. Mereka pun segera masuk ke ruang Dokter Rita tanpa menunggu antrian karena sudah jauh-jauh hari Dini membuat janji.Di dalam ruangan serba putih tersebut, Dini melakukan rangkaian pemeriksaan. Jantung Dini berdetak lebih cepat saat sebuah alat menempel di perutnya dan Dokter Rita dengan wajah serius memperhatikan layar monitor yang ada di sebelah ranjang tempat Dini berbaring. Kenzi yang berada di samping Dini memegang tangan Dini yang tampak dingin.“Bagaimana Dok?” Tanya Kenzi yang mulai penasaran, karena sejak tadi Dokter tersebut hanya diam sambil sekali-kali menganggukkan kepalanya.“Semua baik-baik saja. Rahim istri Bapak juga bagus. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” jawab Dokter Rita dengan senyum ramah. Lalu meletakan alat yang ia gunakan tadi pada tempatnya dan meminta perawat membersihkan gel yang ada diperut Dini. Kemudian Dini merapikan pakaiannya dan

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 51

    Pagi yang cerah, secerah seperti dua pasangan halal yang saat ini masih berada di ranjang dengan selimut menutupi tubuh keduanya tanpa sehelai benang. Entah pukul berapa mereka memejamkan mata, Kenzi bener-bener menuntaskan hasratnya yang telah lama terpendam. Tidur Kenzi pun terusik saat tangan Dini berpindah tempat yang tadinya memeluk tubuhnya sekarang berada di bawah perutnya dan otomatis membangunkan adiknya yang baru beberapa jam tertidur. “Sayang…kamu kembali membangunkannya.” gumam Kenzi dengan mata masih terpejam sambil menahan hasratnya yang kembali bangkit. “Hmmmm…” Dini cuma menggeliat, ia tidak paham dengan ucapan Kenzi malah tangannya mengelus-elus perut datar Kenzi bahkan memasukan jari telunjuknya ke dalam pusarnya. Sepertinya Dini memiliki mainan baru, perbuatan Dini tersebut membuat pusaka Kenzi berdiri semakin tegak. Kenzi yang tidak tahan segera menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh mereka, lantas Kenzi sudah berada di atas tubuh Dini. Dini sontak terkej

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 50

    “Om kok mukanya jutek gitu sih?” Tanya Dini saat melihat perubahan wajah sang suami.“Gak kok.” jawab Kenzi dengan nada ketus.“Apa om masih kesel sama Kak Pram.” ucap Dini. Karena setelah Kak Pram datang wajah sang suami sangat kecut kayak jeruk nipis.Kenzi hanya diam dengan wajah datarnya. Dini sontak mengulum senyum dan menutup mulutnya dengan tangan takut tawanya kedengaran para tamu yang masih menikmati hidangan.“Apa ada yang lucu?” tanya Kenzi kembali terlihat kesal.“Om lucu banget kalau ngambek, masa gitu aja om cemburu padahal Dini uda jadi istri Om lo.” jawab Dini sambil terkekeh.“Ya kamu emang uda jadi istri aku tetapi cuma istri belum jadi istri seutuhnya. Kalau saja ini bukan acara Kakek Sanjaya inginkan mungkin sejak dari tadi aku udah mengurung kamu di kamar.”Tawa Dini terhenti, ia menatap Kenzi dengan pura-pura takut. Kenzi sudah sangat lama menahan diri untuk tidak menyentuhnya karena banyaknya pekerjaan tapi hari ini sepertinya akan menjadi malam panas buat merek

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 49

    Dini tersenyum canggung saat Mama Artika mendekat, lalu Dini pun berbisik dengan pelan, “Mama ada pembalut…” ucap Dini sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Mata Mama Artika membola kemudian ia pun mengulum senyum sambil menghela nafas berat, ternyata sang menantu bukan tidak nyaman tinggal dirumah ini melainkan butuh pembalut dan sepertinya Kenzi harus menunda malam pertamanya dan itu berarti Artika harus juga bersabar untuk segera memiliki cucu.“Ayo…ikut Mama ke kamar.” ajak Artika pada Dini. Artika pun merangkul sang menantu menuju kamarnya untuk mengambil pembalut.Setelah mengambil pembalut pada Mama Artika, Dini pun kembali ke kamar Kenzi. Saat masuk kamar, Dini melihat Kenzi sudah berada di tempat tidur dengan memakai piyama sepertinya Kenzi sudah membersihkan diri saat ia keluar. Dini segera masuk ke kamar mandi dan tak lupa membawa handuk serta baju tidurnya.Tak lama Dini keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Ia menoleh ke ranjang dimana Kenzi tidur. Ia jadi bi

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 48

    Setelah berbicara mengenai pesta pernikahan, Kakek Sanjaya pun kembali ke jogja di antar oleh Samuel dan Max. Sebenarnya Kakek Sanjaya masih ingin bersama cucunya karena masih ada rasa rindu yang terpendam setelah berpuluh tahun akhirnya bisa bertemu namun ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal lebih lama.Suasana rumah kembali sepi terlepas pulangnya Kakek Sanjaya. Dini hanya duduk dalam diam, ia yang biasanya bisa mencairkan suasana mendadak seperti orang kebingungan.“Ken, bawa Dini ke kamar. Dini pasti lelah dan butuh istirahat.” kata Artika yang menatap wajah lelah sang menantu.“Dini baik-baik saja, Tante.” jawab Dini yang merasa agak canggung harus berada di kamar Kenzi.Alis Artika menyatu mendengar ucapan Dini, “sayang panggil Mama dong jangan Tante lagi.” Ucap Artika dengan nada dibuat sedih.“Hah…maaf tan..eh Ma. Maaf Dini belum terbiasa.” jawab Dini yang merasa bersalah.“Iya sayang. Mama tahu. Ya sudah sana naik ke atas. Mama minta maaf ya, seharusnya pernikahan kalian…”

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 47

    Dini terpaku menatap wajah datar sang Kakek yang menampakkan gurat kecewa, “apa yang akan Kakek lakukan sama Ibu?” Tanya Dini dengan nada suara khawatir.“Selama ini Ibu baik sama Dini, Dini juga mengerti perasaan Ibu. Mungkin berat bagi Ibu merawat Dini yang seorang anak dari selingkuhan suaminya. Jadi Kakek jangan marah sama Ibu, kalau Ibu tidak meninggalkan Dini mungkin Dini tidak akan bertemu dengan Om Kenzi begitu juga dengan pertemuan kita ini, Kek.” Jawab Dini dengan mata berkaca-kaca.Artika yang mendengar penuturan sang menantu merasa iba, walau tidak dijelaskan bagaimana kehidupan Dini bersama Ibu Tirinya tapi bisa Artika bayangkan kalau hidup Dini dulu sangat menderita. Artika dan suami telah mengetahui seluk beluk Dini bahkan sebelum Kakek Darma meninggal pun beliau sudah tau kalau pertemuan Dini dan Kenzi karena Dini dijual oleh Ibu tirinya. Dan untung saja Kenzi yang membelinya, bayangkan kalau laki-laki mesum yang membeli Dini waktu itu pastinya hidup Dini akan semakin

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 46

    Mengingat kondisi sang Kakek yang semakin melemah. Dini yang seharusnya menemui keluarga Ibu Kandungnya harus ditunda. Pernikahan mereka pun memiliki sedikit kendala karena Dini telah menemukan keluarga dari pihak Ibunya, tidak mungkin Dini menikah tanpa meminta restu dari Kakek dari pihak Ibunya.Max pun memberitahu kepada Tuan Besar Samuel tentang masalah Dini kalau Dini merupakan cucu dari Sanjaya, Samuel pun segera menemui Sanjaya kediamannya untuk memberi tahu pernikahan cucunya tersebut. Perjalanan Samuel ke Jogja untuk menemu Sanjaya pun mendadak menjadi dramatis, ternyata Sanjaya merupakan sahabat Darma semasa kecil.Mengetahui kalau Darma sakit keras, Sanjaya pun ikut Samuel ke Jakarta untuk melihat keadaan Darma sekaligus menjadi saksi pernikahan cucu yang selama ini mereka cari.Dikediaman Sanjaya, Miska yang mengetahui kalau Dini akan menikah dengan Kenzi berusaha ingin ikut bersama Kakek Sanjaya, namun dicegah oleh Kelvin yang saat itu berada di kediaman sang Kakek. Kelvi

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 45

    Sesampainya di rumah sakit, Kenzi dan Dini langsung menuju keruangan ICU tempat sang Kakek dirawat. Di luar ruangan tampak Mama Artika yang sedang menangis di pelukan Papa Samuel dan di sebelahnya ada Max yang sedang berbicara melalui telepon. Entah dengan siapa Max berbicara Kenzi tidak mau ambil pusing walau dihati ada rasa penasaran kenapa Max berada dirumah sakit lebih dahulu daripada dirinya.Langkah Kenzi semakin cepat dan hatinya semakin diliputi rasa cemas yang tidak kentara, Dini yang ikut merasakan kecemasan Kenzi pun menggenggam tangan Kenzi untuk memberikan Kenzi sedikit ketenangan.“Ma, Pa…” lirih Kenzi saat ia sudah berada di hadapan Arika dan Samuel. Pelukan Artika pun terurai dan menatap wajah anaknya dengan sedih.“Bagaimana keadaan Kakek?” Tanya Kenzi dengan suara bergetar. Karena melihat wajah kedua orang tuanya bisa Kenzi pastikan keadaan kakeknya memburuk apalagi Artika menjawab sambil menggeleng dengan airmata berlinang, lantas Samuel kembali memeluk sang istri s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status