Home / Romansa / Terjerat Pesona Kakak Ipar / Hari yang menyenangkan

Share

Hari yang menyenangkan

Author: Arsyla Adiba
last update Huling Na-update: 2025-03-28 16:58:26

Setelah mereka pergi bekerja, Alexa mulai membereskan meja makan yang masih penuh dengan sisa sarapan. Piring-piring bekas digunakan Gavin dan Liam ia kumpulkan dengan hati-hati, lalu dibawa ke wastafel.

Ia melirik ke jam dinding di dapur, memastikan masih ada waktu sebelum ia pergi ke gym bersama sahabatnya, Naomi. Rutinitas ke gym setiap pagi Rabu adalah hal yang selalu dinantikannya.

Setelah selesai mencuci piring dan memastikan dapur dalam keadaan rapi, Alexa melangkah ke kamar untuk berganti pakaian. Ia memilih setelan olahraga favoritnya—kaus longgar berwarna pastel dan legging hitam—kemudian mengambil botol minum dan handuk kecil dari rak di sudut kamar.

Saat Alexa hendak masuk ke mobil, ponselnya yang diletakkan di atas dashboard berdering. Nama Naomi muncul di layar, membuat Alexa segera mengangkatnya.

"Udah berangkat belum, Lex?" suara ceria Naomi terdengar dari seberang.

"Baru mau berangkat," jawab Alexa sambil membuka pintu mobil.

"Jemput aku di rumah, ya? Mobil aku lagi di bengkel," pintanya santai, seperti biasa.

Alexa tersenyum kecil. "Oke, aku berangkat sekarang."

Tanpa menunggu lama, Alexa menyalakan mesin mobil dan melaju menuju rumah Naomi. Selama perjalanan, ia menyalakan musik ringan untuk menemani suasana pagi itu.

Pikiran Alexa melayang pada kenangan beberapa bulan lalu. Ia teringat ketika Gavin memberikan mobil ini sebagai hadiah ulang tahunnya. Hari itu terasa begitu istimewa, bukan hanya karena hadiah mewah yang diberikan, tetapi karena perhatian Gavin yang begitu tulus. Alexa masih ingat senyum hangat Gavin saat menyerahkan kunci mobil itu padanya, diikuti pelukan erat dan ucapan selamat ulang tahun yang membuatnya merasa begitu dicintai.

Namun, kenangan itu kini terasa seperti milik orang lain, jauh berbeda dari hubungan mereka yang sekarang. Alexa menghela napas pelan, matanya tetap fokus pada jalan

.Sesampainya di gym, Alexa dan Naomi mulai berolahraga, mencoba fokus pada rutinitas mereka. Namun, di sela-sela angkat beban dan treadmill, pikiran Alexa terus melayang ke rumah. Perkataan Naomi tadi kembali terngiang di telinganya. Mungkin sudah waktunya ia bicara serius dengan Gavin.

Setelah selesai berolahraga, Naomi kembali mengingatkan Alexa saat mereka duduk di kafe kecil di dekat gym, menikmati jus segar. "Jangan terlalu lama dipendam, Lex. Kamu harus ngomong ke Gavin. Malam ini mungkin waktu yang pas," ujar Naomi dengan nada tegas namun penuh perhatian.

Alexa mengangguk pelan. "Iya, mungkin malam nanti aku coba bicarakan. Tapi aku takut, Mi. Takut dia nggak mau dengar atau malah marah," ujarnya, suaranya terdengar ragu.

Naomi menepuk tangan Alexa. "Kalau kamu nggak mulai, kalian nggak akan pernah nemuin solusinya. Gavin itu suami kamu, dia harus tahu apa yang kamu rasain," jawabnya dengan keyakinan.

Alexa menghela napas panjang, berusaha menguatkan diri. "Baiklah. Malam ini aku coba bicarakan," katanya.

"Daripada sedih terus, gimana kalau kita nonton aja?" usul Naomi sambil menghela napas panjang. "Aku males banget pulang ke rumah, nenek pasti bakal nyuruh aku cepat-cepat nikah lagi," tambahnya dengan nada kesal.

Alexa tertawa kecil mendengar keluhan sahabatnya itu. "Nenek kamu nggak pernah bosan, ya?" godanya sambil melirik ke arah Naomi.

Naomi menghela napas panjang, ekspresi kesalnya makin terlihat. "Tah itu! Seharusnya nih, di umur dia yang segini tuh, dia mikirin pembagian warisan buat anak cucunya, bukan malah nyuruh aku nikah terus," ujarnya sambil melipat tangan di dada. "Kamu tahu sendiri kan, aku ini jomblo akut. Mana mungkin tiba-tiba langsung ada yang mau diajak nikah," tambahnya dengan nada frustasi.

"Kaya mau dapet aja warisannya," ujar Alexa sambil tertawa kecil, mencoba menggoda Naomi.

Naomi mendengus kesal. "Ya siapa tahu kan, Lex. Daripada sibuk ngurusin aku nikah, mendingan fokus ke pembagian warisan."

Alexa menggeleng sambil tersenyum. "Lagian, kamu gimana sih mau dapet pacar, Na? Setiap cowok yang deketin kamu selalu kamu tolak mentah-mentah," ujarnya sambil menatap Naomi dengan tatapan menggoda.

"Abisnya mereka tuh aneh banget tahu, Lex," Naomi mulai mengeluh sambil menghitung jari. "Ada yang bau badan, ada yang cerewet kaya nenek aku, terus ada yang ceweknya banyak banget, dan macam-macam deh! Mana ada yang bikin aku betah? Kesel aku!"

Alexa tertawa lepas mendengar curhatan sahabatnya itu. "Ya ampun, Na. Mungkin kamu perlu ngasih mereka kesempatan dulu. Jangan buru-buru ilfeel sebelum kenal lebih jauh," katanya sambil menahan senyum.

Naomi memutar bola matanya. "Lex, kamu nggak ngerti. Kalau udah nggak nyaman dari awal, aku nggak bisa maksa. Mending jomblo deh daripada sama yang bikin kepala pening," ujarnya tegas.

Alexa hanya menggeleng sambil tersenyum. "Yah, terserah kamu deh, Na. Yang penting, kamu bahagia. Tapi aku tetep yakin, suatu saat ada yang bikin kamu nggak bisa nolak," ujarnya sambil mengedipkan mata iseng.

Naomi akhirnya tertawa kecil. "Semoga aja, Lex."

Setelah puas mengobrol, mereka memutuskan untuk menonton film horor di mal yang terletak tak jauh dari kafe. Naomi, yang biasanya lebih suka film komedi atau drama, kali ini setuju karena ingin suasana yang berbeda.

"Aku sih oke aja nonton horor. Tapi kalau aku teriak-teriak di tengah film, jangan diketawain ya, Lex," ujar Naomi dengan setengah bercanda saat mereka berjalan menuju loket tiket.

Alexa terkekeh. "Tenang, aku bakal jagain kamu. Tapi jangan salahin aku kalau kamu narik lengan aku sampai lebam," balasnya sambil tersenyum lebar.

Mereka membeli tiket dan popcorn, lalu masuk ke studio bioskop. Ruangan sudah mulai gelap saat mereka duduk di kursi yang terletak di baris tengah.

Film pun dimulai, membawa suasana mencekam yang perlahan membuat Naomi merapat ke sisi Alexa. Di salah satu adegan jumpscare, Naomi spontan berteriak kecil dan langsung memeluk lengan Alexa.

"Aku udah bilang, Lex! Serem banget, sih!" bisik Naomi dengan nada panik.

Alexa hanya tertawa kecil sambil berusaha menenangkan sahabatnya. "Tenang, Na. Itu cuma film. Lihat, orang di belakang kita aja nggak setegang kamu."

Meskipun menegangkan, mereka akhirnya menikmati film tersebut. Naomi bahkan tertawa malu setelah film selesai karena merasa dirinya terlalu dramatis sepanjang penayangan.

"Kayaknya aku nggak akan nonton horor lagi deh kalau nggak ada kamu," ujar Naomi sambil berjalan keluar studio, membuat Alexa terkekeh lagi.

"Gapapa, Na. Yang penting kamu keluar dari bioskop masih utuh," jawab Alexa sambil menggoda.

Malam itu, meski dihiasi rasa takut, mereka berhasil melupakan sejenak semua masalah dan menikmati waktu bersama.

Setelah film selesai dan langit di luar mulai berubah menjadi jingga, Alexa dan Naomi memutuskan untuk pulang. Mereka berjalan menuju parkiran mobil sambil masih membahas beberapa adegan film horor yang mereka tonton.

"Serem banget adegan yang di lorong itu, Lex. Aku sampai merem terus," kata Naomi sambil menggigil sedikit, meski nada suaranya bercampur tawa.

Alexa tertawa kecil sambil membuka pintu mobil. "Tapi seru kan? Aku tahu kamu bakal nonton lagi kalau ada film horor lain," godanya sambil masuk ke dalam mobil.

Naomi mendengus. "Mungkin, tapi nggak dalam waktu dekat!," balasnya sambil memasang seatbelt.

Alexa tersenyum dan mulai mengemudi, mengantarkan Naomi pulang ke rumahnya. Sepanjang perjalanan, mereka berbincang ringan, membahas rencana minggu depan dan sedikit mengomentari orang-orang di sekitar mereka yang baru saja keluar dari mal.

Setelah beberapa menit, mereka sampai di depan rumah Naomi. Alexa memarkir mobil di tepi jalan dan menoleh ke arah sahabatnya. "Sampai rumah, Na. Jangan mimpi buruk ya gara-gara film tadi," ujarnya sambil tersenyum jahil.

Naomi tertawa kecil sambil membuka pintu mobil. "Nggak janji, Lex. Terimakasih untuk hari ini," ucapnya dengan tulus

Alexa mengangguk. "Sama-sama, Na. Istirahat ya, sampai ketemu lagi."

Setelah Naomi masuk ke dalam rumah, Alexa melanjutkan perjalanan pulang. Meski lelah, ada perasaan hangat di hatinya karena bisa menghabiskan waktu bersama sahabatnya dan melupakan sejenak kekhawatiran yang membayangi hidupnya.

Di tengah perjalanan pulang, Alexa memutuskan untuk mampir ke restoran langganannya. Setelah seharian di luar, ia merasa terlalu lelah untuk memasak makan malam di rumah.

"Kayaknya lebih praktis bungkus makan malam aja. Tenagaku udah habis," gumamnya sambil mengarahkan mobil ke parkiran restoran favoritnya.

Setelah memarkir mobil, Alexa masuk ke restoran yang sudah dikenalnya sejak lama. Aroma makanan yang khas langsung membuat perutnya berbunyi.

"Selamat sore, Mbak Alexa! Lama nggak kelihatan nih," sapa pelayan ramah yang mengenalnya.

Alexa tersenyum kecil. "Iya, lagi sibuk belakangan ini. Saya bungkus aja ya. Ayam bakar favorit saya, sama tumis kangkung dan sambal mangga. Jangan lupa nasi hangatnya."

"Siap, Mbak. Ditunggu sebentar ya," jawab pelayan itu dengan senyuman, lalu bergegas mencatat pesanannya.

Sambil menunggu, Alexa duduk di bangku dekat kasir, mengamati aktivitas restoran yang cukup ramai. Orang-orang tampak menikmati makan malam bersama keluarga atau teman, membuatnya merasa sedikit rindu pada momen-momen santai seperti itu bersama Gavin.

Tak lama, pesanannya selesai. Pelayan menyerahkan tas berisi makanan hangat itu. "Ini pesanannya, Mbak Alexa. Semoga suka!"

Alexa mengambilnya sambil tersenyum. "Makasih banyak ya. Sampai jumpa lagi."

Kembali ke mobil, ia meletakkan tas makanan di kursi samping. Aroma sedap memenuhi ruangan, membuatnya semakin tak sabar untuk sampai di rumah. "Akhirnya bisa makan dan istirahat," gumamnya, sambil melanjutkan perjalanan dengan tenang menuju rumah.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Malam bersama Liam

    Pov AlexaSetelah menerima pesan dari Gavin, Alexa hanya bisa termenung di kamar. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan yang tak terjawab.“Padahal sekarang hari libur,” gumamnya pelan sambil menatap layar ponsel di tangannya. “Pekerjaan apa sih, Vin, sampai kamu nggak pulang malam ini?”Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Suara pintu kamar yang terbuka pelan membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Ia segera menoleh, mengira Gavin sudah pulang. Namun, yang muncul di ambang pintu justru Liam.“Kak Liam?” tanya Alexa. “Gavin belum pulang?” tanya Liam, memecah keheningan malam.Alexa mengangguk sambil menghela napas. “Iya, Kak. Katanya ada pekerjaan mendadak,” jawabnya pelan, nada suaranya terdengar lelah dan sedikit ragu.“Kalian kan sekantor. Apa Kak Liam tahu pekerjaan apa yang dimaksud Gavin?” tanyanya.Alexa menatap Liam, seolah berharap menemukan jawaban yang bisa menenangkan hatinya. Namun, Liam hanya menggeleng pelan. “Aku nggak tahu, Lex,” ucapnya dengan na

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Rahasia Gavin

    Pov GavinGavin duduk di dalam mobil, matanya menatap jalanan yang berlalu begitu cepat di depannya. Ia merasakan kegelisahan yang terus menghantui sejak pagi tadi. Dengan tergesa-gesa, ia menghentikan mobilnya di depan rumah dan segera keluar.Pintu rumah dibuka dengan cepat, langkah Gavin terdengar berat namun penuh kecemasan. “Amara! Di mana Zain?” serunya, suaranya penuh kekhawatiran.Amara muncul dari ruang tengah, wajahnya terlihat lelah dan cemas. “Zain di sini, Gavin. Dia masih panas,” jawabnya sambil menggendong bayi mereka yang baru berusia satu bulan.Gavin mendekat, melihat Zain yang terbaring lemah di pelukan ibunya. Wajah kecil itu terlihat pucat, matanya setengah tertutup. Gavin perlahan mengulurkan tangan, membelai kepala Zain dengan lembut.“Zain…” panggilnya pelan, seolah tak ingin mengganggu kenyamanan anaknya. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri, meski hatinya terasa mencelos melihat kondisi putranya.Amara memandang Gavin, lalu berkata, “Kita harus segera bawa

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Ikatan yang tak terucap

    Inara, Baskara, Gavin, Liam, dan Alexa berkumpul di ruang tamu. Di sudut ruangan, koper milik Inara dan Baskara sudah siap untuk dibawa. Suasana terasa sedikit hening, seakan semua orang merasa berat untuk berpisah.“Ibu sama Ayah pamit pulang ya, Alexa,” ujar Inara dengan nada lembut. Ia mendekati Alexa, menunduk, lalu menyentuh perut menantunya dengan penuh kasih. “Nenek pamit dulu, ya. Nanti nenek kapan-kapan ke sini lagi.”Alexa tersenyum tipis, matanya mulai berkaca-kaca. “Padahal Alexa senang banget ada Ibu sama Ayah di sini. Jadi ada teman ngobrol dan nggak kesepian.”Inara melirik tajam ke arah Gavin, matanya menyorotkan teguran. “Tuh, denger ucapan istri kamu, Gavin. Dia itu kesepian di rumah sendirian. Apa kamu nggak kasihan?”Gavin menghela napas panjang, mencoba membela diri. “Kan aku kerja, Bu. Bukannya sengaja ninggalin Alexa sendirian.”Inara mendesah, mengangkat alisnya dengan ekspresi penuh sindiran. “Alasan terus. Kalau kamu memang sibuk kerja, setidaknya pikirin jug

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Pintu yang terkunci

    Malam telah tiba ketika Gavin akhirnya pulang ke rumah, sekitar lima menit setelah Liam tiba lebih dulu. Suasana di ruang makan terlihat sibuk. Inara sedang mengatur hidangan di meja makan, sementara Baskara membantu istrinya dengan membawa piring tambahan.Di dapur, Alexa yang terlihat sedikit lebih segar setelah istirahat turun dari tangga dan langsung menghampiri Inara."Bu, aku bantu, ya?" ujar Alexa lembut, menawarkan diri.Inara menoleh dan menggeleng sambil tersenyum tipis. "Gak usah, Alexa. Kamu masih perlu banyak istirahat. Duduk saja, biar Ibu yang urus semuanya."Alexa ragu sejenak, tapi akhirnya menurut. Ia melangkah pelan ke meja makan dan duduk di kursi yang biasa ia tempati. Liam yang sedang menuangkan air ke gelas menoleh ke arah Alexa.“Kamu udah mendingan, Alexa?” tanyanya penuh perhatian.Alexa mengangguk kecil. "Udah lebih baik, Kak. Makasih." Tak lama kemudian, Gavin masuk ke ruang makan, meletakkan tas kerjanya di sudut ruangan. Matanya sekilas menyapu suasana d

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Kecurigaan Inara

    Liam keluar dari kamar Alexa dengan langkah pelan, memastikan pintu tertutup rapat tanpa suara. Sesaat ia berdiri di depan pintu, menarik napas panjang untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Kemudian, ia menuruni tangga menuju dapur, di mana aroma masakan memenuhi udara.Inara terlihat baru saja selesai memasak. Ia menoleh ketika mendengar langkah kaki Liam mendekat. "Gimana Alexa?" tanyanya dengan nada lembut, meski wajahnya jelas memancarkan kekhawatiran.Liam membuka kulkas, mengambil segelas air putih, lalu meneguknya perlahan untuk meredakan tenggorokannya yang terasa kering. "Dia sudah tidur, Bu," jawabnya singkat.Inara mengangguk pelan, tapi ekspresinya berubah menjadi serius. "Seharusnya suaminya yang jaga dia, Liam. Kenapa malah kamu yang repot? Bukannya kamu juga punya kehidupan sendiri?"Liam terdiam sejenak, menggenggam erat gelas yang ada di tangannya. Pandangannya menatap kosong ke arah dapur sebelum akhirnya ia menjawab. "Itu juga gak sengaja, Bu. Aku ketemu Alexa di

  • Terjerat Pesona Kakak Ipar   Perhatian Liam

    Alexa dibaringkan di ranjang pemeriksaan, sementara Liam berdiri di sampingnya dengan ekspresi khawatir. Dokter, seorang pria paruh baya dengan kacamata bulat, mulai memeriksa tekanan darah Alexa dengan teliti.“Bagaimana, Dok?” tanya Liam, suaranya terdengar cemas.Dokter menatap Alexa yang tampak pucat sebelum menjawab, “Kondisinya cukup stabil sekarang, tapi tekanan darahnya sedikit rendah. Ibu Alexa, apa Anda sering merasa pusing atau lemas belakangan ini?”Alexa mengangguk pelan. “Iya, Dok. Beberapa hari terakhir, saya sering merasa pusing. Tapi saya pikir itu hanya kelelahan biasa.”Dokter mengangguk, mencatat sesuatu di buku catatannya. “Ini bisa jadi karena tekanan darah rendah yang dipengaruhi oleh stres atau kurangnya asupan nutrisi. Mengingat Anda sedang hamil, hal ini perlu mendapat perhatian khusus. Saya akan memberi resep vitamin tambahan untuk membantu menjaga stamina Anda. Dan, tolong hindari stres, ya.”Liam menyela, “Jadi, tidak ada yang serius, Dok?”“Tidak ada yang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status