Home / Romansa / Terjerat Oleh Sentuhannya / Bab 4. Kesedihan Dini

Share

Bab 4. Kesedihan Dini

Author: Nelangsa
last update Last Updated: 2023-12-16 15:54:19

Darmantara sosok yang sangat Kenzi kagumi dan dihormati setelah Papa Samuel Argantara, Kenzi yang merupakan cucu satu-satunya membuat ia dimanja dan di sayang oleh Darmantara namun bukan berarti Kenzi tidak pernah dimarahi, kelakuan Kenzi kecil yang nakal membuat Kenzi selalu dimarahi bahkan dihukum oleh kakeknya. Kenzi sangat menyayangi Kakek Darma karena selama ini Kakek Darma yang merawat dan mengurus Kenzi berhubung dulunya orang tua Kenzi harus tinggal di luar negeri untuk mengurus bisnis keluarga Dirgantara. Namun karena sekarang Kakeknya sering sakit sakitan Mama dan Papa sudah menetap kembali di Jakarta.

Hati Kenzi berdebar kencang saat Max mengatakan kalau Kakek Darma dirawat dirumah sakit tanpa mendengar kelanjutan omongan Max, Kenzi beranjak dari sofa langsung berlari ke kamarnya. Di dalam kamar Kenzi menatap sekilas Dini, wajah teguh Dini sedikit mengurangi rasa cemasnya terhadap kakeknya yang sakit. Ada desiran aneh yang dirasakan Kenzi, ia pun memalingkan wajahnya dari Dini dan segera memakai pakaian casualnya.

Max tercengang melihat tuannya tiba tiba sudah berada di depan pintu hendak keluar, "sepertinya Tuan Kenzi memiliki ilmu seribu bayangan" Max langsung menyusul tuannya.

Mobil yang dikendarai Max sampai di rumah sakit, Kenzi turun dari mobil dan langsung menuju ke kamar pasien. Max yang melihat tingkah tuannya hanya menggeleng gelengkan kepala.

"Si Tuan sok tahu banget, main asal nyelonong aja macem tahu aja Tuan Besar di kamar mana" gumam Max dan menyusul Tuannya yang sudah berjalan jauh ke depan.

Kenzi mulai tersadar kalau ia tidak tahu di kamar mana kakeknya dirawat menghentikan langkahnya dan menunggu Max sampai di tempatnya.

"Kok berhenti, tuan!" Tanya Max

"Kakek di rawat dimana?" Tanya Kenzi tanpa menjawab pertanyaan Max.

Max hanya mengulum senyum, "saya pikir Tuan tahu dimana kamar rawatnya"

"Max! Kamu sudah bosan hidup ya?" Geram Kenzi dengan sorot mata tajam.

Max bergidik ngeri melihat tatapan tajam Tuanya, "Tu-tuan besar di rawat di lantai 2 kamar VIP Melati nomor 1" 

Kenzi mendengus kesal pada Max berlalu menuju pintu lift yang terbuka dan segera menekan tombol lantai 2 tanpa menunggu Max.

Sesampainya di lantai 2, Kenzi berjalan cepat menuju kamar rawat kakeknya dan Kenzi melihat Mama dan Papanya baru saja keluar dari kamar.

"Ma, Pa. Bagaimana keadaan Kakek?" Tanya Kenzi pada Mama Papanya.

Dengan wajah sendu Mama dan Papa menatap Kenzi, "untuk saat ini kakek kamu baik baik saja tapi…."

"Tapi…apa Pa?" tanya Kenzi yang penasaran.

"Kalau Kakek kolaps lagi kakek harus segera di operasi untuk di pasang ring di jantungnya" kata Samuel dengan sedih, Mama yang berada di samping Papa hanya terdiam dengan air mata berlinang.

Kenzi mengusap wajahnya dengan kasar, kakeknya yang sudah tua akan sangat berbahaya kalau di operasi jantung.

"Kenzi mau lihat kakek dulu ya Pa Ma." Kenzi menghampiri Mamanya dan memeluknya, "sudah, mama jangan nangis lagi. Kakek akan baik-baik saja" ucap Kenzi dengan lembut, Kenzi melepaskan pelukan Mamanya dan segera masuk ke dalam kamar.

****

Tubuh Dini mulai bergerak secara perlahan lahan dan ia pun menggeliat, tangannya ia rentangkan ke atas untuk melenturkan otot badannya. Entah berapa jam Dini tertidur, awalnya Dini pura-pura pingsan agar ia tidak melakukan hal aneh yang disuruh oleh om mesum tersebut berhubung tempat tidurnya empuk dan wangi Dini pun menjadi terlelap.

Dini memeriksa tubuhnya yang masih mengenakan pakaian dengan lengkap. Suasana yang sepi membuat Dini membayangkan kejadian tadi yang mana ia dipaksa memegang pusaka om tersebut, "wajahnya ganteng banget si, belum ku sentuh aja besarnya minta ampun apalagi kalau di sentuh atau apalagi sempat masuk kesini" Dini merapatkan pahanya membayangi pusaka om tersebut.

Dini turun dari tempat tidur dari pada memikirkan pusaka si om lebih baik ia memikirkan keluar dari kamar ini. Sepertinya tidak ada orang di kamar ini terlihat dari keheningan yang Dini rasakan.

Dini menuju pintu namun sayang pintunya tertutup otomatis, Dini tidak kehilangan akal ia segera menelpon petugas hotel melalui intercom yang berada di kamar.

"Hallo, dengan petugas layanan hotel. Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap sang resepsionis hotel.

"Maaf, Mbak saya ingin memesan makanan" kata Dini was-was.

"Baik, Nona. Mohon ditunggu sebentar"

Panggilan pun berakhir, Dini bernafas lega karena petugas layanan hotel tersebut tidak bertanya macam macam.

Bunyi bel pun terdengar Dini segera berdiri di depan pintu, "Saya lupa meletakan kuncinya bisakah anda membukakannya" teriak Dini dari dalam.

"Baik, nona. Saya akan meminta kunci cadangan di bawah" pelayan tersebut melangkah meninggalkan kamar.

Hahh…tubuh Dini merosot ke lantai setelah tadinya ia berada di depan pintu. Jantungnya berdetak cepat, ia berharap segera keluar dari kamar ini sebelum si Om Pusaka kembali.

Tak lama terdengar bunyi kunci pintu terbuka sepertinya pelayan tersebut telah kembali, Dini pun memundurkan diri dan membiarkan pelayan tersebut masuk dan mendorong makanan yang Dini pesan. Dini menelan air liurnya saat menatap makanan tersebut tapi Dini tidak boleh tergiur.

"Maaf, nona menunggu lama. Ini kunci cadangan dan selamat menikmati makanannya. Saya permisi dulu" pelayan tersebut memberikan kunci cadangannya dan Dini segera mengambilnya.

"Te-terima kasih" ucap Dini gugup. Setelah pelayan tersebut keluar, Dini langsung menuju kamar dan mengambil tas selempangnya kemudian keluar dari kamar laknat tersebut. Dengan melirik kekanan kiri lorong hotel, Dini menarik nafas untuk menenangkan dirinya agar bersikap tenang dan santai agar orang tidak mencurigai dirinya yang kabur dari kamar hotel.

Dini menuju lift dan menekan tombol lantai 1, namun sebelum pintu lift tertutup ada seorang wanita ikut masuk. Wanita tersebut pun berdiri di samping Dini sambil melirik penampilan Dini. Dini yang diperhatikan menjadi salah tingkah, apakah penampilannya seperti wanita mur4han? namun jika dibandingkan dengan pakaian wanita itu pakaian Dini jauh lebih sopan tidak seperti wanita itu yang sangat seksi seperti kekurangan bahan. Dini pun bersikap biasa saja walau agak risih, untung pintu lift sudah terbuka dan Dini bergegas keluar dari lift tanpa memperdulikan wanita tersebut.

"Sepertinya sekitaran sini tidak ada angkot, lebih baik aku berjalan menjauh dari hotel ini." Gumam Dini sambil merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan, ia tidak mau orang memperhatikannya dengan aneh.

Sekitar 1 jam berjalan barulah Dini mendapatkan angkot, awalnya Dini sudah mulai menyerah untuk berjalan lagi namun tiba-tiba keberuntungan memihak padanya angkot jurusan menuju ke rumahnya terlihat, Dini pun melambaikan tangan untuk menghentikan angkot tersebut. Begitu masuk ke dalam angkot Dini memijat mijat betisnya yang pegal dan melihat kakinya yang lecet, baginya itu tidak masalah yang penting ia telah pergi jauh dari hotel tersebut.

Akhirnya Dini sampai dirumah, namun Dini merasa ada sesuatu yang aneh. Ia pun mengambil kunci cadangan di dalam tasnya, ya Dini memiliki kunci cadangan rumah yang diberikan oleh Dewi karena Dini yang kadang bekerja sampai larut malam sehingga Dini bisa langsung masuk rumah tanpa membangunkan ibu dan kakaknya.

Pintu pun terbuka dan terlihat sepi, Dini meletakan tasnya di sofa dan menuju dapur namun tetap kelihatan sepi tidak adanya lauk pauk yang biasa tersaji di meja membuat perasaan Dini semakin tidak enak dan ia segera berlari ke kamar kakaknya dan melupakan niatnya ke dapur untuk minum.

"Kak…kakak…apakah kakak di dalam?" Teriak Dini sambil menggedor-gedor pintu kamar Dewi tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar. Dengan jantung berdebar Dini membuka pintu kamar Dewi secara perlahan, ia pun berjalan masuk ke dalam dan kamar tersebut kosong. Pandangan Dini tertuju di atas lemari yang biasanya tersimpan koper besar dan Dini pun mendekat ke lemari, air mata Dini mengalir saat melihat lemari pakaian Dewi telah kosong.

"Kakak….kenapa tega ninggalin Dini? Ibu apa salah Dini kenapa Ibu membohongi Dini dan meninggalkan Dini sendirian?" Ucap Dini sambil menangis histeris dan tubuhnya merosot di lantai kamar Dewi.

"Sepertinya Ibu memang sudah sengaja merencanakan ini semua, ibu sengaja membawa ku bertemu laki-laki yang ibu bilang temannya. Lantas apa keuntungan Ibu dengan membawaku, apa Ibu menjual ku lantas mendapat uang terus pergi meninggalkanku dan Kak Dewi apakah ia juga merencanakan ini semua?" Dini mulai membuat pertanyaan dengan menjawab sendiri jawabannya, Dengan tubuh lemah Dini berjalan meninggalkan kamar Dewi, Dini masih bertanya-tanya kenapa Ibunya tega meninggalkannya bahkan menjualnya.

Dini pun duduk di sofa dengan tatapan kosong, pandangan Dini tertuju sebuah kerja dibawah remote tv. Dini segera mengambilnya dan membawanya Jangan pernah mencari keberadaan kami, kamu sudah cukup dewasa untuk hidup mandiri dan jangan mengganggu kebahagian kami lagi karena kamu bukan anak kandung saya. Mata Dini melotot tidak percaya membaca surat yang ditinggalkan ibunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
kasian dini dibuang begitu saja oleh ibu tirinya
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
ya Allah tragis sekali nasibmu dini......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 53

    Semua yang ada di meja makan terkejut dengan sikap Dini. Kenzi yang melihat Dini buru-buru ke kamar mandi segera menyusul. Artika pun segera ke dapur untuk membuat minuman jahe dengan wajah berbinar. Dewi dan Kelvin hanya saling melirik tidak tau harus berbuat apa. Setelah memuntahkan isi perutnya tubuh Dini tampak lemas, Kenzi pun membawa Dini ke kamarnya, namun sebelumnya ia meminta maaf pada Dewi dan Kelvin yang tidak bisa ikut makan bersama berhubung Dini sedang tidak enak badan. “Dewi, Kelvin lanjutkan saja makannya. Tante mau membawa minuman jahe dulu ke kamar Dini.” ucap Artika. “Iya, Tante.” Dewi menjadi tidak nafsu makan setelah melihat adiknya sakit. Sampai lemas begitu dan tidak bisa makan. “Sayang, Makanlah. Habis ini kita ke atas lihat keadaan Dini. Padahal dia tadi baik-baik saja. Kok tiba-tiba bisa sakit ya. Apa mungkin Dini sedang hamil.” Jawab Kelvin yang juga merasa heran dengan keadaan Dini yang tiba-tiba sakit. “Apa? Hamil?” Kelvin mengangguk sambil mengunyah

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 52

    Seperti yang dijanjikan oleh Dini, hari ini Kenzi dan Dini pergi kerumah sakit untuk kembali memeriksa kesehatan mereka. Mereka pun segera masuk ke ruang Dokter Rita tanpa menunggu antrian karena sudah jauh-jauh hari Dini membuat janji.Di dalam ruangan serba putih tersebut, Dini melakukan rangkaian pemeriksaan. Jantung Dini berdetak lebih cepat saat sebuah alat menempel di perutnya dan Dokter Rita dengan wajah serius memperhatikan layar monitor yang ada di sebelah ranjang tempat Dini berbaring. Kenzi yang berada di samping Dini memegang tangan Dini yang tampak dingin.“Bagaimana Dok?” Tanya Kenzi yang mulai penasaran, karena sejak tadi Dokter tersebut hanya diam sambil sekali-kali menganggukkan kepalanya.“Semua baik-baik saja. Rahim istri Bapak juga bagus. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.” jawab Dokter Rita dengan senyum ramah. Lalu meletakan alat yang ia gunakan tadi pada tempatnya dan meminta perawat membersihkan gel yang ada diperut Dini. Kemudian Dini merapikan pakaiannya dan

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 51

    Pagi yang cerah, secerah seperti dua pasangan halal yang saat ini masih berada di ranjang dengan selimut menutupi tubuh keduanya tanpa sehelai benang. Entah pukul berapa mereka memejamkan mata, Kenzi bener-bener menuntaskan hasratnya yang telah lama terpendam. Tidur Kenzi pun terusik saat tangan Dini berpindah tempat yang tadinya memeluk tubuhnya sekarang berada di bawah perutnya dan otomatis membangunkan adiknya yang baru beberapa jam tertidur. “Sayang…kamu kembali membangunkannya.” gumam Kenzi dengan mata masih terpejam sambil menahan hasratnya yang kembali bangkit. “Hmmmm…” Dini cuma menggeliat, ia tidak paham dengan ucapan Kenzi malah tangannya mengelus-elus perut datar Kenzi bahkan memasukan jari telunjuknya ke dalam pusarnya. Sepertinya Dini memiliki mainan baru, perbuatan Dini tersebut membuat pusaka Kenzi berdiri semakin tegak. Kenzi yang tidak tahan segera menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh mereka, lantas Kenzi sudah berada di atas tubuh Dini. Dini sontak terkej

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 50

    “Om kok mukanya jutek gitu sih?” Tanya Dini saat melihat perubahan wajah sang suami.“Gak kok.” jawab Kenzi dengan nada ketus.“Apa om masih kesel sama Kak Pram.” ucap Dini. Karena setelah Kak Pram datang wajah sang suami sangat kecut kayak jeruk nipis.Kenzi hanya diam dengan wajah datarnya. Dini sontak mengulum senyum dan menutup mulutnya dengan tangan takut tawanya kedengaran para tamu yang masih menikmati hidangan.“Apa ada yang lucu?” tanya Kenzi kembali terlihat kesal.“Om lucu banget kalau ngambek, masa gitu aja om cemburu padahal Dini uda jadi istri Om lo.” jawab Dini sambil terkekeh.“Ya kamu emang uda jadi istri aku tetapi cuma istri belum jadi istri seutuhnya. Kalau saja ini bukan acara Kakek Sanjaya inginkan mungkin sejak dari tadi aku udah mengurung kamu di kamar.”Tawa Dini terhenti, ia menatap Kenzi dengan pura-pura takut. Kenzi sudah sangat lama menahan diri untuk tidak menyentuhnya karena banyaknya pekerjaan tapi hari ini sepertinya akan menjadi malam panas buat merek

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 49

    Dini tersenyum canggung saat Mama Artika mendekat, lalu Dini pun berbisik dengan pelan, “Mama ada pembalut…” ucap Dini sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Mata Mama Artika membola kemudian ia pun mengulum senyum sambil menghela nafas berat, ternyata sang menantu bukan tidak nyaman tinggal dirumah ini melainkan butuh pembalut dan sepertinya Kenzi harus menunda malam pertamanya dan itu berarti Artika harus juga bersabar untuk segera memiliki cucu.“Ayo…ikut Mama ke kamar.” ajak Artika pada Dini. Artika pun merangkul sang menantu menuju kamarnya untuk mengambil pembalut.Setelah mengambil pembalut pada Mama Artika, Dini pun kembali ke kamar Kenzi. Saat masuk kamar, Dini melihat Kenzi sudah berada di tempat tidur dengan memakai piyama sepertinya Kenzi sudah membersihkan diri saat ia keluar. Dini segera masuk ke kamar mandi dan tak lupa membawa handuk serta baju tidurnya.Tak lama Dini keluar dari kamar mandi dengan wajah segar. Ia menoleh ke ranjang dimana Kenzi tidur. Ia jadi bi

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 48

    Setelah berbicara mengenai pesta pernikahan, Kakek Sanjaya pun kembali ke jogja di antar oleh Samuel dan Max. Sebenarnya Kakek Sanjaya masih ingin bersama cucunya karena masih ada rasa rindu yang terpendam setelah berpuluh tahun akhirnya bisa bertemu namun ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal lebih lama.Suasana rumah kembali sepi terlepas pulangnya Kakek Sanjaya. Dini hanya duduk dalam diam, ia yang biasanya bisa mencairkan suasana mendadak seperti orang kebingungan.“Ken, bawa Dini ke kamar. Dini pasti lelah dan butuh istirahat.” kata Artika yang menatap wajah lelah sang menantu.“Dini baik-baik saja, Tante.” jawab Dini yang merasa agak canggung harus berada di kamar Kenzi.Alis Artika menyatu mendengar ucapan Dini, “sayang panggil Mama dong jangan Tante lagi.” Ucap Artika dengan nada dibuat sedih.“Hah…maaf tan..eh Ma. Maaf Dini belum terbiasa.” jawab Dini yang merasa bersalah.“Iya sayang. Mama tahu. Ya sudah sana naik ke atas. Mama minta maaf ya, seharusnya pernikahan kalian…”

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 47

    Dini terpaku menatap wajah datar sang Kakek yang menampakkan gurat kecewa, “apa yang akan Kakek lakukan sama Ibu?” Tanya Dini dengan nada suara khawatir.“Selama ini Ibu baik sama Dini, Dini juga mengerti perasaan Ibu. Mungkin berat bagi Ibu merawat Dini yang seorang anak dari selingkuhan suaminya. Jadi Kakek jangan marah sama Ibu, kalau Ibu tidak meninggalkan Dini mungkin Dini tidak akan bertemu dengan Om Kenzi begitu juga dengan pertemuan kita ini, Kek.” Jawab Dini dengan mata berkaca-kaca.Artika yang mendengar penuturan sang menantu merasa iba, walau tidak dijelaskan bagaimana kehidupan Dini bersama Ibu Tirinya tapi bisa Artika bayangkan kalau hidup Dini dulu sangat menderita. Artika dan suami telah mengetahui seluk beluk Dini bahkan sebelum Kakek Darma meninggal pun beliau sudah tau kalau pertemuan Dini dan Kenzi karena Dini dijual oleh Ibu tirinya. Dan untung saja Kenzi yang membelinya, bayangkan kalau laki-laki mesum yang membeli Dini waktu itu pastinya hidup Dini akan semakin

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 46

    Mengingat kondisi sang Kakek yang semakin melemah. Dini yang seharusnya menemui keluarga Ibu Kandungnya harus ditunda. Pernikahan mereka pun memiliki sedikit kendala karena Dini telah menemukan keluarga dari pihak Ibunya, tidak mungkin Dini menikah tanpa meminta restu dari Kakek dari pihak Ibunya.Max pun memberitahu kepada Tuan Besar Samuel tentang masalah Dini kalau Dini merupakan cucu dari Sanjaya, Samuel pun segera menemui Sanjaya kediamannya untuk memberi tahu pernikahan cucunya tersebut. Perjalanan Samuel ke Jogja untuk menemu Sanjaya pun mendadak menjadi dramatis, ternyata Sanjaya merupakan sahabat Darma semasa kecil.Mengetahui kalau Darma sakit keras, Sanjaya pun ikut Samuel ke Jakarta untuk melihat keadaan Darma sekaligus menjadi saksi pernikahan cucu yang selama ini mereka cari.Dikediaman Sanjaya, Miska yang mengetahui kalau Dini akan menikah dengan Kenzi berusaha ingin ikut bersama Kakek Sanjaya, namun dicegah oleh Kelvin yang saat itu berada di kediaman sang Kakek. Kelvi

  • Terjerat Oleh Sentuhannya   Bab 45

    Sesampainya di rumah sakit, Kenzi dan Dini langsung menuju keruangan ICU tempat sang Kakek dirawat. Di luar ruangan tampak Mama Artika yang sedang menangis di pelukan Papa Samuel dan di sebelahnya ada Max yang sedang berbicara melalui telepon. Entah dengan siapa Max berbicara Kenzi tidak mau ambil pusing walau dihati ada rasa penasaran kenapa Max berada dirumah sakit lebih dahulu daripada dirinya.Langkah Kenzi semakin cepat dan hatinya semakin diliputi rasa cemas yang tidak kentara, Dini yang ikut merasakan kecemasan Kenzi pun menggenggam tangan Kenzi untuk memberikan Kenzi sedikit ketenangan.“Ma, Pa…” lirih Kenzi saat ia sudah berada di hadapan Arika dan Samuel. Pelukan Artika pun terurai dan menatap wajah anaknya dengan sedih.“Bagaimana keadaan Kakek?” Tanya Kenzi dengan suara bergetar. Karena melihat wajah kedua orang tuanya bisa Kenzi pastikan keadaan kakeknya memburuk apalagi Artika menjawab sambil menggeleng dengan airmata berlinang, lantas Samuel kembali memeluk sang istri s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status