Home / Young Adult / Terjerat Pesona Kakak Tiriku / Chapter 4 (Siapa gadis itu?)

Share

Chapter 4 (Siapa gadis itu?)

Author: Scorpio_Girl
last update Last Updated: 2024-11-10 17:45:19

Karena suara Revan yang cukup keras, membuat semua orang yang berada di sekitar menatap kearah mereka berdua.

Dengan raut wajah yang terlihat tidak nyaman, akhirnya Adnessa menjelaskan bagaimana dirinya bisa menjadi putri di keluarga Hansel, "Ckkk, ibu ku menikah dengan om Jhonatan. Jadi, mau tidak mau, saya menjadi adik tiri Axel!" 

Revan mengangguk paham, "Ohhh, seperti itu. Sepertinya, nanti kita akan sering bertemu!"

Adnessa hanya mengedikkan bahunya, dan terus melangkahkan kaki mengelilingi tempat itu. Semakin lama, Adnessa merasa tempat ini lumayan nyaman dan matanya terpana ketika melihat sebuah area kolam dari kejauhan.

"Van!" 

Revan yang tengah bersemangat menemani Adnessa berkeliling harus menghentikan langkahnya, setelah mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Woy, bro! Siapa ini?" tanya seorang pria yang sepertinya kenal dekat dengan Revan.

Seperti pria lain pada umunya ketika melihat gadis cantik yang belum pernah dijumpai. Pria itu menatap kearah Adnessa dengan pandangan menggoda, namun, Revan yang melihat itu segera menghalangi sahabatnya itu, "Jangan macam-macam, Dy! Lu mau babak belur?"

Aldy terkekeh, belum pernah melihat sahabatnya seposesif ini. Membuat Aldy penasaran siapa gadis cantik yang bersama sahabatnya itu, "Yaelah, Van. Bercanda, kali! Jangan serius-serius amat, posesif banget jadi cowok!"

'Posesif?' Revan sedikit heran, sepertinya sahabatnya ini salah faham dengannya dan Adnessa. Tapi biarkan saja, mungkin dengan begitu gadis kecil ini bisa lebih aman berada disini.

Melihat Revan sibuk berbincang dengan Aldy, akhirnya Adnessa memutuskan untuk berkeliling sendiri di tempat itu, hingga sampailah Adnessa di area kolam renang yang merupakan tempat paling ujung area itu. 

Adnessa tersenyum tipis, melihat keindahan malam itu. Kolam renang yang menyatu dengan view pantai di belakangnya, membuat Adnessa merasa ini adalah tempat yang paling indah diantara tempat-tempat lain di pesta ini yang kebanyakan hanya di penuhi dengan orang yang bermabuk-mabukan.

Namun, tiba-tiba saja netranya menangkap sosok kakak tirinya yang tengah bermain gila disana, "What the fuck? apa aku salah lihat?"

Adnessa mencoba untuk semakin menajamkan pengelihatannya, bahkan beberapa kali gadis itu terlihat mengusap matanya, namun yang dilihatnya tetap sama. Adnessa yang melihat adegan itu bergidik ngeri, bahkan rasanya ingin muntah, 'Sangat menjijikkan. Apakah semua kebaikan yang di agung-angungkan orang-orang itu hanya sebuah pecitraan?!'

Belum puas melihat apa yang tengah di lakukan oleh Axelio, suara notifikasi ponselnya membuat Adnessa harus mengalihkan pandangannya dari Axelio.

"What the fuck? Bisa-bisanya mereka melakukan ini? Dasar dua manusia menjijikkan." dengan kesal, Adnessa mengumpat dan segera mematikan ponselnya begitu saja. Apa yang di lihatnya tadi, lebih mengejutkan dan memuakkan daripada adegan panas kakak tirinya dengan seorang wanita di kolam. Bagaimana tidak, bisa-bisanya kekasihnya tiba-tiba saja mengirimkan sebuah pesan yang berisi sebuah foto kekasihnya dengan sahabatnya tengah bercumbu. Apakah mereka sengaja melakukan ini semua?

Adnessa yang kalut menghentikan seorang pelayan yang tengah membawa sebaki penuh berisi wine. Tanpa berfikir panjang, gadis itu mengambil segelas wine dan meneguknya hingga tandas dalam hitungan detik.

Axelio yang sedari tadi memperhatikan Adnessa dari kejauhan, mengernyitkan dahi melihaat apa yang dilakukan adik tirinya itu, 'Apa yang dia lakukan?'

"Xel?!" panggil seorang gadis berdiri tepat di depan Axelio, menyadari Axelio melepaskan pelukan itu dan terlihat seperti kehilangan fokus.

Tanpa menjawab, Axelio segera beranjak. Dengan langkah lebar, Axel menghampiri Adnessa sebelum gadis itu semakin mabuk dan mendapat masalah.

Merasakan hasrat yang telah memuncak, dan Axelio meninggalkan dirinya begitu saja. Tentu saja gadis yang tadi beradegan panas dengan Axelio itu marah. Dengan kesal, gadis itu melangkahkan kakinya mengikuti Axelio.

"Gadis kecil, apa yang kamu lakukan disini?" ucap Axelio seraya merebut gelas wine ke empat gadis itu.

"Kembalikan minuman ku!" ucap Adnessa setengah bergumam dan mencoba untuk merebut kembali gelas miliknya, namun Axelio enggan untuk memberikan gelas berisi wine itu.

Adnessa mengerucutkan bibirnya, gadis itu menghela nafas kesal sebelum berbalik badan seraya bergumam, "Hmm, kenapa repot-repot, tinggal ambil lagi!"

Baru beberapa langkah, Axelio tiba-tiba menarik tangannya Adnessa yang hendak mengambil segelas wine. Adnessa yang sudah berada dibawah pengaruh minuman membuat keseimbangannya menurun dan limbung di pelukan Axelio.

"Ckkk, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" kesal Adnessa seraya memukul dada Axelio.

Bukannya melepaskan, Axelio justru semakin mengeratkan pelukannya, "Pulang sekarang!"

"Tidak, aku ingin bersenang-senang disini!"

"Pulang, atau-"

"Xel?!" 

Belum sempat Axelio menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja Gadis yang bersamanya tadi datang dan memotong kalimatnya.

'Erika? Untuk apa gadis ini mengikutiku?' Axelio berusaha untuk melepaskan tangan Erika darinya. Namun, entah apa maksud gadis itu justru sengaja menunjukkan hal yang seharusnya tidak dilihat oleh Adnessa.

Adnessa membelalakkan matanya. Situasi macam apa ini? Bahkan, disaat seperti ini saja dirinya masih di suguhkan dengan hal-hal memuakkan seperti ini.

"ERIKA?" Axel mendorong kasar tubuh Erika yang telah lancang mencium bibirnya.

Melihat penolakan Axelio, tentu saja Erika marah. Dengan tatapan tajam dan tangan terkepal menahan amarah, sorot mata Erika tidak pernah lepas dari Adnessa, 'Siapa gadis ini?'

"Kenapa mendorong ku?"

Adnessa memijat pelipisnya yang berdenyut, pening melihat keributan di depannya. Kepalanya sudah cukup pening dengan masalah yang dia miliki, kini bertambah pening melihat keributan antara Erika dengan kakaknya, 'Lebih baik, aku segera pergi dari sini. Sebelum terseret kedalam masalah mereka.'

"Mau kemana kamu?" tanya Axelio.

"Lepas, dan silahkan melanjutkan kegiatan menjijikkan kalian!" ucap Adnessa setengah bergumam.

'Ap-apa dia bilang? Menjijikkan!' Erika tersulut emosi mndengar kalimat Adnessa.

Belum sempat Erika bertindak, Axelio telah lebih dulu mengangkat tubuh Adnessa dan membawanya pergi dari tempat itu.

"Turunkan aku! Apa yang kamu lakukan, Axel?" 

Dengan ekspresi dingin dan baju yang basah, Axelio melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan tempat itu, bersama Adnessa yang di angkat di pundaknya.

Erika menghentakkan kakinya kesal, melihat kedekatan Axelio dengan gadis lain, 'Awas saja nanti.'

"Erika?!" dengan hati-hati, Devita, sahabat Erika menghampirinya.

"Cihhhh, menyebalkan sekali," keluh Erika kesal.

"Siapa gadis itu, berani sekali bersaing dengan mu?!" tanya Devita.

"Tidak tau. Yang pasti, gadis itu tidak akan lolos." ucap Erika dengan tangan terkepal, terlihat sekali kekesalan gadis itu, hingga tidak bisa mengalihkan pandangan dari jalan yang baru saja di lalui oleh Axelio dan Adnessa.

"Pffffttttttt."

"Kenapa kamu disini? Pergi, aku tidak akan pernah menyukaimu!" Tanya Erika dengan ketus, melihat kedatangan Aldynata yang menertawakannya.

"Pffffttttttt. Menyukaimu? itu adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan," sahut Aldynata.

"Cihhhhh, kamu?!" mood Erika semakin berantakkan, mendengar ucapan Aldynata yang terdengar seolah dirinya tidak ternilai.

"Siapa yang tidak akan lolos?" tanya Revan yang datang bersama Aldynata.

"Apakah gadis yang bersama Axel tadi?!" imbuh Aldynata.

"Tentu saja, berani sekali mencuri Axel dariku."

"Pfffftttttttt, devinisi mencari masalah," ucap Aldynata yang lagi-lagi menertawakan Erika.

Revan yang selalu terlihat sedingin batu pun ikut menertawakan Erika, membuat Erika penasaran dengan gadis yang bersama Axelio tadi. Kalau dipikir-pikir, selama ini Axelio tidak pernah sepeduli itu dengan seorang gadis. Siapa sebenarya gadis tadi?

"Apa maksud kalian?" tanya Erika sedikit berteriak, melihat Aldynata dan Revan telah berlalu pergi.

Mendengar pertanyaan Erika, Aldynata hanya melambaikan tangannya acuh tanpa berniat berbalik badan ataupun berhenti untuk menjelaskan apa yang mereka maksud tadi.

"ALDYNATA?!"

"Cari tahulah sendiri, nanti kamu akan terkejut!" sahut Aldynata dari kejauhan, enggan menatap Erika.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 95 (TAMAT)

    Sore itu, Adnessa berdiri di teras kediaman Hansel, menatap mobil Revan yang kian menjauh, menelan kesepian yang tiba-tiba menyeruak setelah kepergian pria itu."Anak ini milik saya!"Adnessa terperagah, jantungnya mencelos mendengar suara berat yang tiba-tiba membisikkan kalimat itu tepat di belakangnya. Sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya, menariknya mendekat hingga punggungnya membentur dada bidang seorang pria."Axcel?!" lirih Adnessa, terkejut bukan kepalang. Spontan ia meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman itu. Namun, tangan Axcel justru mengerat, memeluknya seolah tak ingin melepaskan.Axcel menghela napas panjang, aroma maskulinnya menusuk indra penciuman Adnessa. "Apa saya seperti hantu? Kenapa kamu begitu ketakutan melihatku?" tanyanya datar, perlahan membalikkan tubuh Adnessa hingga tatapan mereka bertemu. "Jangan lagi menghindariku, jangan lagi mencari alasan untuk menjauh. Aku sudah mengetahui semuanya, Ness. Jika... ini adalah darah dagingku!" lanjutny

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 94 (Kegilaan Axcel Vs Ketulusan Revan)

    Adnessa menghela napas, bayangan dirinya di cermin pagi itu tak ubahnya hantu pucat. Mata sayunya, lingkar hitam di bawahnya, saksi bisu malam tanpa lelap. Kata-kata Axcel semalam berputar-putar di kepalanya, racun yang menggerogoti ketenangannya."Dari mana dia tahu?" bisiknya, dahinya berkerut dalam.Gemericik air dari wastafel kamar mandi menjadi latar sunyi lamunannya. Namun, ketenangan itu pecah saat sepasang tangan kekar melingkar posesif di perutnya, membuatnya tersentak keras."Axcel!" serunya, mendorong tubuh itu menjauh. Matanya menyala marah, suaranya bergetar. "Apa yang kau lakukan di sini?!"Perlahan, Axcel mengulurkan tangannya, meraih jemari Adnessa dengan cengkeraman penuh keyakinan. "Menikahlah denganku, Ness," ucapnya, suaranya serak namun tegas. Mata elangnya, yang biasa memancarkan dominasi, kini redup, penuh permohonan."Kau gila!" Adnessa mendesis, menarik tangannya dengan kasar. "Di saat tunanganmu mengandung anakmu, kau malah mengajakku menikah? Lucu sekali!""

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 93 (Siapa ayah anak itu. Axcel?)

    Mata Axcel terbelalak setelah membaca laporan yang baru saja diberikan oleh kaki tangannya beberapa saat lalu. Tangannya bergetar, mata dan wajahnya memerah seperti menahan sebuah rasa yang tiba-tiba saja menggebu. "Adnessa hamil?!" lirihnya.Axcel terdiam, menatap beberapa lembar kertas di tangannya. Baru kali ini ia tahu alasan kenapa Adnessa beberapa saat lalu tiba-tiba ingin bersekolah di luar negeri dan sekarang justru ingin menikah, ternyata gadis itu tengah mengandung. Mengetahui fakta ini, masih ada sedikit pertanyaan yang mengganjal di hatinya. Siapa ayah anak ini?!"Jangan-jangan ayah anak ini..." Axcel segera melangkahkan kakinya terburu-buru menuju kamar Adnessa, memastikan siapa sebenarnya ayah dari anak yang dikandungnya. Jika di lihat dari laporan ini, mungkin saja anak itu miliknya.Pria tampan bermata biru dengan postur tubuh atletis itu melangkahkan kakinya lebar, seluruh tubuhnya berdesir merasakan sesuatu yang sulit dijelaskan, membayangkan kenyataan ini. Ia memoho

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 92 (Keputusan untuk menikah)

    "Aku memilih..." Adnessa menatap ke arah Revan dengan perasaan ragu. "Aku lebih memilih Pak Revan," ucapnya mantap. Dari semua pilihan yang ada di dalam otaknya, sepertinya ini adalah pilihan yang terbaik. Mengingat Axcel yang telah bertunangan dan bahkan segera memiliki keturunan dari Erika. Untuk apa lagi dirinya bimbang? Sudah jelas, jika bersama Revan jauh lebih baik.Revan tersenyum. Kebahagiaan di wajahnya, tidak bisa lagi disembunyikan. "Terima kasih karena sudah percaya dengan saya, sayang!" sahutnya seraya menggenggam tangan Adnessa erat."Tidak mungkin," lirih Axcel, tidak percaya. Perlahan ia melepaskan genggaman tangannya di tangan Adnessa. Menatap kearah Adnessa dan Revan dengan tatapan sulit di jelaskan."Gue harap, ini yang terakhir kalinya lo ganggu Adnessa seperti ini, Xel!" ucap Revan datar, suaranya terdengar tegas memperingatkan Axcel. Pelukannya juga terlihat posesif kepada Adnessa, seolah memberitahu jika Adnessa telah menjadi miliknya. "Sebentar lagi, kami juga

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 91 (Dilema, diantara dua pilihan)

    Mobil yang dikendarai oleh Revan telah berhenti di pelataran kediaman Hansel. Seulas senyuman tersungging menghiasi wajah tampannya melihat Adnessa yang masih tertidur pulas, bersandar di bahunya.Revan yang tadinya ingin membangunkan Adnessa, mengurungkan niatnya. Ia memutuskan untuk menunggu sampai gadis itu terbangun sendiri. "Apakah hari ini begitu melelahkan, sayang?" lirih Revan, merapikan anak rambut Adnessa yang sedikit berantakan dengan lembut. Dengan hati-hati, Revan membenarkan jas miliknya yang ia gunakan untuk menyelimuti Adnessa, tidak ingin mengganggu tidur gadis itu."Sudah bangun, sayang?" tanya Revan, ketika melihat Adnessa mengerjap.Dengan mata memerah khas bangun tidur, Adnessa terlihat bingung. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke arah sekitar."Sudah sampai dari tadi?""Hmmm," sahut Revan dengan lembut.Adnessa menegakkan tubuhnya, "Kenapa tidak membangunkan ku?!""Kamu terlihat begitu lelah, sayang. Saya tidak tega untuk membangunkanmu!" sahut Revan.Adnessa m

  • Terjerat Pesona Kakak Tiriku   Chapter 90 (Kerinduan Axcel)

    'Adnessa?' batin Axcel bimbang, melihat siluet yang sangat mirip dengan Adnessa. Apakah yang ia lihat tadi benar-benar Adnessa atau hanya orang yang mirip saja dengan gadis itu?Tanpa sadar Axcel melangkah, mengikuti gadis yang terlihat mirip dengan Adnessa, membuat Erika yang tengah bersamanya menatap bingung ke arah Axcel yang tiba-tiba pergi."Axcel? Ada apa denganmu?" Erika, yang merasa diabaikan, menatap Axcel dengan kesal. Sedari tadi ia berbicara, namun Axcel hanya diam, dan sekarang justru meninggalkannya.Axcel tersadar, ia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Erika yang tergopoh-gopoh mengikuti langkahnya. "Tidak ada. Saya hanya ingin mencari ruang untuk merokok!" sahutnya beralasan.Erika menatapnya curiga, tapi kemudian mengangguk. "Ya sudah, tapi cepat kembali! Sebentar lagi giliranku dan kamu harus menemaniku, Axcel!"Axcel mengangguk, ia segera melangkahkan kakinya keluar, mencari jejak gadis yang sangat mirip dengan Adnessa tadi.Sesampainya di depan rumah sakit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status