Lionel masuk ke dalam salah satu ruangan, menunggu seseorang. Tidak lama berselang seorang wanita masuk dengan wajah sumringah. Begitu ceria.“Hi, akhirnya seorang Lionel Kim kembali juga ke negara kelahirannya ini. Aku pikir kamu sudah jadi orang bule!” seloroh Jane, wanita asli Korea namun lebih suka dipanggil Jane tanpa embel-embel marga. Entah kenapa, mungkin karena terlalu lama kuliah di luar negeri membuatnya merasa lebih terbiasa dengan nama itu.“Tentu saja tidak! Aku tidak mungkin melupakan negaraku ini.”“Jadi ada perlu apa sampai kamu meluangkan waktu untuk menemuiku? Aku tau kalau sutradara terkenal sepertimu pasti sangat amat sibuk! Tidak mungkin menemuiku hanya untuk menghabiskan waktu luang,” ledek Jane tepat sasaran.“Aura. Dia menerima tawaran iklan itu kan?” jawab Lionel tanpa ragu, enggan basa basi.“Tentu! Aku baru saja menemuinya untuk membahas semua persiapan yang diperlukan. Tidak berselang lama dengan waktu kedatanganmu,” jawab Jane dengan senyum tipis.“Oh ya?
Aura sedang menjelajah dari satu butik ke butik yang lain, namun sampai pegal kakinya berkeliling, Aura masih belum menemukan apa yang dirinya inginkan! Padahal Aura sadar kalau setiap langkahnya mencuri perhatian para pengunjung karena kali ini Aura hanya mengenakan topi, tanpa kacamata hitam andalannya. Tentu saja, bukankah akan aneh kalau dirinya mengenakan kacamata hitam di dalam mall? Aura yakin kalau dirinya akan terlihat seperti orang tunanetra, hanya perlu ditambahkan tongkatnya saja! Namun meski begitu tetap ada masker yang menutupi sebagian wajahnya. Tapi entah kenapa mereka masih bisa mengenali kalau dirinya adalah seorang Park Ae Ra. Ternyata mata orang Korea begitu tajam dan teliti!Axel yang menyadari kalau Aura begitu populer semakin was-was, terlebih setelah insiden kopi panas tadi. Tidak heran kalau dirinya memperketat pengamanan. Orang yang awalnya hanya curi-curi pandang ke arah Aura kini merasa yakin kalau mereka tidak salah orang membuat begitu banyak orang berk
“Apa kamu tidak bisa memberikan ide yang sedikit lebih waras?” dengus Aura kesal.Bagaimana bisa Axel menawarkan ide seperti itu? Apalagi Aura tinggal di sini pun karena terpaksa! Dan hanya tinggal dua bulan setengah lagi, jadi untuk apa membeli unit apartemen di sini? Bersebelahan dengan Axel pula! Bisa jadi bahan gossip nantinya! “Apa ada yang salah dengan ide saya? Bukankah itu lebih baik daripada anda berbohong terus menerus? Lagipula apartemen di sini bagus untuk dijadikan investasi,” balas Axel dengan wajah tanpa dosa.Aura memutar bola matanya dengan gemas saat mendengar pertanyaan Axel. ‘Apa yang salah dengan idenya? Tentu saja sangat salah!’ batin Aura, namun dirinya enggan berdebat. Capek! “Apapun itu aku tidak akan melakukannya. Aku tidak mau membeli apartemen di sini. Apalagi menjadi tetanggamu! Bagaimana kalau para fansku tau kita tinggal dalam satu kompleks yang sama? Itu akan menjadi gossip!”“Tapi…”“Stop! Tidak perlu dibahas lagi, yang pasti aku tidak akan membeliny
Sandara baru saja selesai tampil di salah satu acara musik dan mendengar namanya dielu-elukan dengan penuh sorak sorai. Raut kebahagiaan terlihat jelas di wajahnya membuat suasana hatinya membaik. Namun sayang itu semua tidak berlangsung lama karena Sandara mendengar namanya disebut-sebut dengan nada lirih saat dirinya hendak kembali ke ruangan untuk berganti pakaian.“Siapa yang menyangka kalau Sandara bisa tampil di acara ini? Bukankah seharusnya Park Ae Ra yang tampil malam ini?” tanya seorang wanita dengan nada suara tidak suka. Ralat, bukan tidak suka, mungkin lebih tepatnya merasa kecewa.“Memang, tapi aku dengar jadwal Ae Ra sudah penuh makanya pihak agency menyodorkan nama Sandara karena jadwal gadis itu masih kosong!”“Tentu saja kosong karena belum banyak yang mengenal namanya kan? Bahkan aku tidak tau kalau ada penyanyi yang bernama Sandara! Dan lagi karakter suaranya biasa saja, tidak ada istimewanya menurutku.”“Ya, aku juga memikirkan hal yang sama sepertimu. Suara Sand
Axel mematikan radio, tidak ingin mengganggu tidur Aura yang sedang pulas. Bahkan Axel melajukan mobil dengan hati-hati, tidak ingin membuat Aura terbangun akibat guncangan, tidak heran kalau laju mobilnya sekarang seperti siput! Begitu lambat.Axel berulang kali melirik wajah Aura yang matanya masih terpejam rapat. Cukup terpesona, karena bukankah katanya untuk mengetahui kecantikan wanita dilihat saat mereka sedang tidur atau setidaknya saat baru bangun tidur? Dan Axel sudah pernah melihat keduanya. Sama-sama cantik meski tidak ada make up yang terpulas sedikit pun, bahkan jika baru bangun tidur, Aura terlihat lebih cantik dan seksi karena sedikit berantakan, tapi Axel justru menyukainya. Terlihat alami.Axel tertegun saat menyadari kata hatinya sendiri barusan.‘Menyukainya? Tidak salahkah? Pasti aku terlalu lelah makanya jadi kacau begini!’Namun mau menyangkal berapa kalipun, Axel tetap tidak bisa memungkiri kenyataan yang ada. Kenyataan yang terpampang di depannya.‘Cantik, tap
Charles menatap foto keluarganya. Foto bersama dengan Axel dan mendiang istrinya. Dimana mereka terlihat seperti keluarga bahagia. Oh ralat, bukan terlihat, tapi mereka memang keluarga bahagia sampai hari laknat itu datang dengan tiba-tiba dan menghancurkan segalanya. Menghancurkan kebahagiaan dan keharmonisan keluarga yang dibangun dengan susah payah.Senyum lebar tersungging begitu jelas di wajah mereka semua, terlebih di wajah Axel yang dengan bangga memperlihatkan gigi ompongnya. Senyum kebahagiaan. Namun sekarang Charles hanya bisa menatap foto itu dengan tatapan sendu. Penuh kerinduan.“Andai kamu masih ada, Axel pasti tidak akan bertindak seliar ini. Maafkan aku karena tidak bisa merawat putra kita dengan baik,” lirih Charles sambil tangannya membelai wajah sang istri meski hanya sekedar foto. Meski belasan tahun telah berlalu, tapi rasa cintanya terhadap sang istri seolah tidak pernah pudar. Tidak heran kalau sampai saat ini Charles masih betah menyendiri tanpa ada keinginan
Ji Hwan memarkir mobilnya di lokasi yang berbeda, tidak ingin mengundang kecurigaan Aura maupun Axel. Lebih baik dirinya bertanya pada receptionist, karena jika parkir di tempat yang sama dengan mobil Aura, bukankah akan langsung ketahuan kalau Ji Hwan mengikuti mereka? Iya kan? Sedangkan Ji Hwan ingin menangkap basah Aura dan mendengar alasan apalagi yang akan dilontarkan oleh penyanyi asuhannya kali ini! Dengan pemikiran itu Ji Hwan melangkah tegas ke arah receptionist, menunjukkan ID cardnya. “Penghuni dengan nama Axel Xavier ada di unit berapa?” “Boleh tau apa keperluan anda, Tuan?”“Saya managernya dan Axel adalah salah satu trainee di perusahaan kami,” dusta Ji Hwan, berharap tidak memiliki kesulitan untuk mencari tau unit yang akan disinggahi Aura. Jujur saja hati Ji Hwan sedang ketar ketir, apartemen mewah begini pasti memiliki pengamanan yang ketat. Sekarang dirinya hanya bisa merapal doa dalam hati agar tidak ditanya macam-macam! Ji Hwan tidak memiliki pilihan lain selai
“Siang ini jadwal Ae Ra full untuk syuting iklan, jadi kamu jangan sampai lengah. Di tempat seperti itu biasanya ada fans yang suka menyelinap masuk,” ucap Ji Hwan mengulang pesan yang sudah diucapkannya sejak tadi. Lagi, Axel mengangguk tegas, tidak tampak terganggu karena Ji Hwan mengulang pesan yang sama terus menerus, berbeda dengan Aura yang terlihat memberengut kesal.“Baik.”“Tenang saja, Oppa. Aku yakin Axel bisa diandalkan untuk menjagaku,” ucap Aura, hanya agar sang manager berhenti mengkhawatirkannya. Lagipula Aura bukan anak kecil lagi yang harus dikhawatirkan sampai seperti itu kan?“Ya, kamu benar. Baiklah, lebih baik kalian berangkat sekarang. Jangan sampai terlambat, okay?” balas Ji Hwan membuat Aura mencibir dan bergumam lirih,“Jika bukan karena kamu yang khawatir berlebihan seperti orangtua yang hendak melepas anaknya pergi ke luar kota, kami sudah berangkat sejak tadi!” Gumaman Aura terdengar begitu lirih, namun Axel masih bisa mendengarnya meski samar. Tak urung